Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. A. R. Habib
Abstrak :
Do the various forms of literary theory - deconstruction, Marxism, new historicism, feminism, post-colonialism, and cultural/digital studies - have anything in common? If so, what are the fundamental principles of theory? What is its ideological orientation? Can it still be of use to us in understanding basic intellectual and ethical dilemmas of our time? These questions continue to perplex both students and teachers of literary theory. Habib finds the answers in theory's largely unacknowledged roots in the thought of German philosopher Hegel. Hegel's insights continue to frame the very terms of theory to this day. Habib explains Hegel's complex ideas and how they have percolated through the intellectual history of the last century. This book will interest teachers and students of literature, literary theory and the history of ideas, illuminating how our modern world came into being, and how we can better understand the salient issues of our own time.
New York: Cambridge University Press, 2018
e20528120
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rohmah Soekarba
Abstrak :
Mohammed Arkoun (lahir 1928) adalah satu di antara sedikit pemikir Islam internasional mutakhir yang pemikirannya masuk ke dalam wacana pemikiran Islam di Indonesia. Pemikiran keislamannya sangat dipengaruhi oleh konsep-konsep filsafat modern seperti konsep mitos dari Paul Ricouer dan konsep-konsep postmodern seperti wacana (discourse) dan episteme (systeme de pensee) yang dikembangkan Michel Foucault, serta dekonstruksi yang dikemukakan Jacques Derrida. Ia banyak menggunakan konsep-konsep tersebut untuk memahami hubungan teks-teks Islam, terutama karya-karya para pemikir dan penulis Islam. Hasilnya ternyata berbeda dengan karya-karya intelektual Muslim pada umumnya, di mana unsur kuasa menemukan wacana dan teks-teks Islam tersebut. Penggabungan khas antara dunia Barat dan dunia Islam itu akan menjadi sifat utama pemikiran Arkoun. Usaha pemaduan kedua unsur tersebut, unsur yang paling mulia dalam pemikiran islami (nalar islami) dan unsur yang paling berharga dalam pemikiran Barat yang modern (nalar modern), menjadi cita-cita yang melatarbelakangi segala kegiatan dan karya-karyanya, yaitu pemaduan tertentu dari pelbagai cara berpikir yang berbeda. Aspek negatif dari pemikiran islami yang hendak dilampauinya adalah kejumudan dan ketertutupan yang telah terjadi di dalamnya dan menghasilkan berbagai penyelewengan dan perbudakan dalam bidang sosial dan politik. Karenanya, Arkoun ingin mengambil alih rasionalitas dan sikap kritis dari pemikiran Barat, yang memungkinkan untuk memahami agama dengan cara yang lebih mendalam dan membongkar ketertutupan dan penyelewengan tersebut. Namun, rasionalitas pemikiran Barat modern tetap perlu digabungkan dengan angan-angan sosial, relijiusitas, dan keterlibatan yang mencirikan dunia Islam dan kurang terpelihara, kadang-kadang malahan ditolak di dunia Barat. Melalui pemaduan tersebut, Arkoun ingin menciptakan pemikiran islami yang menjawab tantangan yang dihadapi manusia muslim modern, dari suatu rintangan bagi perkembangan umat menjadi sarana emansipasi manusia. Arkoun berpendapat bahwa pemikiran Islam belum membuka diri pada kemodernan dan itu sebabnya pemikiran Islam tidak mampu menjawab tantangan yang dihadapi umat Islam kontemporer. Hal ini disebabkan pendekatan agama atas dasar kepercayaan langsung, cara pemahaman kaku dan tertutup, serta tanpa kritik. Bagi Arkoun, pemikiran Barat modern yang kritis dan rasional, dapat menunjukkan jalan keluar dari ketertutupan dan kejumudan yang menjadi citi pemildran islami sampai sekarang. Derrida memberikan pengaruh yang sangat jelas kepada Arkoun. Ia sering menjadikan daerah "yang tak dipikirkan" dan 'yang tak terpiki' sebagai sasaran analisisnya. Ia menjelaskan bahwa teks-teks karya pemikiran Islam yang klasik lahir dari kebudayaan dan cara pemikiran tertentu dan pada gilirannya memperkuatnya. Dengan proses pembongkaran Derrida, Arkoun berusaha menemukan kembali makna yang...
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Novi Rahmanto
Abstrak :
ABSTRAK
Fenomena foreign terrorist fighters (FTF) dalam beberapa tahun terakhir telah mendapatkan perhatian dari seluruh negara-negara di dunia. Sebutan ini diberikan kepada orang-orang yang pergi ke Suriah ataupun daerah konflik lainnya dengan tujuan berpindah ataupun berperang di sana. Sejak kejatuhan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan terbunuhnya pimpinan ISIS juga menjadi pemicu kepulangan para FTF ke negara asalnya atau yang kemudian disebut dengan returnees. Arus kepulangan para returnees ini memunculkan kekhawatiran bagi seluruh negara di dunia sebab para returnees tersebut telah mengikuti pelatihan militer sehingga pemerintah khawatir bahwa kepulangan mereka akan memunculkan aksi-aksi terorisme di negara asal. Hal ini juga terjadi di Indonesia, namun ternyata tidak semua returnees asal Indonesia yang kembali dari ISIS masih terus tergabung dalam jaringan terorisme. Beberapa diantara mereka memilih untuk berhenti dan keluar dari jaringan teroris. Keputusan mereka untuk berangkat ke Suriah hingga pulang kembali ke Indonesia dianalisis dengan menggunakan konsep dan teori habitus, dekonstruksi, dan just world. Penelitian ini, menggunakan wawancara mendalam sebagai teknik yang dipilih dalam proses pengumpulan data. Terdapat 20 narasumber dalam penelitian ini yang termasuk sebagai returnees dan sudah keluar dari jaringan terorisme. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara ketiga konsep dan teori yang digunakan dalam menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang hingga memutuskan untuk berangkat dan kemudian pulang kembali ke Indonesia hingga akhirnya tidak bergabung kembali dengan jaringan teroris. Satu faktor terpenting sebagai hasil temuan penelitian ini adalah pandangan atas dunia yang ideal yang kemudian ditunjang oleh tiga faktor lainnya yaitu radicalism, individual obligation, dan expectation gap. Ketiga faktor inilah yang membentuk faktor utama. Sehingga ketika terjadi perubahan terhadap diri individu dalam mengambil keputusan (dalam konteks ini adalah pulang ke Indonesia dan keluar dari jaringan teroris) disebabkan karena view of ideal world individu tersebut juga telah berubah. Selain faktor utama dan faktor penunjang, terdapat lima faktor pendukung yang juga memiliki kontribusi dalam mempengaruhi masing-masing pemikiran dan tindakan yang diambil oleh narasumber. Kelima faktor tersebut adalah interaction, exposure, frustration, emotional anomalies, dan ideal status and roles based on religion.
ABSTARCT
The phenomenon of foreign terrorist fighters (FTF) in recent years has received attention from all countries in the world. This title was given to people who went to Syria or other conflict areas to move or fight there. Since the fall of the Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) and the killing of ISIS leaders also triggered the return of the FTF to their home countries or later called returnees. This flow of returnees raises concerns for all countries in the world because the returnees have participated in military training so the government is worried that their return will lead to acts of terrorism in their country. This also happened in Indonesia, but apparently, not all returnees from Indonesia returning from ISIS continue to be incorporated in terrorist networks. Some of them choose to stop and get out of terrorist networks. Their decision to leave for Syria until returning to Indonesia was analyzed using the concepts and theories of habitus, deconstruction, and just world. This study, using in-depth interviews as a technique chosen in the data collection process. There are 20 speakers in this study who are included as returnees and have come out of the terrorist network. The results of this study indicate that there is an interaction between the three concepts and theories used in describing the factors that influence a person to decide to leave and then return to Indonesia until finally not re-joining the terrorist network. One of the most important factors as a result of this research is an ideal world view which is then supported by three other factors namely radicalism, individual obligation, and expectation gap. These three factors make up the main factor. So when there is a change in the individuals self in making decisions (in this context is returning to Indonesia and out of the terrorist network) due to the individuals view of the ideal world has also changed. In addition to the main factors and supporting factors, there are five assisting factors that also have a contribution in influencing each thought and action taken by the persons. These five factors are interaction, exposure, frustration, emotional anomalies, and ideal status and roles based on religion
2019
D2741
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Mohammed Arkoun is one of international modern Islamic thinkers that his thought comes into Islamic thinking discourses in Indonesia recently. His Islamic thought was influenced by the modern philosophical concepts such as ‘myths’ of Ricouer, postmodern concepts like ‘discourse’ and ‘episteme’, which were developed by Foucault as well as ‘deconstruction’ of Derrida. If Derrida focused on deconstruction as a final concept, on the other hand Arkoun insisted that ‘deconstruction’ must be followed by ‘reconstruction’ of a discourse. Arkoun’s reconstruction leaves the limitation, the rigidity and deviation from the past. Arkoun proposes two ways: firstly it is ‘ijtihad’ and subsequently it is Islamic critical reason with the whole of critical meaning. In this research I used the method of library investigation. Based on the result I came into the conclusion that Arkoun loss the communication with the scholars in the Islamic world, particularly in the Middle East tradition. Since, he applied the method of deconstruction that Islamic world percept it was going too far.
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siti Rohmah Soekarba
Abstrak :
Mohammed Arkoun is one of international modern Islamic thinkers that his thought comes into Islamic thinking discourses in Indonesia recently. His Islamic thought was influenced by the modern philosophical concepts such as 'myths' of Ricouer, postmodern concepts like 'discourse' and 'episteme', which were developed by Foucault as well as 'deconstruction' of Derrida. If Derrida focused on deconstruction as a final concept, on the other hand Arkoun insisted that 'deconstruction' must be followed by 'reconstruction' of a discourse. Arkoun's reconstruction leaves the limitation, the rigidity and deviation from the past. Arkoun proposes two ways: firstly it is 'ijtihad' and subsequently it is Islamic critical reason with the whole of critical meaning. In this research I used the method of library investigation. Based on the result I came into the conclusion that Arkoun loss the communication with the scholars in the Islamic world, particularly in the Middle East tradition. Since, he applied the method of deconstruction that Islamic world percept it was going too far.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pudji Samekto
Abstrak :
PT Timah periode 1991-1995 dinilai berhasil melaksanakan pemulihan daya saing global dan perubahan budaya kerja melalui program restrukturisasi dengan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 17.000 orang relatif tanpa gejolak. Namun dalam waktu lima tahun kemudian perusahaan mengalami penurunan daya saing. Memburuknya kinerja tersebut salah satunya adalah adanya tambahan pasokan timah dunia dari tambang liar di kawasan Bangka, Indonesia. Karena berpotensi merugi, maka pada tahun 2001 perusahaan berencana melaksanakan restrukturisasi lagi dengan PHK sebanyak 3.750 orang, seolah PHK sesuatu yang wajar terjadi dalam upaya pemulihan daya saing. Restrukturisasi jilid kedua diinterpretasikan sebagai ancaman pengulangan PHK besar-besaran seperti sebelumnya. Penurunan daya saing dan rencana PHK jilid kedua menjadi pertanyaan besar atas mitos keberhasilan restrukturisasi 1991-1995. Dengan demikian mites keberhasilan yang tertuang dalam teks, laporan manajemen, makalah seminar, case study maupun berita di media-massa tentang pemberitaan restrukturisasi PT Timah perlu didekonstruksi untuk mengungkap keberhasilan sesungguhnya. Selama ini keberhasilan restrukturisasi merupakan hasil pemaknaan oleh manajemen atau Direksi atau pihak yang menguasai. Sedangkan suara dari orang-orang bawah/ karyawan perusahaan/ pihak-pihak yang berkepentingan atau pihak yang dikuasai belum pernah diungkapkan dan dikritisi. Tujuan penelitian adalah mengungkap bagaimana PT Timah Tbk melakukan pemulihan daya saing global melalui program restrukturisasi 1991-1995 dengan PHK. Dan bagaimana sebaiknya langkah-langkah pemulihan daya saing melalui restrukturisasi tanpa harus melakukan PHK. Penelitian posmodern ini ditujukan untuk mendekonstruksi mites keberhasilan restrukturisasi dalam konteks sosial. Mendekonstruksi berarti melakukan pembongkaran atas mitos-mitos keberhasilan restrukturisasi. Tujuannya untuk melacak dan mengetahui konstruksi awal atau yang pertama kali dengan maksud mengungkap apa yang ada di dalam dengan apa yang ada di luar teks meskipun pada akhirnya digunakan sebagai kritikal dan refleksivitas radikal (radical reflexivity). Metode dekonstruksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Story deconstruction (Boje, 1994). Dalam dekonstruksi ini organisasi PT Timah dimetaforakan sebagai sebuah panggung sandiwara (Boje,1999), ada skenario utama, improvisasi, cerita di balik panggung serta penonton yang melihat pertunjukan tersebut. Dengan demikian ada narasi, teks, kata-kata, kalimat ataupun cerita yang kontradiktif, bias, tersembunyi dan belum terungkap yang akan dituturkan kembali. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa restrukturisasi1991-1995 secara ekonomi belum menghasilkan prestasi signifikan bagi shareholders, terbukti terjadi penurunan daya saing kembali. Bahkan terjadi manipulasi perhitungan sasaran teknis restrukturisasi. Terjadi PHK besar-besaran, sebaliknya terjadi dukungan luar biasa terhadap perubahan. Sehingga lebih bermakna keberhasilan dalam menjual konsep terhadap pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Kebijakan restrukturisasi juga merupakan paket pembenaran melakukan PHK yang dibungkus kemasan cantik konsep Business Process Reengineering dengan melepas aset non produktif. Dukungan pihak eksternal sangat kuat karena faktor lobi-lobi dan pelibatan lembaga-lembaga tinggi negara termasuk lembaga internasional Bank Dunia. Penolakan rencana restrukturisasi jilid kedua bermakna kegagalan dalam menjual konsep penyelamatan perusahaan kepada stakeholders. Program penyehatan yang diusulkan merupakan tahapan lanjutan berupa penyadaran dan perawatan melalui pemberdayaan usaha -- perubahan orientasi untuk bertindak perbaikan berdasarkan dorongan internal dan pasar, rekayasa ulang proses usaha -- meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses kegiatan usaha dan biaya, serta pengembangan usaha berdasarkan kompetensi inti yang dimiliki dan dikuasai. Program penyehatan memerlukan gaya kepemimpinan spiritual untuk memberdayakan karyawan agar mampu bereaksi cepat beradaptasi terhadap perubahan. Penghargaan dan pengakuan perlu diberikan sebagai penghargaan atas prestasi dan kontribusi karyawan kepada perusahaan. Dewasa ini banyak terjadi pergeseran paradigma. Konsep reengineering tidak lagi harus dibaca sebagai proses tekno-ekonomi melainkan harus dipahami sebagai proses sosio-teknis yang melibatkan spiritualisasi manajemen dan emosional organisasi dalam konteks sosial. Pelibatan stakeholders berdampak pada keputusan yang berkeadilan dan diterima semua pihak. Perlu mengedepankan harmonisasi hubungan, karena keunggulan organisasi tidak cukup ditentukan oleh ekonomi skala, namun kombinasi ekonomi skala, ekonomi lingkup dan ekonomi waktu.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13846
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dodo Widarda
Abstrak :
ABSTRAK
Studi ini terkait dengan kredo Anarkisme Epistemologis dari PaulFeyerabend. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1 Apapengertian dari Anarkisme Epistemologis Paul Feyerabend sekaligus bagaimanaperbedaannnya dengan bentuk-bentuk anarkisme yang lain. Dalam kerangkadekonstruksi pengetahuan secara lebih luas, apa-apa saja konsep kunci darianarkisme epistemologis Paul Feyerabend? 2 Bagaimana implikasi filosofissekaligus praktis dari gerakan Anti Metode dengan kredo AnarkismeEpistemologis Paul Feyerabend? 3 Bagaimana bentuk-bentuk kritik terhadapAnarkisme Epistemologis Feyerabend dari kelompok yang masihmempertahankan nilai-nilai obyektivitas ilmu pengetahuan?Penulisan tesis ini, memilih bentuk penelitian komparatif; membandingkandua atau lebih filsuf atau aliran. Itu berarti: merupakan visi-visi mengenai hakikatmanusia, dunia dan Tuhan, yang pembahasan ketiganya, merupakan hal yanginheren, di dalam diskursus Filsafat Ilmu Pengetahuan. Tentu dengan beragampenyikapan para filosof menyangkut pembahasan ketiga isu itu. Untuk membahassecara lebih mendalam pemikiran Feyerebend berikut perbandingan lewat kritikdari para filosof lain, maka memerlukan penelitian kepustakaan yang berusahamengungkap makna teks lewat metode hermeneutika secara analitis, sintetis sertakritis sekaligus.Hasil dari penelitian ini menunjukkan 1 Pengertian dari AnarkismeEpistemologis Feyerabend ini adalah wujud dekonstruksi terhadap metodologiilmiah untuk memecahkan kemandegan dari teori klasik yang telah sampai padasituasi krisis yang dalam. Teori Feyerabend ini adalah kritik telak terhadappositivism yang sangat berbeda dengan anarkisme politik serta religius. 2 Konsep-konsep Kunci dari Anarkisme Epistemologis adalah: Kontra Induksi,Ketergantungan Observasi pada Teori, Ketergantungan Teori pada Bahasa,Prinsip Ketidaksepadanan, Apa Saja Boleh. Anarkisme Epistemologis PaulFeyerabend juga ternyata membawa Implikasi Filosofis dan Praktis: DemokrasiIlmiah, Demokrasi Sosial, bahkan sampai Reposisi Peran Ilmuwan terkait risetilmiah serta tanggung jawab sosial mereka. 3 Anarkisme EpistemologisFeyerabend juga, di samping memiliki para para penyokong, tidak luput daripihak-pihak yang memberi kritik dari pihak-pihak yang masih mempertahankanadanya nilai-nilai obyektivitas ilmu pengetahuan seperti yang disampaikan olehFrederick Suppe serta pihak-pihak yang masih mempertahankan adanyarasionalitas sains seperti Imre Lakatos, Stephen Toulmin, serta Dudley Saphere.
ABSTRACT
problems which taken in this research are 1 Definition ofEpistemology Anarchism by Paul Feyerabend and what is differentof the typeswith others anarchism. In the deconstruction framework of knowledge widely,what is the key of the concept from epistemology anarchism by PaulFeyerabend 2 How to implicate and practicethe philosophy from Anti Methodmovement with Epistemology Anarchism Credo 3 What are the types ofcriticism to Epistemology Anarchism by Feyerabend from the group who stillmaintains the values of the science object.In writing thesis, the writer has chosen the comparative research try tocompare two or more the philosopher or ideology. Those mean the vision aboutthe human being essence, world and God, the third working through is thesomething inherent, in discourses of science philosophy. Of course, in the varietyof the philosophers rsquo attitude about the third working through issues. To discuss amuch deeper about Feyerabend rsquo sthinking and the comparative through the criticfrom the philosopher to others, so it needs the literature research to try expressingthe contextual meaning in Hermeneutics method analytically, synthetically andcritically.The result of this research shows 1 the definition from EpistemologyAnarchism rsquo s Feyerabend is the configuration of deconstruction in scientificmethod and even can develop into his concepts about social democracy that rise tosolve the stagnation from the classic theory which had achieved to the criticsituation deeply. Feyerabend lsquo s theory is unequivocally critic to the positivism thatis very different between politic anarchism and religious. 2 The key of conceptfrom Epistemology Anarchism is Contra Induction, The Dependence Of TheObservation to The Theory, The Dependence Of The Theory To The Language,Incommensurability Principle, Anything Goes. Epistemology Anarchism rsquo s PaulFeyerabend brings philosophy implicating and practicing scientific democracy,social democracy or even to reposition of the scientists rsquo role play that concernsthe scientific research and their social responsible. 3 Epistemology Anarchism rsquo sfeyerabend also, besides he has the supporters, not rid of parties who gave criticthat still maintained the values of the science object who had conveyed byFrederick Suppe and the parties who still maintain of being rationality sciencesuchce as ImreLakatos, Stephen Toulmin, and Dudley Saphere.
2006
T49633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi
Abstrak :
ABSTRAK
Kelayakan gedung pemerintahan, khususnya perkantoran dan sekolah untuk pelayanan masyarakat dan infrastruktur sosial, harus terjaga dengan baik. Ketika gedung tersebut perlu direhabilitasi total, pemerintah terkadang harus menggabungkan proses pembongkaran dan dekonstruksi bangunan. Dalam siklus pengelolaan aset pemerintah, prosesnya mulai dari menghapus aset dari sistem akuntansi, memilih kontraktor pembongkaran bangunan, kemudian menghasilkan aset baru, dengan memilih kontraktor lainnya. Dalam beberapa tahun terakhir, durasi proses aktual ini didapat lebih lama dari waktu yang direncanakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi manajemen dalam rangka memperbaiki proses penghapusan gedung pemerintah.

Proses penelitian dimulai dari memperoleh faktor dominan yang mempengaruhi kelancaran proses penghapusan aset gedung dan didapatkan faktor-faktor tersebut yaitu kelayakan gedung, kelengkapan data aset, akurasi hasil penilaian, jadwal pelaksanaan pembongkaran, pemaketan kegiatan lelang, evaluasi durasi pelaksanaan, evaluasi lingkup pekerjaan dan penerapan denda keterlambatan. Berdasarkan faktor dominan tersebut diusulkan dua strategi alternatif yaitu berdasarkan manajemen aset strategis dan integrasi dengan proses pengadaan jasa konstruksi.
ABSTRACT
The feasibility of government building, especially offices and schools as public service and social infrastructures, must be well maintained. When the building needs to be majorly rehabilitated, the government sometimes has to combine building demolition and deconstruction process. In the government asset management cycle, the process starts from erasing the asset from the accountancy system, by selecting a building demolition contractor, then produce a new asset, by selecting other builder contractor. In the past few years, the duration of this actual process acquired longer than the planned time. Therefore, this research aims to develop the management strategy in order to improve the government building disposal process.

The process of the research is started from obtaining the dominant factors that influence the smoothness of the building asset disposal process and the factors is the feasibility of the building, the completeness of the asset data, the accuracy of the assessment results, the demolition schedule, packaging of the auction, evaluation of demolition duration, evaluation of scope of work and the application of the fine delays. Based on these dominant factors, two alternative strategies are proposed based on strategic asset management and integration with the procurement process of construction Services.
2018
T50806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Karina Rosliana
Abstrak :
Fokus penelitian kualitatif berperspektif feminis ini adalah menjelaskan dekonstruksi tubuh dan seksualitas perempuan yang hidup dalam masyarakat patriarkat dan berkasta di Bali yang dilakukan Oka Rusmini. Penelitian ini menggunakan pendekatan praktik penulisan feminin Cixous juga teori seks dan kekuasaan milik Foucault. Terdapat tiga temuan, yaitu pertama, perempuan Bali yang hidup dalam sistem patriarkat dan kasta diposisikan sebagai warga kelas dua. Lebih jauh lagi, perempuan Sudra mengalami diskriminasi ganda karena posisinya berada paling rendah dalam tatanan kasta Bali. Kedua, adat budaya Bali yang patriarkat mengkonstruksi tubuh dan seksualitas perempuan sebagai objek dari hasrat laki-laki. Hasrat perempuan dikonstruksi sebagai liyan dari hasrat laki-laki. Oka merekonstruksi nilai tersebut dengan menampilkan tokoh perempuan yang berani untuk mengekspresikan hasrat seksual sekaligus menikmati eksplorasi tubuh dan seksualitas mereka. Ketiga, munculnya dekonstruksi tubuh dan seksualitas dalam kelima prosa Oka Rusmini menunjukkan konsistensi Oka dalam mengkritisi dan mendobrak konstruksi nilai dan seksualitas perempuan Bali yang selama ini dikungkung dalam mitos dan tabu seksual oleh penulisan maskulin. Dalam prosa-prosanya, Oka menggambarkan perempuan Bali sebagai perempuan yang memiliki otonomi atas tubuh dan seksualitas sendiri ......The focus of this qualitative feminist study is to explicate Oka Rusmini’s deconstruction of women’s body and sexuality in the caste system in Balinese society as written in her five prose works. Using Cixous’ feminine writing approach as well as Foucault’s sex and power theory as the framework to analyze her works, I came with three findings. Firstly, Balinese women who live in patriarchal and caste society are considered assecond class citizens. In addition to that, Sudra’s women in particular are going through multiple discriminations due to their gender and low rank in the caste system in Bali. Secondly, the patriarchal society constructed women’s body and sexuality as the object of desire of men. Women’s desire was constructed as ‘the Other’ of men’s desire. Through her works, Oka reconstructed these values by creating women characters who dare to express their sexual desire and enjoy the exploration of their body and sexuality. Thirdly, the emergence of the deconstructed women’s body and sexuality in all of her works show her consistency in criticizing and breaking the values of women’s body and sexuality that have always been restricted by myth and sexual taboo in masculine writing. In her works, Balinese women were reconstructed as women who have autonomy for their own body and sexuality.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>