Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emyr Armandiego Soeharto
"Dewatering of ultra fine coal and tailings slurries using the conventional technologies are difficult. In this report, a novel Centribaric technique was applied to study the effect of surfactants, flocculant, and mixed surfactant flocculant on the dewatering of coal and tailings. The results of both coal and tailings revealed that anionic surfactants were effective at reducing moisture content, but they decreased solid recovery. On the other hand, the effect of the anionic surfactant was negligible even at high dosages. The flocculant showed an increase in moisture content with increasing its dosage. However, there was a significant increase in solid recovery. Synergistic effect of mixed anionic surfactant flocculent was observed. In the mixture of anionic surfactant and flocculant, the final moisture acquired for a 0.5 kg t, 1 kg t, and 2 kg t surfactant concentration is 17.63 , 16.79 , and 13.39 , respectively.

Proses dewatering batubara dengan menggunakan teknologi konvensional sulit dilakukan. Dalam laporan ini, Teknik centribaric baru ditetapkan untuk mempelajari pengaruh surfaktan, flokulan, dan campuran surfaktan/flokulan pada performa dewatering batubara. Hasil dari eksperimen menunjukan bahwa surfaktan anionic efektif dalam mengurangi kadar air, namun menurunkan solid recovery. Di sisi lain, efek surfaktan anionic dapat diabaikan bahkan pada dosis tinggi. Flokulan menunjukan terdapatnya peningkatan kadar air saat dosis ditambahkan. Namun, ada peningkatan yang signifikan dalam solid recovery. Dari pengamatan efek sinergis dari surfaktan anionik campuran / flokulan, dalam campuran surfaktan anionik dan flokulan, kelembaban akhir yang diperoleh untuk konsentrasi surfaktan 0,5 kg / t, 1 kg / t, dan 2 kg / t adalah 17,63 , 16,79 , dan 13,39."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The upgrading Kalimantan low rank coal is performed using slurry dewatering process in a stired batch autoclave (inner volume of 5 liters) equipped with a condencer, apresure control valve (PCP) and a receiver
"
IPTEKAB
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asiyanto
Jakarta: UI-Press, 2010
690 ASI m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Billy Wira Anugerah
"Partikel halus batubara dikategorikan sebagai partikel batubara dengan kadar air yang tinggi dan ukuran 25-500 μm. Dewatering adalah bagian dari proses pembersihan batubara yang digunakan untuk mengurangi kadar air batubara dan dianggap sebagai proses yang paling mahal dibandingkan dengan aspek lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini menerapkan bahan kimia tambahan untuk meningkatkan performa filtrasi. Proses vacuum filtration digunakan dengan mengaplikasikan tekanan sebesar 40 kPa dan komposisi batubara dengan padatan sebesar 15%. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kinetika filtrasi dan karakteristik cake yang dihasilkan, sehingga efektivitas dari bahan kimia yang digunakan dapat ditentukan. AERODRI® 104, surfaktan anionik, teramati sebagai bahan kimia yang paling efektif, dengan menunjukkan kinerja yang optimal pada dosis rendah dibandingkan dengan AERODRI® 105 sebagai ester. Penemuan lebih lanjut juga menunjukkan bahwa, ketika dosis meningkat lebih dari dosis optimal, filtrasi menjadi kurang efektif.

Fine coal particles are categorised as coal particles with a high moisture content and a size from 25 to 500 μm. Dewatering is a part of coal cleaning process that used to reduce the moisture content of coal and considered as the most expensive process compared to other aspects of coal cleaning. Hence, it is planned to apply chemical additives to enhance filtration. Vacuum filtration was utilised with a pressure of 40 kPa and a coal composition of 15% solids. The experiment was conducted to analyse the filtration kinetics and the cake properties produced, thus, the effectiveness of the chemical can be determined. AERODRI® 104, an anionic surfactant, is observed to be the most effective chemical, showing optimum performance at low dosage compared to AERODRI® 105 as an ester. Further discovery also indicates that, when the dosage is increased over the optimal dosage, the filtration becomes less effective."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan
"Peningkatan kebutuhan air bersih menyebabkan meningkatnya timbulan air limbah yang harus dikelola oleh IPAL. IPAL Krukut merupakan salah satu contoh IPAL yang beroperasi di Jakarta dengan kapasitas eksisting 8.640 m3/hari. Metode yang dilakukan pada unit pengolahan lumpur dewatering IPAL Krukut perlu dilakukan optimasi untuk meningkatkan kinerja treatment sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk menganalisis lumpur sebelum dan sesudah proses dewatering, mengevaluasi parameter desain, serta mengoptimasi jenis dan dosis polimer pada proses dewatering. Penelitian ini bersifat terapan menggunakan grab sampling sebagai metode pengambilan sampel air limbah. Kandungan sampel diuji dengan parameter spesific gravity, TSS, pH, COD, BOD, Cd, Fe, Pb, minyak dan lemak, total coliform, fecal coliform dan Ammonia. Eksperimen yang dilakukan adalah Jar Test dan Buchner Funnel Test dengan jenis polimer anionik Dexfloc, PAC dan FeCl3 dengan variasi dosis 5, 15, 25, 35, dan 50 g/L. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas dewatered sludge pada IPAL Krukut memiliki pH 7.5, Fe 31 mg/L, fecal coliform 0,43 × 102, serta tidak mengandung Pb dan Cd. Unit pengolahan lumpur menghasilkan massa solid total 92,43 kg/hari dengan volume 1,5 m3 /hari. Persentase solid capture pada unit dewatering 97,17% dengan dosis polimer 5,517 g/kg solid sehingga efisiensinya belum memenuhi standar. Optimasi dalam proses chemical conditioning lumpur IPAL Krukut dilakukan menggunakan conditioner PAC dengan dosis 13 g/L, FeCl3 dengan dosis 14 gr/L, atau polimer anionik dengan dosis 26 g/L.

The increased need for clean water causes higher wastewater generation that the WWTP must manage. Krukut WWTP is one of the example of WWTP operated in Jakarta with an 8,640 m3/day existing capacity. The method used in the Krukut WWTP dewatering sludge treatment unit was necessary to optimize to improve the performance of the previous treatment. Therefore, this study aimed to analyze the sludge before and after dewatering, evaluate the design parameters, and optimize the type and dosage of polymer in the dewatering process. This research applied using grab sampling as a method of taking wastewater samples. The sample was tested with parameters specific gravity, TSS, pH, COD, BOD, Cd, Fe, Pb, oil and fat, total and fecal coliform, and Ammonia. The experiments were Jar Test and Buchner Funnel Test with anionic polymer Dexfloc, PAC, and FeCl3 polymer types and doses of 5, 15, 25, 35, and 50 g/L. This study showed the quality of dewatered sludge at the Krukut WWTP had a pH of 7.5, Fe 31 mg/L, fecal coliform 0.43 × 102, and did not contain Pb and Cd. The sludge treatment unit produces a total solid mass of 92.43 kg/day with a 1.5 m3/day volume. The percentage of solid capture in the dewatering unit is 97.17%, with a polymer dosage of 5.517 g/kg solid; thus, the efficiency meets the standard. Optimization in the chemical conditioning process of Krukut WWTP sludge was carried out using a 13 g/L PAC conditioner, 14 g/L of FeCl3, or 26 g/L of anionic polymer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Putri Indriani
"Laju angkat busa Foam lift adalah suatu metode alternatif yang digunakan untuk mengangkat cairan dewatering pada sumur Coal Seam Gas CSG. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi kapasitas angkat dari foam dengan konsentrasi garam dan partikel yang berbeda-beda untuk mengangkat cairan air, pada suatu kondisi dimana ada atau tidak adanya surfaktan. Sebagai pilot proyek sebuah kolom berskala panjang 4,3 meter dengan diameter 5 cm digunakan untuk menstimulasi sumur CSG. Contoh foam dibuat sebanyak 2 Liter L dengan berbagai komposisi yang terdiri dari 0.05-0.3 M garam sebagian besar NaCl dan 7-35 g/L partikel sebagian besar lempung dengan laju alir gas yang bervariasi dari 30-65 Liter per menit. Kapasitas angkat foam terhadap cairan sangat berkaitan dengan kemampuan untuk membentuk foam foamability, dengan kata lain semakin tinggi foamability, maka semakin besar kapasitas daya angkatnya. Surfaktan mempunyai kapasitas angkat yang lebih tinggi daripada air. Penambahan NaCL dengan rentang konsentrasi tertentu transisi konsentrasi dari 0.05-0.1 M dapat meningkatkan daya angkat. Adanya partikel dapat sedikit meningkatkan kapasitas angkat, tetapi, dapat menurunkan konsentrasi tertentu. Kestabilan foam dapat mengangkat partikel sampai ke permukaan sumur, yang mana juga memperbaiki waktu pakai dari pompa down hole pump yang digunakan untuk proses dewatering. Secara keseluruhan, kombinasi yang sesuai antara surfaktan, garam dan partikel dapat secara nyata meningkatkan daya angkat cairan, yang dapat menunjukkan potensi dari pemakaian atau aplikasi foam dalam industri CSG.

Foam lift is an alternative way used for liquid unloading dewatering in Coal Seam Gas CSG wells. This study aims to evaluate liquid lifting capacity of foams at different concentrations of salt and particles, in the absence and presence of surfactant. A pilot scale column of 4.3 m long and 5 cm in diameter was used to simulate a CSG well. 2 L of samples of different compositions were prepared with 0.05 ndash 0.3 M of salt mainly NaCl and 7 35 g L of particles mainly clays and gas flow rates varied from 30 to 65 L min. The liquid lifting capacity of foam can be interrelated to foamability, in the sense that the higher the foam formation, the greater the lifting capacity. The surfactant solutions provided significantly higher lifting capacity compared to water. Addition of NaCl improved lifting capacity at a particular range of concentration transition concentration from 0.05 to 0.1M. Particles were found to slightly improve the lifting capacity, however, lowered it above a particular concentration. Stable foams can lift the particles up to the surface, which improves the runtime of down hole pumps used for well dewatering. Overall, the appropriate combination of surfactant, salt, and particles can significantly improve liquid lifting, demonstrating the potential application of foams in CSG industry."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina
"ABSTRAK
Salah satu sumber daya alam yang diperlukan oleh manusia adalah air. Air merupakan sumber daya yang terbatas. Pengambilan dan penggunaan air tanah yang berlebihan seperti yang terjadi pada dewatering menyebabkan persediaan air tanah menipis dan penurunan permukaan tanah yang akan mengakibatkan longsor. Permasalahan yang terjadi adalah belum semua penyelenggaraan dewatering dikenakan pajak air tanah di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi pajak air tanah atas dewatering di Provinsi DKI Jakarta dalam perspektif pengendalian eksternalitas negatif dan produktivitas penerimaan. Untuk menganalisis permasalahan tersebut, peneliti menggunakan teori kebijakan Merilee Grindle dimana keberhasilan suatu kebijakan dianalisis dengan melihat isi kebijakan dan konteks implementasi pajak air tanah atas dewatering. Selain itu peneliti juga menganalisis faktor-faktor pemungutan pajak air tanah atas dewatering belum optimal di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan post positivis, dengan metode kualitatif yaitu melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian adalah kepentingan Badan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi DKI Jakarta terpengaruhi dari peran dalam mengendalikan eksternalitas negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan dewatering yang merupakan manfaat yang diinginkan oleh Badan Pajak dan Retribusi Daerah, letak pengambilan keputusan berada di pimpinan Unit Pelayanan Pajak dan Retribusi Daerah, pelaksana kebijakan masih belum didukung dengan kualitas dan kuantitas yang memadai, demikian pula dengan sumber-sumber daya yang digunakan. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat masih belum searah dengan tujuan kebijakan, karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa masih mengutamakan kepentingan masing-masing instansi, dan tingkat kepatuhan serta respon dari sasaran kebijakan masih rendah. Faktor yang menyebabkan implementasi pajak air tanah atas dewatering belum optimal di Provinsi DKI Jakarta adalah relatif rendahnya penegakan hukum, sumber daya manusia yang kurang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas, belum dilakukannya pengawasan yang memadai dan koordinasi dengan instansi terkait belum dilakukan secara berkesinambungan.

ABSTRACT
One of the natural resources needed by humans is water. Water is a limited resource. Excessive extraction and use of groundwater as occurs in dewatering causes the groundwater supply to run low and land subsidence to cause landslides. The problem that occurs is that not all dewatering arrangements are subject to a groundwater tax in DKI Jakarta Province. This study aims to analyze the implementation of groundwater tax on dewatering in DKI Jakarta Province in the perspective of controlling negative externalities and revenue productivity. To analyze these problems, researchers used the Merilee Grindle policy theory in which the success of a policy was analyzed by looking at the contents of the policy and the context of the implementation of groundwater tax on dewatering. In addition, the researchers also analyzed the factors of collecting groundwater tax on dewatering that were not optimal in DKI Jakarta Province. This research uses a post positivist approach, with qualitative methods through in-depth interviews and literature study. The results of the study are the interests of the DKI Jakarta Provincial Tax and Levies affected by the role in controlling negative externalities caused by dewatering activities which are the benefits desired by the Regional Tax and Levies Agency, the location of decision making is in the leadership of the Regional Tax and Retribution Service Unit, implementing policies are still not supported by adequate quality and quantity, as well as the resources used. The power, interests and strategies of the actors involved are still not aligned with the objectives of the policy, the characteristics of the ruling institutions and regimes still prioritize the interests of each agency, and the level of compliance and response of policy targets is still low. Factors causing the implementation of groundwater tax on dewatering have not been optimal in DKI Jakarta Province are the relatively low law enforcement, inadequate human resources both in terms of quality and quantity, adequate supervision and coordination with related agencies have not been carried out continuously."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Aswati
"Proses peningkatan mutu batubara peringkat rendah dengan slurry dewatering merupakan pengembangan dari proses UBC (Upgrading Brown Coal). Proses tersebut memanfaatkan pelarut limbah CPO parit dan minyak jelantah, menggantikan kerosin dan residu minyak bumi yang digunakan dalam proses UBC. Slurry dewatering dioperasikan pada temperatur dan tekanan rendah, sekitar 150°C dan 1 atmosfer. Proses ini dimaksudkan hanya untuk mengurangi sebagian besar kandungan air dalam batubara, jadi hanya melibatkan proses fisika (dewatering) tanpa melibatkan proses kimia atau pirolisis sehingga limbah cair dan emisi gas yang dihasilkan tidak berbahaya.
Batubara dengan ukuran partikel < 3mm dan pelarut dimasukkan ke dalam reaktor tertutup (autoclave) berpengaduk, dengan rasio berat pelarut dan batubara bebas air 1; 1,5 dan 2. Slurry batubara dan pelarut dipanaskan dalam reaktor hingga mencapai temperatur 150°C selama sekitar 2 jam. Dalam penelitian ini digunakan 3 jenis pelarut : CPO parit, jelantah dan campuran 50/50 CPO parit dan jelantah. Uap air batubara dikondensasi dan dikumpulkan untuk dianalisa kadar BOD dan pH-nya. Pelarut yang telah dipisahkan dari batubara dengan menggunakan separator sentrifugal, direcycle dengan make-up sekitar 20%. Batubara yang sudah kering selanjutnya dibriket untuk memudahkan dalam transportasinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses slurry dewatering dengan menggunakan ketiga jenis pelarut tersebut mampu menurunkan kadar air batubara rata-rata 90% dan peningkatan nilai kalor hingga > 40%, serta meningkatkan temperatur pembakaran maksimum sebesar 50%. Rasio pelarut dan batubara bebas air 1,5 memberikan hasil dewatering terbaik, sedangkan dari ketiga jenis pelarut yang digunakan, pelarut campuran mampu menurunkan kadar air tertinggi dibandingkan jelantah dan CPO parit. Limbah cair yang dihasilkan memiliki nilai BOD yang memenuhi syarat baku mutu lingkungan dan aman dibuang ke lingkungan setelah dilakukan pengolahan dengan bahan penetral yang murah dan efektif.

The process of improving the quality of low rank coal by slurry dewatering process is the development of UBC (Upgrading of Brown Coal). The process utilizes a solvent trenches CPO and waste cooking oil, replacing kerosene and petroleum residue used in the UBC. Slurry dewatering operated at temperatures and low pressures, approximately 150°C and 1 atmosphere. This process is intended only to reduce most of the moisture content in coal, so it only involves physical processes (dewatering) without involving chemical processes or pirolysa so that liquid waste and gas emissions are produced is not harmful.
Coal with particle size < 3mm and the solvent incorporated into a closed reactor (autoclave) stirred, with a weight ratio of solvent and water-free coal 1, 1.5 and 2. Slurry mixture of coal and solvent is heated in the reactor until the temperature reaches 150°C for about 2 hours. This study used three types of solvents : CPO trenches, waste cooking oil and 50/50 mixture of CPO trenches and waste cooking oil. Coal water vapor is condensed and collected for analysis levels of BOD and pH value. Solvents which have been separated from the coal by using centrifugal separator, in recycle with make-up around 20%. Coal was dried further brequetting process for ease in transportation.
The results showed that the slurry dewatering process by using three types of solvents are able to lower the moisture content of coal on average 90% and an increase in calorific value of up to > 40%, and increasing the maximum combustion temperature by 50%. The ratio of solvent and water-free coal dewatering 1.5 gives the best results, while of the three types of solvent used, solvent mixtures can reduce the water content of the highest compared to cooking and CPO trenches. Liquid waste generated has a value of BOD qualified environmental quality standards and safe disposal into the environment after treatment with a neutralizing agent is cheap and effective.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1543
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Ramli
"Proses pengeluaran air pada batu bara merupakan hal yang sangat penting dalam industri batu bara disebabkan oleh dampak yang ditimbulkan pada saat penanganan dan penentuan karakteristik daripada produk batu bara dan tailing. Metode filtrasi komersil yang ada saat ini tidak cukup efektif serta berat dalam segi biaya. Dengan demikian, proses pengeluaran air dibantu oleh bahan kimia aditif dengan berbagai dosis diperkenalkan untuk melihat dampaknya pada perubahan jumlah filtrasi dan kelembaban hasil filtrasi tanpa harus meningkatkan biaya operasional secara signifikan. Eksperimen ini dilakukan dengan menggunakan tekanan vakum dan dengan sinergi oleh software komputer, data air yang dapat dikeluarkan daripada campuran air dan batu bara terhadap waktu dapat diamati. Perbedaan tekanan yang digunakan pada peralatan ini adalah 60 kPa dan diaplikasikan untuk seluruh rangkaian eksperimen dengan komposisi campuran solid dan liquid sebesar 20 . Tujuan daripada eksperimen ini adalah untuk mempelajari dan menganalisa kinetik daripada filtrasi dan sifat hasil filtrasi batu bara dan tailing dengan menggunakan surfaktan anionik dan kationik: AERODRI 104, AERODRI 105 dan CTAB, diikuti oleh penggunaan flokulan anionik: A962, dan yang terakhir dengan mencampurkan surfaktan anionik, AERODRI 105, dengan flokulan anionik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan menggunakan surfaktan anionik pada sampel batu bara, penurunan kelembaban dapat dicapai. Selanjutnya, ditemukan juga bahwa flokulan dapat meningkatkan kelembaban hasil filtrasi dan dengan menggunakan campuran flokulan dan surfaktan anionik menghasilkan produk dengan kelembaban yang lebih rendah dan jumlah pengeluaran air yang lebih tinggi.

Dewatering of ultrafine coal and refuse slurries are of major importance to the coal industry due to their impacts on the handling and utilisation characteristics of coal products and tailings disposal. Available commercial filtration methods are either ineffective or costly for ultrafine coal and tailings dewatering. Therefore, dewatering assisted by chemical is introduced at various dosages to observe the changes in filtration rate and moisture content of cake without significantly increase the operating cost. The experiment was conducted by utilising vacuum pressure and synergising with computer software, data of water removal from the coal slurry over time was observed. The pressure difference of the equipment was set at 60 kPa throughout the series of experiments with slurries composition of 20 . The experiment purpose was to study and analyse the filtration kinetics and filter cake properties of coal concentrate and tailings by utilising anionic and cationic surfactant AERODRI 104, AERODRI 105, and CTAB, followed by usage of anionic flocculant A962, and lastly by combining anionic surfactant, AERODRI 105, with an anionic flocculant. The results showed that with applying anionic surfactants in coal samples, lower final moisture content could be achieved. Furthermore, flocculant was found to be increasing moisture content of filter cake and using mixed flocculent and anionic surfactant yielded a product with lower final moisture and a higher dewatering rate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andryansya Putra Abinda
"Pengoperasian IPA Legong menimbulkan residu/limbah yang berupa lumpur yang tidak sesuai dengan baku mutu air limbah. Hingga saat ini IPA legong masih belum memiliki sistem pengolahan lumpur sehingga lumpur dialirkan kembali ke Sungai Ciliwung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menganalisis karakteristik dan kuantitas lumpur IPA Legong dan merencanakan sistem pengolahan lumpur yang akan diterapkan di IPA Legong. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan pengujian karakteristik lumpur dan melakukan pemilihan alternatif teknologi dengan menggunakan tools berupa pairwise comparison chart dan decision matrix. Hasil dari penelitian ini adalah konsentrasi COD untuk Lumpur sedimentasi Kedasih, sedimentasi Konvensional, filtrasi Kedasih, dan filtrasi Konvensional sebesar 545,2 mg/L, 649,6 mg/L, 112,5 mg/L, dan 119 mg/L. % total solid untuk lumpur sedimentasi Kedasih, filtrasi Kedasih, sedimentasi Konvensional, dan filtrasi Konvensional berurut sebesar 1,89%, 1,06%, 1,39%, dan 0,65%. Dengan debit yang dihasilkan berurut sebesar 77,78 m3 /hari, 517 m3 /hari, 259,28 m3 /hari, dan 1723,33 m3 /hari. Untuk teknologi pengolahan yang terpilih adalah proses Thickening dengan unit Dissolved Air Flotation (DAF), Conditioning dengan Polymer Conditioning, dan proses Dewatering dengan unit Centrifuge Decanter. Terdapat juga Recovery Basin sebagai unit pelengkap untuk lumpur filter backwash. Sistem ini dengan % solid influent sebesar 3,4% dapat diproses hingga menjadi 40% total solid untuk Cake dan 0,43% total solid untuk effluent resirkulasi serta total reduksi volume lumpur sebesar 98,5%.

The operation of Legong Wastewater Treatment Plant (WTP Legong) generates residues/wastes in the form of sludge that do not comply with the wastewater quality standards. Currently, IPA Legong lacks a sludge treatment system, leading to the discharge of sludge back into the Ciliwung River. The objective of this research is to analyze the characteristics and quantity of IPA Legong sludge and to design a sludge treatment system for implementation at IPA Legong. The research method involves testing the sludge characteristics and selecting alternative technologies using tools such as pairwise comparison charts and decision matrices. The research findings indicate that the COD concentrations for Kedasih sedimentation sludge, Conventional sedimentation, Kedasih filtration, and Conventional filtration are 545.2 mg/L, 649.6 mg/L, 112.5 mg/L, and 119 mg/L, respectively. The % Total Solids for Kedasih sedimentation sludge, Kedasih filtration, Conventional sedimentation, and Conventional filtration are 1.89%, 1.06%, 1.39%, and 0.65%, respectively. The generated flow rates are 77.78 m3 /day, 517 m3 /day, 259.28 m3 /day, and 1723.33 m3 /day in sequence. The selected treatment technology comprises the Thickening process with Dissolved Air Flotation (DAF) unit, Conditioning with Polymer Conditioning, and Dewatering process with Centrifuge Decanter unit. Additionally, a Recovery Basin serves as a complementary unit for filter backwash sludge. This system, with an influent % solid of 3.4%, can process sludge to achieve 40% total solids for Cake and 0.43% total solids for effluent recirculation, resulting in a total sludge volume reduction of 98.5%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>