Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Oral dental epidemiological studies have shown the increasing of prevalence of dental caries and periodontal disease. This research was to find out base line data, among two groups of children from Urban and Rural of 20 elementary schools in sub district of Bekasi, West Java. Samples of 2205 children by the classes II, IV, V were observed 1065 in Urban and 1140 in Rural groups. The results show that prevalence of dental caries was 97,5%, DMF-T in urban 2.225 and Rural 2.571 were significantly higher (p=0.0001) and those OHI-S in Urban 1.696 were better than rural 2.050, (p=0.0000)."
Jakarta: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2001
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Izham
"Masalah gigi berlubang atau karies masih banyak dikeluhkan oleh anak-anak dan dewasa dan tidak bisa dibiarkan hinggah parah yang akan menimbulkan masalah kesehatan misalnya infeksi, kronis, ketidaknyamanan, dan kecacatan pada gigi dan mulut. Rata-rata pasien ke dokter gigi mengalami kerusakan gigi karies yang sudah parah, tingginya keparahan karies gigi di Indonesia menyebabkan besarnya kebutuhan perawatan yang kompleks mulai dari tindakan pencegahan sampai dengan perawatan saluran akar (endodontik). Perawatan karies pulpa yaitu perawatan saluran akar (endodontik) mempunyai resiko tinggi dalam kecelakaan medis. Pada masa Covid-19 telah mengubah sistem perawatan kesehatan yang ada di seluruh dunia, terutama tindakan kedokteran gigi yaitu endodontik yang sangat rentan tertular Covid-19. Di Indosesia kasus Covid-19 masih sangat tinggi dan berefek langsung pada dokter gigi, disisi lain dokter gigi dituntut harus menjalani sikap profesional dalam melayani pasiennya. Pada penelitian ini untuk mengetahui profesional dokter gigi umum dalam penatalaksanaan karies pulpa saat pandemi Covid-19 di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, Indonesia. Metodenya subjeknya yaitu dokter gigi dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Makassar dan PDGI Gowa yang berpraktek pada masa Covid-19. Kuisioner Online diberikan kepada dokter gigi, dan sebanyak 231 responden penelitian ini. Uji statistic untuk melihat gambaran Pengetahuan, sikap, dan perilaku profesional dokter gigi dalam penatalaksanaan karies pulpa saat pandemi Covid-19 di Kota Makasaar dan Kabupaten Gowa (N=231). Pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari 231 responden, ditemukan sebanyak 126 (54.5%) responden menunjukkan Perilaku Baik sedangkan Perilaku Kurang hanya 105 (45.5%) responden, Sikap Baik sebanyak 165 (71.4%) sedangkan Sikap Kurang hanya 66 (28.6%) responden dan Pengetahuan Baik sebanyak 204 (88.3%) sedangkan Pengetahuan Kurang hanya 27 (11.7%) responden. Pengaruh perilaku profesional dokter gigi dalam penatalaksanaan karies pulpa saat pandemi Covid-19 di Kota Makasaar dan Kabupaten Gowa dan sekitar 45.5 % dokter gigi yang perilakunya kurang dalam melakukan perawatan saluran akar gigi dimasa Covid-19. Maka dari itu PDGI sebagai organisasi profesi dokter gigi mengevaluasi anggotanya dan melakukan sosialisasi tentang profesional dalam praktek kedokteran gigi dimasa Covid-19
......The problem of cavities or caries is still a lot of complaints by children and adults and cannot be allowed to get worse which will cause health problems such as infection, chronic, discomfort, and defects in the teeth and mouth. The average patient to the dentist experiences severe carious tooth decay, the high severity of dental caries in Indonesia causes the need for complex treatment ranging from preventive measures to root canal (endodontic) treatment. Treatment of pulp caries, namely root canal (endodontic) treatment, has a high risk of medical accidents. In times of Covid-19has changed the existing health care system around the world, especially dentistry, namely endodontics which is very vulnerable to contracting Covid-19. In Indonesia, Covid-19 cases are still very high and have a direct effect on dentists, on the other hand dentists are required to undergo a professional attitude in serving their patients.
In this study, to find outprofessional general dentist in the management of pulp caries during the Covid-19 pandemic in Makassar City and Gowa Regency, Indonesia.The method is subject to dentists from the Indonesian Dental Association (PDGI) Makassar Branch and PDGI Gowa who practiced during the Covid-19 period. Online questionnaires were given to dentists, and as many as 231 respondents in this study.A statistical test to see a description of the knowledge, attitudes, and professional behavior of dentists in the management of pulp caries during the Covid-19 pandemic in Makassar City and Gowa Regency (N=231). In this study, it was found that out of 231 respondents, it was found that 126 (54.5%) respondents showed good behavior while poor behavior was only 105 (45.5%) respondents, good attitude was 165 (71.4%) while poor attitude was only 66 (28.6%) respondents and Good Knowledge is 204 (88.3%) while Poor Knowledge is only 27 (11.7%) respondents. The influence of professional behavior of dentists in the management of pulp caries during the Covid-19 pandemic in Makassar City and Gowa Regency and about 45.5% of dentists whose behavior was lacking in carrying out root canal treatment during the Covid-19 period. Therefore, PDGI as a dental professional organization evaluates its members and conducts socialization about professionals in dental practice during the Covid-19 period."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranazizah Aurora Sepryzan
"Latar Belakang: Selama pandemi COVID-19 dokter gigi merupakan salah satu tenaga medis yang memiliki risiko tinggi tertular akibat pekerjaannya. Selain itu, tekanan yang cukup besar selama pandemi ini berdampak pada masalah kesehatan mental dokter gigi salah satunya psychological distress. Tujuan: Untuk memperoleh informasi mengenai psychological distress dokter gigi serta mengetahui perbedaan psychological distress berdasarkan berbagai karakteristik. Metode: Studi cross-sectional berupa kuesioner daring kepada dokter gigi di wilayah DKI Jakarta pada bulan Oktober hingga Desember 2021. Dilakukan uji bivariat dengan uji Fisher’s Exact Test dan Continuity Correction. Hasil: 14,7% dokter gigi mengalami psychological distress selama pandemi COVID-19. Mayoritas dokter gigi menunjukkan ketakutan terpapar COVID-19 selama berpraktik, memiliki cukup pengetahuan mengenai COVID-19, efikasi diri yang rendah, serta subjective overload yang rendah. Terdapat perbedaan proporsi yang bermakna (p<0,05) psychological distress berdasarkan usia, status pernikahan, kecukupan pengetahuan mengenai COVID-19, dan subjective overload. Kesimpulan: Terdapat dokter gigi di DKI Jakarta yang mengalami psychological distress selama masa pandemi COVID-19.
......Background: During the COVID-19 pandemic, dentists are one of the medical personnel with a high risk of contracting the disease due to their work. In addition, the considerable pressure during this pandemic impact the dentist’s mental health problem one of them is psychological distress. Objective: To obtain information about the dentists’ psychological distress and to determine the differences in psychological distress based on various characteristic Methods: A cross-sectional study was conducted using an online questionnaire to dentists in DKI Jakarta from October to December 2021. A bivariate test was performed using the Fisher's Exact Test and Continuity Correction. Results: 14.7% of dentists experienced psychological stress during the COVID-19 pandemic. Most dentist showed fear of being exposed to COVID-19 during dental practice, had sufficient knowledge about COVID-19, low self-efficacy, and subjective overload. There is a significant difference in the proportion (p-value <0.05) of psychological distress based on age, marital status, knowledge about COVID-19, and subjective overload. Conclusion: There are dentists in DKI Jakarta who experience psychological distress during the COVID-19 pandemic.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Menik Priminiarti
"Osteoporosis has become a worldwide problem and has been known as a silence disease. Nowadays, there are a lot of diagnostic tools for detecting osteoporosis. Eighty eight postmenopausal were included and underwent digital panoramic, digital periapical, and conventional radiography. Ultrasound bone densitometry of os calcis used as gold
standard. Correlation between stiffness index (SI) with a digital dental, digital panoramic and conventional dental radiography are 0.170 (p = 0.11), -0382 (p = 0.001) and 0.246 (p = 0.021) respectively. Significant relationship was found between the SI only with digital panoramic and conventional dental. The highest correlation was found between SI values with mandibular Inferior Cortex on digital panoramic (-0.382, Pearson Correlation Tests). Correlation
between digital panoramic radiographs and the SI values was the highest of the three radiographic modalities in this study. This indicates that evaluation of cortical bone is more accurate than cancellous bone. Bone quality evaluation in patients at high risk for osteoporosis using panoramic and dental conventional radiograph by dentist, contributes in preventing further occurrence of osteoporosis which in turn could reduce mortality and morbidity of osteoporosis in
Indonesia."
Depok: [Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI ; Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia;Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Isni Puji Lestari
"

Latar Belakang: Kemajuan Teknologi dan Komunikasi (TIK) serta peningkatan jumlah internet dan smartphone dimasyarakat berpeluang menciptakan paradigma baru dimana interaksi pasien dengan praktisi klinis tidak terbatas pada kunjungan pada layanan kesehatan. Penggabungan TIK dalam kedokteran gigi menghadirkan suatu solusi yang dapat dimanfaatkan dalam menghadapi era digitalisasi salah satunya adalah teledentistry. Tujuan : Kondisi ini menuntut dokter gigi untuk memiliki literasi teknologi, sehingga perlu diketahui penerimaan teledentistry dengan menggunakan model UTAUT yang mencerminkan minat dokter gigi terhadap penggunaan teledentistry melalui empat faktor determinan yaitu : ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, pengaruh sosial dan kondisi yang memfasilitasi. Keempat faktor ini juga dimoderasi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan, wilayah geografis dan pengalaman. Metode: Studi Cross-Sectionaldilakukan pada bulan November 2022 terhadap 491 dokter gigi di Provinsi Aceh yang terdaftar dan berstatus aktif  menggunakan metode total sampling. Responden diminta melengkapi kuesioner yang berisi pertanyaan terkait karakteristik sosiodemografi, karaktersitik penggunaan teledentistry dan faktor determinan dari model UTAUT. Analisis statistik menggunakan Mann-Whitney dan Kruskall Wallis dan analisis multivariat menggunakan SEM-PLS untuk memprediksi faktor yang paling berperan terhadap penerimaan teledentistry pada dokter gigi. Hasil: Model UTAUT terbukti memiliki pengukuran yang valid dan reliabel serta goodness of fit yang baik. Model ini dapat menjelaskn varian minat dokter gigi terhadap penggunaan teledentistry sebesar 54,6% dengan kriteria sedang dan setiap perubahan pada minat mampu diprediksi oleh variabel pengaruh sosial (; p<0,05), kondisi yang memfasilitasi (; p<0,05) dan ekspektansi kinerja (; p<0,05) namun pengaruh yang diberikan masih dalam kategori rendah. Interaksi antara faktor determinan UTAUT dengan faktor moderasi menunjukkan bahwa tidak memiliki efek terhadap hubungan antar faktor determinan dengan minat dokter gigi terhadap penggunaan teledentistry. Kesimpulan: Model UTAUT mampu memprediksi minat dokter gigi dalam menggunakan teledentistry. Prediksi ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sosialisasi dan keterampilan dokter gigi di Aceh dalam menggunakan teledentistry dalam praktik kedokteran gigi sehari-hari.


Background: The development of Information and Communication Technology (ICT) and the increase of internet users and smartphones in the community have created a new paradigm where patient-practitioner interactions are clinically not limited to visits to health services. Integrating ICT in dentistry provides a solution that can be used to address the digital era of teledentistry. This condition requires dentists to be technologically literate. Thus, it is necessary to know the acceptance of teledentistry using the UTAUT model, which reflects dentists' intention to use teledentistry through four determinant factors: performance expectancy, effort expectancy, social influence, and facilitating conditions. These factors are also moderated by age, gender, education, geographical area, and experience. Methods: A cross-sectional study was conducted in November 2022 on 491 registered and active dentists in Aceh using the total sampling method. Respondents were asked to complete a questionnaire related to sociodemographic characteristics, characteristics of the use of teledentistry, and the determinants of the UTAUT model. Statistical analysis using Mann-Whitney, Kruskall-Wallis, and multivariate analysis using SEM-PLS to predict the factors most contributing to dentists' intention to use teledentistry. Results:The UTAUT model has valid and reliable measurements and adequate goodness of fit. This model can explain the variance of dentists' behavior intention to use teledentistry by 54.6% with moderate criteria, and any change in interest can be predicted by social influence (; p<0,05), facilitating conditions (0.262; p 0.05), and performance expectancy (0.225; p<0.05). However, they have a low effect size. The interaction between the determinants of UTAUT and the moderating factors shows that it does not affect the relationship between the determinants and dentists' interest in teledentistry. Conclusion: The UTAUT model can predict dentist interest in using teledentistry. This prediction can improve dentists' socialization and skills in Aceh when using teledentistry in their daily dental practice.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Utami Sunardi
"Perdarahan rongga mulut dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma perawatan gigi yang bersifat operatif. Penyebab perdarahan rongga mulut dapat karena faktor lokal (gingivitis, NUG, trauma akibat perawatan), gangguan hemostasis dan penyakit sistemik. Karena belum adanya data mengenai penyebab perdarahan rongga mulut, maka perlu dilakukan pemeriksaan hemostasis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab perdarahan rongga mulut sehingga penanganan kasus perdarahan tersebut dapat dilakukan secara rasionil. Bahan pemeriksaan berupa darah Sena 11 ml, yang diambil dari penderita perdarahan rongga mulut yang datang ke Bagian Penyakit Mulut RSCM, Exodonsia dan Periodontologi FKG UI. Pemeriksaan klinis dilakukan di Bagian Penyakit Mulut RSCM sedang pemeriksaan hemostasis yaitu masa perdarahan, percobaan pembendungan, hitung trombosit, PT, APTT, kadar fibrinogen dan agregasi trombosit dilakukan di Bagian Patologi Klinik FK UI/RSCM.
Hasil penelitian:
Dari 25 penderita perdarahan rongga mulut menunjukkan 16 orang (64%) memberikan hasil abnormal pada pemeriksaan hemostasis, 1 disertai kelainan sistemik dan 2 dengan kelainan bawaan. Gangguan hemostasis yang terbanyak adalah pada agregasi trombosit yaitu 12 dari 25 penderita (48%). Percobaan pembendungan abnormal pada 8 orang (32%); APTT memanjang pada 4 orang (16%); kadar fibrinogen rendah pada 3 orang (12%); Hitung trombosit rendah pada 1 orang (4%). Dari 9 penderita yang menunjukkan hasil normal pada pemeriksaan hemostasis, 3 orang disebabkan NUG dan 6 orang gingivitis. Sedangkan 4 dari 16 penderita yang menunjukkan kelainan hemostasis abnormal juga disertai dengan NUG."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessie Andrean
"Amanat Undang-Undang dan Peraturan Menteri Kesehatan telah mewajibkan dokumentasi data dan informasi pelayanan kesehatan beralih ke metode digital. Untuk itu praktik mandiri dokter dan dokter gigi diminta mengalihkan penyelenggaraan rekam medis dari manual menjadi elektronik. Pembinaan dan pengawasan terhadap praktik mandiri dokter dan dokter gigi tersebut mengalami beberapa kendala. Untuk mengatasi kendala tersebut maka dirancang sistem informasi untuk praktik mandiri dokter dan dokter gigi yang menggabungkan fungsi penyelenggaraan rekam medis elektronik dengan pembinaan dan pengawasannya. Identifikasi kebutuhan terhadap sistem informasi diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Sistem informasi dikembangkan dengan metode System Development Life Cycle dengan pendekatan prototipe. Pengujian terhadap prototipe dilakukan dengan metode blackbox. Umpan balik terhadap prototipe dilakukan dengan wawancara mendalam. Penelitian ini menghasilkan prototipe sistem informasi untuk praktik mandiri dokter dan dokter gigi. Sistem dapat diakses 5 level pengguna yaitu Dinas Kesehatan Provinsi, Suku Dinas Kesehatan Kota, Puskesmas Kecamatan, Praktik Mandiri Dokter atau Dokter Gigi, dan Admin. Sistem informasi dapat memfasilitasi penyelenggaraan rekam medis elektronik, pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan, serta diseminasi data dan informasi. Melalui sistem informasi ini praktik mandiri dokter dan dokter gigi dapat mendokumentasikan pelayanan kesehatan secara digital serta dapat membantu pemerintah melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan.
......The mandate of the Laws and Regulations of the Minister of Health has made it mandatory for the documentation of data and information on health services to switch to digital methods. For this reason, the private practice of doctors and dentists is required to shift the administration of medical records from manual to electronic. Guidance and supervision of the independent practice of doctors and dentists encountered several obstacles. To overcome these obstacles, an information system was designed for the private practice of doctors and dentists that combines the functions of administering electronic medical records with their guidance and supervision. Identification of the need for information systems is obtained through in-depth interviews, observation, and document review. The information system was developed using the System Development Life Cycle method with a prototype approach. Testing of the prototype was carried out using the blackbox method. Feedback on the prototype is done by in-depth interviews. This research produces a prototype of an information system for private practice of doctors and dentists. The system can be accessed by 5 levels of users, namely the Provincial Health Office, City Health Office, District Health Center, Private Doctor or Dentist Practice, and Admin. Information systems can facilitate the implementation of electronic medical records, recording and reporting of health services, as well as dissemination of data and information. Through this information system private practice of doctors and dentists can digitally document health services and can help the government carry out guidance and supervision activities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Asri Lestari
"Latar Belakang: Salah satu tujuan dalam keikutsertaan Indonesia pada program pembangunan global berkelanjutan (SDGS) yaitu meningkatkan status kesehatan. Upaya tersebut tidak terlepas dari berbagai faktor pendukung seperti ketersediaan sumber daya tenaga medis, kemudahan akses manusia terhadap fasilitas kesehatan, sehingga manusia dengan mudah berkunjung dan mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografi dan pelayanan kesehatan tooth decay dan filling di Indonesia. Metode: Penelitian cross sectional menggunakan data sekunder Riskesdas 2018 yang diklasifikasikan berdasarkan umur WHO sebanyak 14.031 mengenai variabel karakteristik sosidemografi (umur, jenis kelamin, tempat tinggal, status pekerjaan, dan tingkat pendidikan), utilisasi frekuensi kunjungan dan total decay serta filling. Pada Rifaskes 2019 menggunakan data sebanyak 17.741 fasilitas kesehatan. Jumlah dokter gigi menggunakan data Konsil Kedokteran Indonesia hingga bulan Desember 2021 sebanyak 22.926 dokter gigi. Variabel-variabel tersebut di uji secara statistik kemudian dipetakan menggunakan QGIS.
Hasil: Uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok jenis kelamin, lokasi tempat tinggal dan pencarian pengobatan terhadap tooth decay dan filling. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok status pekerjaan, tingkat pendidikan, dan utilisasi frekuensi kunjungan. Sedangkan Uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat korelasi antara jumlah dan rasio fasilitas kesehatan serta dokter gigi terhadap tooth decay dan filling.
Kesimpulan: Pada penelitian ini terdapat hubungan antara faktor sosidemografi dan pelayanan kesehatan yang memengaruhi tooth decay dan filling. Upaya pemerataan distribusi fasilitas kesehatan dan dokter gigi, serta intervensi dalam meningkatkan utilisasi dengan melihat aspek karakteristik sosiodemografi.
......Backgorund: One of the goals of Indonesia's participation on sustainable development goals is improving health state. Efforts made to achieve health improvement is increasing availability of health care facilities so people can easily access and get treatment for dental and oral health.
Objective: This study aimed to determine relationship between sociodemographic and health services factors that affect tooth decay and filling in Indonesia.
Methods: A cross sectional study using secondary data from Riskesdas 2018 as classified based WHO age as much 14.031 subject are sociodemography factors, utilization dental visit, total decay and filling. Rifaskes 2019 data’s using 17.741 healthcare facilities. Number of dentist as much 22.926 using data Indonesia Medical Council on December 2021. These variabels were tested statistically then mapping using QGIS.
Results: Mann-Whitney test showed a significant difference (p<0,05) between groups of gender, place of residence towards tooth decay and filling. Kruskal-Wallis test showed a significant difference (p<0,05) between groups of occupational status, education level, and frequency utilization towards tooth decay and filling. Spearman test showed a correlation statistically (p<0,05) between amount and ratio of healthcare facilities and dentist towards tooth decay and filling.
Conclusion: In this study there are relationship between sociodemographic factors and healthcare services that affect tooth decay and filling. Efforts to equitable distribution of healthcare facilities and dentist, as well as intervention to increase utilization by looking all aspect of sociodemographic characteristics."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiviany Kun Prasidhati
"Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan praktik teledentistry pada dokter gigi di DKI Jakarta pada masa pandemi COVID-19. Penelitian potong lintang berbasis kuesioner ini diisi secara mandiri melalui google form. Pertanyaan yang diberikan mencakup faktor sosiodemografi, karakteristik pekerjaan, penggunaan internet, dan pelatihan teledentistry serta pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik teledentistry. Sebanyak 183 dokter gigi di DKI Jakarta yang menyelesaikan kuesioner. Secara umum, responden menunjukkan pengetahuan yang tinggi, sikap dan praktik yang positif terhadap teledentistry. Hubungan yang signifikan secara statistik ditemukan antara praktik teledentistry dengan usia, status pernikahan, pengalaman bekerja, dan pengalaman pelatihan teledentistry. Terdapat korelasi positif antara pengetahuan dan sikap (r = 0.436, p-value = 0.000). Agar teledentistry dapat diterapkan secara profesional, dokter gigi harus memiliki pengetahuan, sikap, dan praktik yang baik mengenai teledentistry dan perlunya regulasi yang sesuai untuk pelayanan teledentistry.
......The purpose of research is to get information about factors that related to knowledge, attitude, and practice of teledentistry among dentists in DKI Jakarta during the COVID-19 pandemic. This cross-sectional study was using self-administered online questionnaire through google form. The questions consisted of sociodemographic factors, work-related characteristics, daily internet access, and training of teledentistry also questions regarding knowledge, attitudes, and practice. A total of 183 dentists in DKI Jakarta completed the questionnaire. Generally, the participants revealed high knowledge, positive attitude, and practicing teledentistry. A statistically significant relationship was found between practice teledentistry with age, marital status, working experience, and training of teledentistry. Spearman’s correlation test obtained a positive correlation (r = 0.436, p-value = 0.000) between knowledge and attitude. In order for teledentistry to be applied professionally, dentists must have knowledge, attitudes, and good practices regarding teledentistry and the need for appropriate regulations for teledentistry services."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Raihana Radian
"Indonesia merupakan negara terbesar keempat dalam konsumsi rokok. Perilaku merokok memberikan pengaruh buruk terhadap ekonomi negara dan kesehatan masyarakat. Perilaku merokok juga berpengaruh terhadap perilaku menyimpang lain seperti adiksi narkoba dan berpengaruh buruk terhadap kondisi gigi dan mulut. Sebagai tenaga kesehatan profesional, dokter gigi memiliki potensi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi berhentinya kebiasaan merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pasien Rumah Sakit Khusus Gigi Mulut (RSKGM) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) yang memiliki kebiasaan merokok, lama merokok responden, usia mulai merokok, jenis rokok yang dikonsumsi, pengalaman pasien terkait peran dokter gigi dalam mengendalikan atau menghentikan konsumsi rokok, sertapengetahuan pasien mengenai keterkaitan antara kebiasaan merokok dengan adiksi narkoba. Penelitian ini merupakan analisis deskriptif dari pasien RSKGM FKG UI. Penelitian ini menggunakan metode consecutive sampling. Dari 136 responden, didapatkan 20 (14,7%) perokok dan 18 (13,2%) mantan perokok dari berbagai kelompok gender, usia, status pendidikan, dan ekonomi. Tiga puluh delapan perokok dan mantan perokok ini mayoritas menggunakan rokok putih, mulai di usia 16-20 tahun, telah merokok selama kurang dari 11 tahun, mengonsumsi 11-20 batang rokok per hari selama 1-5 menit per batang, dan tidak mengonsumsi bentuk tembakau selain rokok. Mayoritas responden perokok dan mantan perokok juga pernah mengunjungi dokter gigi selama merokok dan diberikan saran dan informasi bahaya merokok. Namun, 60,5% tidak diberikan konseling berhenti merokok dan 34,5% tidak mengetahui adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan adiksi narkoba.
......
Indonesia is the fourth biggest country in terms of cigarette consumption. Smoking habit can bring harm to the nation’s economy and public health. Smoking habit can also lead to deviant behaviour such as drug addiction and damage teeth and oral health. As a professional health worker, detists have potency to be one of the causing factor of a patient’s smoking cessation. This research is conducted to learn about the amout of smoking patients of Universitas Indonesia Faculty of Dentistry Dental Hospital (RSKGM FKG UI), years spent of smoking, initial age of smoking, type of consumed cigarettes, patients’ experience regarding dentists’ role in controlling cigarette consumption, and patients’ knowledge about the relationship between smoking habit and drug addiction. This research is an analytical description from patients’ of RSKGM FKG UI, using consecutive sampling methode. From 136 respondents, there are 20 (14,7%) smokers and 18 (13,2%) ex-smokers fron various gender, age group, education status, and economy status. These smokers and ex-smokers mostly use white cigarette, started smoking between age 16-20 years, have smoked for less than 11 years, consumed 11-20 cigarettes each day for 1-5 minutes each cigarette, and did not use any other form of tobacco beside cigarette. The majority of smokers and ex-smokers also had visited dentist during their smoking period and were given advice and information regarding the dangers of smoking habit. Yet 60,5% of smokers and ex-smokers stated that they were not given smoking cessation counselling and 34,5% didn’t acknowledge the relationship berween smoking habit and drug addiction."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>