Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Made Indra Waspada
Abstrak :
Latar Belakang. Cairan rehidrasi oral dan zinc telah menjadi terapi standar dalam tata laksana diare akut pada anak. Probiotik sudah digunakan secara luas pada kasus diare akut pada anak meskipun belum direkomendasikan oleh WHO. Penelitian yang membandingkan penambahan probiotik pada terapi standar masih sangat terbatas. Tujuan. Mengetahui efektivitas pemberian suplementasi probiotik pada terapi standar diare akut. Metode. Penelitian uji klinis acak tersamar ganda dilakukan pada anak usia 6 bulan sampai 36 bulan dengan diare akut tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan sedang, yang dilakukan di kelurahan Kenari, Jakarta Pusat antara bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012. Kelompok perlakuan diberikan terapi standar ditambah probiotik Lactobacillus rhamnosus R0011 1.9 x 109 cfu dan Lactobacillus acidophilus R0052 0.1 x 109 cfu, sedangkan kelompok kontrol diberikan terapi standar dan plasebo. Luaran yang dinilai adalah durasi diare dan frekuensi defekasi. Penelitian ini bersifat intention to treat analysis. Hasil. Total 112 subjek masuk dalam penelitian, terdiri dari 56 subjek mendapat terapi standar ditambah probiotik, dan 56 subjek hanya terapi standar. Median lama durasi diare setelah terapi pada kelompok perlakuan yaitu 68,5 jam sedangkan pada kelompok kontrol 61,5 jam (p=0,596). Median frekuensi defekasi pada kelompok perlakuan yaitu 5 kali, sedangkan pada kelompok kontrol 5,5 kali (p=0,795). Simpulan. Pada penelitian ini tidak ditemukan penurunan durasi diare dengan penambahan probiotik pada terapi standar. Meskipun kelompok perlakuan memiliki frekuensi defekasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun perbedaan tersebut tidak bermakna.
Background. Oral rehydration solution and zinc have been used as standard therapy for treating acute diarrhea in children. Probiotics are widely used in treatment of acute diarrhea in children, although it has not been recommended by WHO. Studies comparing supplementation of probiotics to standard therapy are still limited. Objectives. To know the efficacy of probiotic supplementation to standard therapy in acute diarrhea. Methods. A randomized double blind clinical trial was performed in children aged 6-36 months with acute diarrhea without dehydration or mild to moderate dehydration in Kenari sub district, central Jakarta, between October 2011 until Februari 2012. Supplemented group was given standard therapy and probiotics Lactobacillus rhamnosus R0011 1.9 x 109 cfu and Lactobacillus acidophilus R0052 0.1 x 109 cfu, while control group was given standard therapy and placebo. The outcomes were duration of diarrhea and frequency of defecation. Stool frequency was recorded daily until resolution of diarrhea. The analysis was based on intention to treat. Results. A total of 112 subjects were included in the study, consisted of 56 subjects in supplemented group and 56 subjects in control group. Median duration of diarrhea in supplemented group was 68,5 hours while in the control group was 61,5 hours (p=0,596). Median frequency of defecation in supplemented group was 5 times, while in the control group was 5,5 times (p=0,795). Conclusion. This study did not find shorter duration of diarrhea with supplementation of probiotics to standard therapy. Although supplemented group had lower frequency of defecation compared to control group, the difference was not significant.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T31682
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Fransiska
Abstrak :
Jumlah penderita diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Makasar mengalami kenaikan dari tahun 2014 sampai 2016. Kelurahan Kebon Pala menjadi penyumbang terbanyak dari keseluruhan kasus diare. Jumlah penderita diare balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kebon Pala tahun 2014 sebesar 182 kasus kemudian naik tahun 2015 sebesar 251 kasus dan mengalami penurunan pada tahun 2016 sebesar 238 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kebon Pala. Disain penelitian yaitu case control, kasus adalah penderita diare yang tercatat dalam register puskesmas selama 14 hari terakhir waktu penelitian berlangsung dan kontrol adalah tetangga kasus. Jumlah sampel masing-masing kontrol dan kasus 60 responden. Pengumpulan data dengan wawancara langsung dan observasi menggunakan kuesioner. Kuesioner berisikan pertanyaan perilaku cuci tangan pakai sabun, pemberian ASI eksklusif, sumber air bersih, sarana jamban dan sarana pembuangan sampah. Penelitian ini didapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara perilaku cuci tangan pakai sabun nilai p 0.005; OR 5,107 , pemberian ASI eksklusif nilai p 0,005; OR 4,030 , sarana jamban nilai p 0,022; OR 2,993 dan sarana pembuangan sampah niali p 0,003; OR 3,406 dengan kejadian diare pada balita.
The number of diarrhea sufferers in under five children in the working area of Puskesmas Kecamatan Makasar increased from 2014 to 2016. Kebon Pala village became the biggest contributor of all diarrhea cases. The number of diarrhea sufferers in the work area of Kebon Pala Public Health Center in 2014 amounted to 182 cases and then increased in 2015 by 251 cases and decreased in 2016 by 238 cases. This study aims to determine the risk factors of diarrhea occurrence in infants in the working area of Kebon Pala Public Health Center. The case study design was case control. The case was diarrhea sufferer recorded in the puskesmas register for the last 14 days while the study took place and the control was neighboring case. The number of samples of each control and case are 60 respondents. Data was collected by direct interview and observation using questionnaire. The questionnaire contains questions on handwashing behavior with soap, exclusive breastfeeding, clean water sources, toilet facilities and garbage disposal facilities. The results of this study showed that there was a significant relationship between handwashing with soap p 0.005, OR 5,107 , exclusive breastfeeding p value 0.005, OR 4.030 , toilet facilities p value 0.022, OR 2,993 and garbage disposal facilities Niali p 0,003 OR 3,406 with the incidence of diarrhea in infants.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Rachma Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi clinical pathway pada kasus diare akut dengan proses audit. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif dengan menggunaan konsep operational research dengan metode telaah dokumen, telaah data dan wawancara mendalam. Hasil penelitian didapatkan topik audit adalah implementasi clinical pathway diare akut dengan tujuan menilai kelengkapan pengisian clinical pathway, kepatuhan DPJP, PPJP, Gizi dan Farmasi serta menilai kesesuaian lama hari rawat dengan clinical pathway. Standar penilaian yang digunakan adalah standar nasional yaitu KARS. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kelengkapan pengisian clinical pathway 25 , tidak ditemukan variasi pada pemeriksaan laboratorium, asuhan nutrisi dan asuhan keperawatan, namun pada tata lakasana diare akut masih ditemukan variasi pada obat tambahan sebesar 41 , dan lama hari rawat sudah sesuai yaitu 3,3 hari. Beberapa hal yang perlu rumah sakit lakukan adalah mengembangkan kebijakan terkait clinical pathway, memperbaiki formulir clinical pathway dan sistem sosialisasi, membuat petunjuk teknis clinical pathway, sistem monitoring dan evaluasi, serta menurukan standar lama hari rawat dan diskusi terkait variasi terapi.
ABSTRACT
This study aims to determine the implementation of clinical pathway of acute diarrhea with the audit process. This type of research is quantitative and qualitative by using operational research concept with document review method, data analysis and in depth interview. The result of the research shows that the audit topic is the implementation of clinical pathway of acute diarrhea with the aim to assessing completeness of clinical pathway, compliance of primary responsible physician, primary responsible nurse, nutrition and pharmacy and assessing the length of stay with clinical pathway. Assessment standard used is the national standard that is KARS. The result of measurement showed that completeness of filling clinical pathway 25 , no variation on laboratory examination, nutrition and nursing care, but still found variation on additional drug 41 , and length of stay was 3.3 day. Some things that hospital need to do is developed policies related to clinical pathway, improve clinical pathway forms and socialization systems, make clinical pathway technical guidance, monitoring and evaluation systems, and reduce standards length of stay and discussion of variations in therapy.
2017
S68246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Rinciani Putri
Abstrak :
Diare akut adalah proses defekasi yang lebih sering dari biasanya (>3x sehari) dengan durasi < 14 hari. Salah satu penyebab diare akut adalah infeksi bakteri. Adanya infeksi bakteri ini harus ditangani dengan penggunaan antibiotik spesifik terhadap bakteri penyebab secara rasional. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien diare akut di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita tahun 2016. Evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data rekam medis pasien dengan teknik total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien anak (usia >1 bulan-12 tahun) yang menderita diare akut di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita tahun 2016 dengan terapi antibiotik. Penelitian dilakukan terhadap 88 data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi. Kuantitas penggunaan antibiotik terbesar yang dinyatakan dalam satuan PDD adalah seftriakson (152,75) dan DDD/100 pasien/hari terbesar adalah seftriakson (34,56). Antibiotik yang menyusun segmen DU90% adalah seftriakson, sefotaksim, seftizoksim, dan ampisilin sulbaktam. Penggunaan antibiotik untuk terapi diare akut di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita tahun 2016 90,87% sesuai dengan Formularium Nasional.
Acute diarrhea is a defecation process which happens more often than usual (3x daily) with duration < 14 days. One of its cause is bacterial infections. This bacterial infection needs to be treated by specific antibiotic against the bacteria and used rationally. This research is done to evaluate the uses of the antibiotic for acute diarrhea patient in child inpatiens room Mother and Child Harapan Kita Hospital of year 2016. The uses of antibiotic evaluation are done quantitatively and qualitatively. This research is a descriptive research with cross-sectional study design. Data collection is done retrospectively using patients medical records and total sampling technique. Sample of this research is all children patients in age interval of >1 month until 12 years old in child inpatiens room in Mother and Child Harapan Kita Hospital of year 2016 which suffer from acute diarrhea and need antibiotic therapy. The research is done for all 88 medical records which fulfill the inclusion criteria. The largest quantity of used antibiotics is expressed in PDD unit is ceftriaxone (152.75) and the largest of DDD/100 patient/day is ceftriaxone (34.56). Antibiotics that composed in DU90% segment are ceftriaxone, cefotaxime, ceftizoxime, and ampicillin sulbactam. The uses of antibiotic against diarrhea in child inpatiens room in Mother and Child Harapan Kita Hospital of Year 2016 is 90.87% corresponds with Formularium Nasional.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrina Indah Pratiwi
Abstrak :
Penanganan diare akut primer pada anak yang tidak tepat merupakan penyebab banyaknya kasus kematian pada anak terutama usia kurang dari 5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat di Perawatan Ilmu Kesehatan Anak WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto sehingga dapat meminimalisir penggunaan obat yang tidak rasional. Desain studi menggunakan studi cross-sectional, hasil penelitian dijelaskan secara deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data rekam medis pasien. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien anak usia 0 ndash;18 tahun yang menderita diare akut primer. Penelitian dilakukan terhadap 81 data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dinyakatan dalam satuan DDD dan DDD/100 beds/hari dan analisis kualitatif dinyatakan dalam segmen DU90. Berdasarkan hasil analisis, prevalensi pasien yang menderita diare terbanyak pada pasien laki- laki, dengan rentang umur >1 bulan ndash;2 tahun. Kuantitas obat diare berdasarkan nilai DDD dan DDD/100 beds/hari didapatkan nilai DDD terbesar adalah Zink 24,54 dan nilai DDD/100 beds/hari terbesar adalah Seftazidim 41,67 . Kualitas penggunaan obat diare pada pasien anak di Perawatan Ilmu Kesehatan Anak WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto perlu lebih dikaji kembali. Penggunaan obat diarenya sudah 100 sesuai dengan Formularium Nasional. ...... Improper treatment of acute primary diarrhea in children is the cause of many death cases in children especially under the age of 5 years. This research aimed to know the rationality of diarrhea drug utilization in Pediatric Healthcare Science WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto so it could minimize irrational drugs utilization. The study design used a cross sectional study, the results of the study were described descriptively. Data was collected retrospectively from patient medical record data. The samples in this study were all data of pediatric patients ages 0 18 years with acute primary diarrhea. The study was conducted on 81 medical records that met the inclusion criteria. Analyses were performed quantitatively dan qualitatively. Quantitative analysis is expressed in units of DDD and DDD 100 beds day. Qualitative analysis is expressed in the DU90 segment. Based on the analysis, the most prevalence of diarrhea in male, with an age range 1 month 2 years. The largest DDD value was Zink 24.54 and the largest DDD 100beds day value was Ceftazidime 41,67. The quality of antidiarrheal drugs use in pediatric patients need more improvement. The use of antidiarrheal drugs in in Inpatient of Pediatric Healthcare Science WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto is compliance with the national formulary 100.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ulfah
Abstrak :
Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan anak-anak di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas pemberian zink dalam mengatasi diare akut pada balita di Puskesmas Tanjung Satai. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimental dengan jenis nonequivalent control group after only design. Jumlah sampel berjumlah 40 orang anak yang dibagi menjadi 2 kelompok. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan frekuensi defekasi dan durasi diare pada kedua kelompok (p-value=0,000). Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian zink efektif untuk menangani diare akut pada balita sehingga dapat digunakan sebagai intervensi keperawatan.
Diarrhea is one of major causes of infant and child death in Indonesia. The purpose of this research was to identify the effectiveness of zinc supplementation for acute diarrhea in under five years children in Puskemas Tanjung Satai. The research was quasi experimental with nonequivalent control group after only design. The samples were 40 participants, devided into two group. The result showed that there was significant difference in defecation frequency and duration of diarrhea in both group (p-value=0,000). The conclusion was zinc supplementation is effective for acute diarrhea in under five years children and can be use as nursing intervention.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T29410
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kostermans, Deskian
Abstrak :
[ABSTRAK
Latar Belakang: Diare akut adalah masalah umum di negara berkembang seperti Indonesia; penyakit ini banyak ditemukan dalam praktek sehari-hari dengan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Pada beberapa Rumah Sakit di Jakarta ditemukan bahwa pasien diare akut dewasa mengalami defisiensi kadar seng sebesar 69.3%. Pemberian seng sudah terbukti bermanfaat untuk pengobatan diare akut pada anak. Tujuan: Mengetahui dampak suplementasi seng sebagai terapi alternatif / adjuvant untuk pengobatan diare akut pada pasien dewasa, dengan membandingkan lama berlangsung dan berat-ringan gejala pada kelompok pasien yang diberikan dan yang tidak diberikan suplementasi seng. Metode: Double blind randomized controlled trial dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui efek suplementasi seng terhadap durasi dan gejala gastrointestinal pada pasien diare akut rawat inap di RS Pusat Pertamina di Jakarta selama periode Januari-Desember 2013. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square (x2) untuk perbandingan durasi diare dan uji general linear model (GLM) untuk menilai tren perubahan gejala penyerta diare. Hasil: Analisis data dari 84 pasien yang dikelola: 30 pasien pria [seng 19, plasebo 11] dan 54 pasien wanita [seng 23, plasebo 31] ~ (p 0.111) memperlihatkan pemberian suplementasi seng bermakna mengurangi durasi diare akut (p 0.027) dan bermakna mengurangi gejala mual (p 0.032). Selain itu ada tren perbaikan pada sebagian gejala penyerta diare akut, seperti sakit perut, frekuensi b.a.b., konsistensi feses, gejala muntah, kembung, dan gangguan aktivitas sehari-hari. Simpulan: Pemberian suplementasi seng bermakna membuat durasi diare akut lebih singkat dan bermakna mengurangi gejala mual, serta perbaikan pada sebagian gejala gastrointestinal.
ABSTRACT
Background: Acute diarrhea is a common problem in developing countries such as Indonesia; which is found in everyday practice with quite high morbidity and mortality rate. It was revealed in adult acute diarrhea patients in several hospitals in Jakarta the levels of zinc deficiency was 69.3%. Zinc has been proven to be beneficial in the treatment of acute diarrhea in pediatric patients. Objective: To discover the effectiveness of zinc supplementation as an adjuvant therapy in acute diarrhea for adult patients by comparing the duration and the severity of signs and symptoms of acute diarrhea between the zinc and placebo group. Methods: A double blind randomized controlled trial is done to find out about the effect of zinc supplementation to the duration, signs and symptoms on acute diarrheal in hospitalized adults patients in Pertamina Central Hospital in Jakarta from January-December 2013. The data is analyzed using chi-square test (x2) for comparing the duration of diarrhea and general linear model (GLM) to assess trend changes accompanying symptoms of diarrhea. Results: Analysis of the data from 84 patients: 30 males [19 zinc, 11 placebo] and 54 females [23 zinc, 31 placebo] ~ (p 0.111) obtained zinc supplementation significantly reduced the duration of acute diarrhea (p 0.027) and significantly reduce the symptoms of nausea (p 0.032). In addition there is trend of improvement in some acute diarrhea associated symptoms, such as abdominal pain, frequency of diarrhea, stool consistency, vomiting, bloating, and disruption of daily activities. Conclusion: Zinc supplementation significantly reduce the duration of diarrhea, significantly reduce the symptoms of nausea; besides, improving some symptoms accompanying acute diarrhea.;Background: Acute diarrhea is a common problem in developing countries such as Indonesia; which is found in everyday practice with quite high morbidity and mortality rate. It was revealed in adult acute diarrhea patients in several hospitals in Jakarta the levels of zinc deficiency was 69.3%. Zinc has been proven to be beneficial in the treatment of acute diarrhea in pediatric patients. Objective: To discover the effectiveness of zinc supplementation as an adjuvant therapy in acute diarrhea for adult patients by comparing the duration and the severity of signs and symptoms of acute diarrhea between the zinc and placebo group. Methods: A double blind randomized controlled trial is done to find out about the effect of zinc supplementation to the duration, signs and symptoms on acute diarrheal in hospitalized adults patients in Pertamina Central Hospital in Jakarta from January-December 2013. The data is analyzed using chi-square test (x2) for comparing the duration of diarrhea and general linear model (GLM) to assess trend changes accompanying symptoms of diarrhea. Results: Analysis of the data from 84 patients: 30 males [19 zinc, 11 placebo] and 54 females [23 zinc, 31 placebo] ~ (p 0.111) obtained zinc supplementation significantly reduced the duration of acute diarrhea (p 0.027) and significantly reduce the symptoms of nausea (p 0.032). In addition there is trend of improvement in some acute diarrhea associated symptoms, such as abdominal pain, frequency of diarrhea, stool consistency, vomiting, bloating, and disruption of daily activities. Conclusion: Zinc supplementation significantly reduce the duration of diarrhea, significantly reduce the symptoms of nausea; besides, improving some symptoms accompanying acute diarrhea., Background: Acute diarrhea is a common problem in developing countries such as Indonesia; which is found in everyday practice with quite high morbidity and mortality rate. It was revealed in adult acute diarrhea patients in several hospitals in Jakarta the levels of zinc deficiency was 69.3%. Zinc has been proven to be beneficial in the treatment of acute diarrhea in pediatric patients. Objective: To discover the effectiveness of zinc supplementation as an adjuvant therapy in acute diarrhea for adult patients by comparing the duration and the severity of signs and symptoms of acute diarrhea between the zinc and placebo group. Methods: A double blind randomized controlled trial is done to find out about the effect of zinc supplementation to the duration, signs and symptoms on acute diarrheal in hospitalized adults patients in Pertamina Central Hospital in Jakarta from January-December 2013. The data is analyzed using chi-square test (x2) for comparing the duration of diarrhea and general linear model (GLM) to assess trend changes accompanying symptoms of diarrhea. Results: Analysis of the data from 84 patients: 30 males [19 zinc, 11 placebo] and 54 females [23 zinc, 31 placebo] ~ (p 0.111) obtained zinc supplementation significantly reduced the duration of acute diarrhea (p 0.027) and significantly reduce the symptoms of nausea (p 0.032). In addition there is trend of improvement in some acute diarrhea associated symptoms, such as abdominal pain, frequency of diarrhea, stool consistency, vomiting, bloating, and disruption of daily activities. Conclusion: Zinc supplementation significantly reduce the duration of diarrhea, significantly reduce the symptoms of nausea; besides, improving some symptoms accompanying acute diarrhea.]
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uut Utami
Abstrak :
Rotavirus grup A merupakan penyebab utama penyakit diare pada bayi dan anak balita di seluruh dunia. Metode deteksi strain rotavirus yang cepat dan sensitif adalah dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat prevalensi infeksi rotavirus di Jakarta Utara dan menentukan hubungan data sebaran umur, jenis kelamin serta tingkat keparahan diare pasien terhadap proporsi strain rotavirus selama penelitian. Pada penelitian ini telah diperiksa 256 feses yang diambil pada bulan September 2005 sampai Januari 2006 dari anak-anak penderita diare akut di Jakarta Utara. Metode Enzyme Immunoassay (EIA) digunakan untuk skrining antigen VP6 pada feses, sebelum diteliti dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Ada 100 sampel feses yang mengandung antigen VP6 rotavirus grup A. Metode reverse transcription dan nested-multipleks PCR digunakan untuk mendeteksi gen VP7 (1.062 bp) dan VP4 (876 bp). Data prevalensi masing-masing serotipe P dan G dari pasien yang terinfeksi rotavirus di Jakarta Utara adalah: G1 9,3%; G2 9,3%; G3 2,1%; G9 6,2%;infeksi bersama G4 dan G9 47,4%; P[4] 12,4%; P[6] 12,4%, P[8] 32%; infeksi bersama P[6] dan P[8], 3,1%. Strain rotavirus yang paling banyak ditemukan adalah G4G9P[8] sebanyak 22,7% dan G4G9 dengan serotipe P yang tidak terdeteksi sebanyak 20,6%. Ada 8 sampel yang tidak berhasil dideteksi strainnya. Pada penelitian ini diketahui bahwa nilai tengah umur pasien strain rotavirus terdeteksi sama dengan nilai tengah umur pasien strain rotavirus tidak terdeteksi serta tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi strain rotavirus terdeteksi dan strain rotavirus tidak terdeteksi berdasarkan jenis kelamin pasien dan tingkat keparahan diare pasien (p>0,05).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32544
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Hidayati
Abstrak :
Latar belakang: Diare akut masih merupakan masalah kesehatan yang penting dengan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Virus merupakan penyebab tersering diare akut pada anak. Diare akut akibat virus akan menyembuh sendiri dan tidak membutuhkan terapi antibiotik. Namun, data dari Kemenkes Indonesia menyebutkan bahwa 85 pasien dengan diare di Jakarta diobati dengan antibiotik. Sampai saat ini, penelitian prevalens dan manifestasi klinis tentang diare akut akibat virus selain rotavirus masih jarang dilakukan. Penelitian tentang prevalens dan gambaran klinis diare akibat virus rotavirus, adenovirus, norovirus dan astrovirus belum pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan: Mengetahui proporsi dan manifestasi klinis diare akut yang disebabkan oleh rotavirus, norovirus, adenovirus, dan astrovirus pada anak. Metode: Studi potong lintang dilakukan di RSCM dan RSUD Budhi Asih Jakarta, sejak Februari hingga September 2017. Penelitian melibatkan 100 orang anak berusia 6-36 bulan yang datang dengan keluhan diare akut. Spesimen tinja diperiksa menggunakan rapid test CerTest untuk mendeteksi adanya rotavirus, adenovirus, norovirus dan astrovirus, kemudian dilakukan pemeriksaan analisis tinja untuk menilai terjadinya intoleransi laktosa. Hasil: Diare akut akibat virus didapatkan pada 36 dari 100 anak, terdiri dari rotavirus 74,3 sebagai penyebab tersering, diikuti adenovirus 17,9 , norovirus 5,1 dan astrovirus 2,6 . Tiga spesimen ditemukan terdapat koinfeksi 2 virus. Diare akut akibat virus lebih sering terjadi pada anak berusia kurang dari 24 bulan 73,2 , dan 55,6 diantaranya mengalami gizi kurang. Laki-laki lebih banyak terinfeksi sebesar 1,5 kali dibandingkan perempuan. Muntah merupakan gejala yang bermakna secara statistik terkait diare akut akibat virus ini 66,7 ; p=0,045 . Manifestasi klinis lainnya yaitu diare lebih dari 10 kali per hari 58,3 , dehidrasi 68,8 , batuk 66,7 , pilek 77,8 , demam 88,6 , dan warna tinja kuning hijau 44,4 . Analisis tinja menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara diare akut akibat virus dengan terjadinya intoleransi laktosa pH. ......Background Acute diarrhea remains a major cause of morbidity and mortality in Indonesia and worldwide. Virus is the most common cause of acute diarrhea in children. Viral acute diarrhea is usually self limited, and does not require antibiotic therapy. However, data from Ministry of Health Indonesia reported that 85 of patients with diarrhea in Jakarta are treated with antibiotics. Data on the prevalence and clinical manifestations of viral acute diarrhea other than rotavirus are still limited. Research on prevalence and clinical features of viral diarrhea rotavirus, adenovirus, norovirus and astrovirus has not been done in Indonesia. Objective To know the prevalence of acute diarrhea caused by virus in children and its clinical manifestations. Methods A cross sectional study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital and Budhi Asih Hospital from February to September 2017. A total of 100 stool specimens were collected from patients aged 6 36 months with acute diarrhea and tested for rotavirus, adenovirus, norovirus and astrovirus by rapid test and then performed for stool analysis. Results Of the 100 specimens, 36 36 were found to be positive for virus causing diarrhea. Rotavirus 74.3 was the most frequently detected, followed by adenovirus 17.9 , norovirus 5.1 and astrovirus 2.6 . Three specimens were found positive by two viruses. Viral diarrhea was seen in 73.2 of children aged under 24 months, of whom 55.6 of them were undernourished. Males were affected 1.5 times as much as females. Vomiting was significantly associated with viral acute diarhhea 66.7 p 0.045 . Other clinical manifestations were passage of diarrheic stools more than 10 times a day 58.3 , dehydration 68.8 , cough 66.7 , rhinorhea 77.8 , fever 80.6 , and yellow greenish stools 44.4 . Stool analysis revealed that there was no statistically significant association between viral diarrhea and lactose intolerance pH
Jakarta: Fakultas Kedokteran, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library