Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunita Eka Putri
Abstrak :
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemis di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk juga di wilayah tropis lainnya. Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi DBD berat. Status gizi erat hubungannya dengan status imunologi seseorang yang berkaitan dengan imunopatogenesis dari DBD. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan stunting dengan kejadian DBD pada balita di Kabupaten Sumbawa. Desain studi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi analitik dengan rancangan kasus control. Sampel kasus akan di ambil dari keseluruhan kasus, dan untuk sampel kontrol akan diambil dengan menggunakan tekhnik sampel acak (Simple Random Sampling). Sehingga dapat disimpulkan jumlah kasus 97 (total kasus) keluarga yang memiliki balita dengan diagnosa DBD selama tahun 2018 sampai Maret 2020 (dari 5 wilayah kerja puskesmas dengan jumlah DBD pada balita terbanyak) sedangkan kontrol 194 keluarga yang memiliki balita yang merupakan tetangga kasus. Dari hasil bivariat dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian DBD pada balita di Kabupaten Sumbawa (p value = 0.0001) dengan OR = 3.269 (95% CI: 1.757-6.083). Pada analisis multivariate menunjukkan hal yang sama (p value = 0.0001) dengan OR = 3.22 (95% CI: 1.679-6.174). Hal ini menunjukkan bahwa balita dengan status gizi pendek dan sangat pendek meningkatkan risiko 3.22 kali terkena DBD.
Dengue Hemorrhagic Fever is an endemic disease in most parts of Indonesia, including in other tropical regions. Not all infected with dengue virus will show severe DHF manifestations. Nutritional status is closely related to a person's immunological status related to immunopathogenesis of DHF. The purpose of this study was to determine the relationship of stunting with the incidence of DHF in toddlers in Sumbawa Regency. The study design that will be used in this study is an analytic study with a case control design. Case samples will be taken from all cases, and for control samples will be taken by using a random sample technique (Simple Random Sampling). So it can be concluded the number of cases 97 (total cases) of families who have toddlers with DHF diagnoses from 2018 to March 2020 (from 5 working areas of puskesmas with the highest number of DHFs in toddlers) while control of 194 families who have toddlers who are neighboring cases. From the bivariate results it can be concluded that there is a significant relationship between nutritional status and the incidence of DHF in children under five in Sumbawa Regency (p value = 0.0001) with OR = 3,269 (95% CI: 1,757-6,083). In multivariate analysis showed the same thing (p value = 0.0001) with OR = 3.22 (95% CI: 1,679-6,174). This shows that toddlers with short and very short nutritional status increase the risk of 3.22 times getting DHF.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kishore R J Siswan
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
T58774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Saadah Hernawati
Abstrak :
Dengue Hemorrhagic Fever (DBD) has become public health problem for almost four decades. The highest case took place in DKl Jakarta than the other provinces till year 2007 which 30.703 of overall eases, 82 of mortality case, IR (378.5) and CFR (0.3). The South Jakarta is the highest ease in DKI Jakarta which are 28 of mortality case, IR (551.69), CFR (0.3), tends to increase for every years.Consequently related study of risk factors of DBD case must be took using new technology of Geographic Information System (GIS) contributed fur mapping correspond to examination, analysis. and controlling of health services. This study aimed to obtain description of epidem tology of DBD based on Geographic Information System (GIS) and related factors oi DBD case taking place in South Jakarta year 2007. Design of research uses ecological and serial of case study exploiting secondary data in Sudinkesmas, BPS Jakarta, and BMG. The data was analyzed in the manner of univariat, bivariat, multivariat and spatial. Result of research of DBD case in South Jakarta on January - December 2007 found most man hit by this case about 53,9%, partially age of 5-14 years old with 26% proportion and 15-44 years old with 55%. The highest incident rate of 64 sub-districts is Mampang Prapatan with 1225/100.000 population. While the lowest incident rate found in Pasar Minggu sub-district with 3941100.000. Generally top of epidemy happened on February and March.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T32416
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tjatur Subeno
Abstrak :
Penyakit demam berdarah dengue / DBD saat ini menjadi rnamlah yang cukup serius karena pezjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang relatif singkat. Kota Bandung mempakan daerah endemis DBD dan sampai dengan tanggal 13 Februari 2007 telah terlaporkan 816 kasus dan 3 orang diantaranya meninggal dunia, serta dalam lima tahun tcmkhir kasus DBD cendcrung meningkat dan terjadi dua kali kejadian luar biasa I KLB. Surveilans epidemiologi DBD mcrupakan salah satu program penanggulangan demam berdarah dengue yang menyelenggarakan pcncatatan, pengolahan dan penyajian data serta penyebarluasan infonnasi. Masalah dalam pelaksanaan program surveilans DBD bahwa sistem yang sedang bcrjalan belum menyenluh semua Sentra sumber data, masih ada keterlambatan laporan wabah dalam waktu l kali 24 jam setelah penegakkan diagnosa, pengolahan dan analisis data terbatas pada analisis distribusi dan fiekuensi dan belum dikembangkan suatu metode yang dapat menggambarkan pola penyebaran pcnyakit berdasarkan kewilayahan mengingat standar baku cndemisitas sudah tidak lagi sensitif. Pengembangan sistem informasi menggunakan pendekatan daur hidup pengembangan sistem informasi yang umum dinamakan System Development Life Cycle (SDLC) dengan tahapan perencanaan, analisis, perancangan dan pencrapan sistcm. Variabel yang dipiiih adalah jumlah penduduk, tanggal awal sakit dan tanggal median sakit dari data sekunder tahun 2002 sampai tahun 2006. Pengembangan sistem infomtasi berdasarkan analisis klaster dimulai dari proses input data dengan pengembangan aplikasi program entri data dan data base DBD, pada pengolahan data dengan pengembangan tcknik analisis klastcr berikut panduan syntax analisis klaster, sedangkan output data berupa klaster kclurahan dan pengembangan aplikasi program pemetaan. Pada tahap awal tahun 2002 terbentuk 38 klaster kemudian dengan proscs agglomcrasi klaster yang memiliki kemiripan akan bergabung membentuk klaster baru sampai akhimya terbentuk klaster tunggal (1 klaster). Proses yang sama juga terjadi untuk tahun»tahun berikutnya dimana pada tahun 2003 awatnya terbentuk 17 klaster, tahun 2004 terbcntuk 30 klaster, tahun 2005 terbentuk 12 klaster, dan tahun 2006 terbentuk 26 klaster. Bentuk keluaran berupa klster kelurahan dapat dijadikan penilaian kemiripan antar anggota klaster dari variabel yang digunakan. Semakin kecil pemilihan klaster malta akan semakin banyak anggota klaster yang bergabung. Pembentukan klaster awal merupakan yang terbaik dan dapat dijadikan bahan masukart Icepada para pcngambil keputusan untuk tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD. ......Nowadays dengue hemorrhagic fever (DHF) becomes serious problem since the rapid pathogenesis of DI-IF and the cause of death in the short time. Bandung City is an endemic area ofDHF and up to February 13, 2007 there were 8l6 cases had been reported and 3 out of those were dead. In the last 5 years, the case of DHF tend to increase and there were twice outbreaks occurred. Epidemiology surveillance of DI-IF is one of programs of DI-IF alleviation that conducts data recording, processing, and reporting as well as distribution of information. The problems in conducting epidemiology surveillance of DI-IF are the existing infomation system has not touched all data resource center, delay of outbreak reporting in 1 x 24 hours after the diagnose was made, data processing and analysis still limited in frequency and distribution analysis, and the method of disease spreading pattem base on area is not available yet since the endemicity standard is not any longer sensitive. The development of information system used system development life cycle approach that consists of stages as follow: planning, analysis, design, and implementation of system. Variables in this study were amount of population, early date of illness, median date of illness which collected from secondary data from 2002 to 2006. Development of information system based on cluster analysis was started fiom data input process was conducted with program application development of entry data and DHF database, data processing was conducted with development cluster analysis technique including manual of cluster analysis syntax, while data output were kelurahan cluster and development of mapping program application. In the year of 2002 as the early stage were formed 38 clusters and then by agglomeration process the clusters that had similarity joined forming new clusters until a single cluster (1 cluster) finally remain. The same process occumed as well in the years after. In the year of 2003 was the beginning of the forming of 17 clusters, and then in the year of 2004, 2005, and 2006 were formed 30 clusters, 12 clusters, and 26 clusters, respectively. The output was a kelumhan cluster could be an assessment of similarity among clusters member from the variable used. The less clusters chosen, the more clusters joined. The beginning of forming of cluster was the best thing and it could be used as a consideration for decision maker on preventing and alleviating of DI-IF.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34591
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hardini Putri ZZ
Abstrak :
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di beberapa Kota/Kabupaten di Indonesia. DBD mempunyai potensi menimbulkan kematian dan kejadian luar biasa (KLB). DKI Jakarta merupakan salah satu daerah endemis DBD yang jumlah kasusnya selalu meningkat setiap tahun. Kecamatan Pasar Minggu merupakan salah satu kecamatan yang ada di Jakarta Selatan yang jumlah kasusnya terus meningkat setiap tahun. DBD merupakan penyakit yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya dan belum ditemukan vaksin untuk mencegah penularannya. Maka perlu diadakan suatu program yang dapat mencegah penularan DBD. Cara yang paling efektif yang dapat dilakukan adalah memberantas vektor penular DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti. Untuk melaksanakan suatu program penanggulangan DBD diperlukan suatu manajemen program yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan kegiatan seperti Penyelidikan Epidemiologi (PE), fogging focus, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengawasan dan penilaian kegiatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manajemen program Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (P2DBD) di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Tahun 2008. Jenis penelitiannya adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan data sekunder dan data primer. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu pada Bulan Mei 2008. Untuk menguji kebenaran dari data yang terkumpul maka peneliti melakukan triangulasi sumber, metode dan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga yang terlibat untuk P2DBD di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu sudah mencukupi. Untuk melaksanakan kegiatan diperlukan dana sarana. Dana yang ada saat ini belum mencukupi dan beberapa sarana yang diperlukan juga masih kurang. Untuk melaksakan kegiatan P2DBD Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu berpedoman pada juklak yang berasal dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Departemen Kesehatan. Manajemen Program Penanggulangan DBD di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu belum terlaksana secara optimal karena masih ada beberapa tahapan penting dalam manajemen program yang belum terlaksana dengan baik. Respon Time Penyelidikan Epidemiologi dan Respon Time Fogging Focus dalam melaksanakan P2DBD masih belum sesuai dengan standar penanggulangan yang ada. Angka Bebas Jentik yang dilaporkan oleh Jumantik telah mencapai standar Angka Bebas Jentik yang baik yaitu di atas 95 %. Agar kegiatan P2DBD berhasil dan berjalan dengan baik maka diperlukan kesadaran masyarakat untuk dapat menjaga kebersihan lingkungan dengan melakukan PSN secara rutin karena PSN merupakan cara yang paling tepat dalam memberantas vektor penular DBD. Selain itu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak mulai dari pejabat terkait, petugas kesehatan, kader, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat secara keseluruhan untuk dapat melaksanakan P2DBD secara berkesinambungan. Proses manajemen P2DBD juga perlu dilaksanakan dengan baik dan optimal sehingga tujuan dari P2DBD dapat tercapai dan jumlah kasus DBD dapat ditekan.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Putra Firnadi
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26512
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Alicia
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26532
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Biyanti Lisatriana
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26741
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ikha Purwandari
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26774
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>