Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Nabilah Sekar Utami
"Sebagai upaya untuk membangun dan menjaga hubungan dengan konsumen, Shell Advance melalui kampanye digital “Libas Tantangan Kita” menggunakan keterlibatan konsumen dan daya tarik emosional sebagai strategi pemasaran. Terdapat empat elemen yang saling berkaitan dalam pembentukan keterlibatan konsumen, yaitu: konten, daya tarik yang digunakan, saluran media, dan respons yang diberikan konsumen. Makalah ini akan memberikan analisa deskriptif, melalui analisis keempat elemen, keterkaitan antara branded story content dengan dimensi consumer engagement, serta menganalisis bentuk dan sifat keterlibatan konsumen pada kampanye. Hasil analisis diperoleh melalui metode kualitatif deskriptif dan data sekunder melalui observasi online di website resmi, akun media sosial (Facebook, Twitter, dan Instagram) brand ambassador, dan konsumen yang ditelusuri dari hashtag #LibasTantanganKita. Ditemukan penggunaan daya tarik emosional dalam konten membentuk keterlibatan konsumen yang positif, terlihat dari mayoritas respons, komentar, dan unggahan konsumen yang memberikan pujian positif kepada kampanye dan tokoh kampanye, merasa terinspirasi, hingga melakukan refleksi dengan pengalaman pribadi.
To build and mantain consumer relationships, Shell Advance through its “Libas Tantangan Kita” digital campaign uses consumer engagement and emotional appeal as their marketing strategy. There are four interrelated elements on shaping consumer engagement i.e. content, approach/appeal, media channels, and responses given by the consumers. This paper will provide descriptive analysis, through analyzing the four elements with the campaign’s marketing strategy, the relationship between branded story content and the dimensions of consumer engagement, as well as analyzing the forms and features of the consumer engagement itself. The results were obtained through descriptive qualitative methods and secondary data through online observation on the official website, and brand ambassador’s and consumer’s social media accounts (Facebook, Twitter, and Instagram). This paper found that the use of emotional appeal in the content forms consumer’s engagement positively. Most of consumer’s responses, comments, and uploads are positive, such as giving praise to the campaigns and brand ambassadors, feeling inspired, and also reflecting on their own personal experiences."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Ferron Rafi Vanhesi
"Makalah ini menyajikan bibliografi beranotasi artikel jurnal akademik yang membahas penggunaan daya tarik baik emotional appeal maupun rational appeal dalam iklan dan
pemasaran. Belakangan ini emotional appeal terlihat dimana-mana dan dipakai oleh brand-brand besar sebagai cara mereka mendiferensiasikan diri dalam pasar-pasar yang terus berkembang dan semakin ketat. Meskipun begitu,bukan berarti rational appeal dilupakan saja dalam iklan dan pemasaran. Keduanya memiliki kekuatan dan kekurangan masing-masing dan masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi performa iklan dengan daya tarik tertentu terhadap konsumen.
This paper presents an annotated bibliography of academic journal articles discussing use of appeals both emotional appeal and rational appeal in advertising andmarketing. Emotional appeal these days is seen everywhere and used by big brands as a way of differentiating themselves in constantly though, changing, and growing markets. Even so, it does not mean that rational appeals are forgotten in advertising and marketing. Both have their own strengths and weaknesses and there are still many factors that affect the performance of advertisements with a certain appeal to consumers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Yuka Hidayani Miyazaki
"Penelitian ini membahas strategi persuasif orang tua dalam membujuk anak. Data diambil dari acara televisi Jepang Old Enough season 1. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini mengacu pada teori Hafied Cangara mengenai teknik appeal atau daya dalam komunikasi persuasif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi dan keefektifan teknik persuasif yang dilakukan oleh orang tua dalam membujuk anak-anak berdasarkan variasi usia anak. Peneliti menemukan sebanyak 16 tuturan persuasif yang dibagi menjadi 4 jenis daya yang terdiri dari 8 daya emosional, 6 daya motivasi, 1 dorongan ancaman, dan 1 dorongan dengan imbalan. Jenis daya yang paling dominan ditemukan pada data ini adalah daya emosional. Analisis dilakukan terhadap tiga data utama. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mengelompokkan strategi persuasif berdasarkan rentang usia, sehingga menghasilkan dua pengelompokkan utama, yaitu (i) Strategi Persuasif pada Anak Usia 1-3 Tahun (Batita) dan (ii) Strategi Persuasif pada Anak Usia 3-5 Tahun (Prasekolah). Hasil analisis menunjukkan bahwa anak usia 1-3 tahun (batita) cenderung lebih responsif terhadap daya emosional. Di sisi lain, anak usia prasekolah (3-5 tahun) lebih merespons terhadap daya motivasi. Fleksibilitas dalam memilih strategi persuasif berdasarkan usia dan kepribadian adalah kunci keberhasilan komunikasi orang tua dalam membujuk anak.
This study examines parental persuasive strategies in influencing children. Data were collected from the Japanese television show Old Enough, season 1. Using a qualitative approach, this research refers to Hafied Cangara's theory on appeal techniques in persuasive communication. The aim of this study is to analyze the strategies and effectiveness of persuasive techniques employed by parents in influencing children based on the age variations of the children. The researcher identified 16 persuasive utterances, which were categorized into 4 types of appeals: 8 emotional appeals, 6 motivational appeals, 1 fear appeal, and 1 reward appeal. The most dominant type of appeal found in the data was emotional appeal. The analysis is based on three main data points. Conclusions are drawn by grouping persuasive strategies based on the age range, resulting in two main groups: (i) Persuasive Strategies for Children Aged 1-3 Years (Toddlers), and (ii) Persuasive Strategies for Children Aged 3-5 Years (Preschoolers). The analysis shows that children aged 1-3 years (toddlers) tend to be more responsive to emotional appeals, while preschool-aged children (3-5 years) are more responsive to motivational appeals. Flexibility in choosing persuasive strategies based on age and personality is key to the success of parental communication in persuading their children."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library