Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Okke Ellanosi Hartanto
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5205
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Timothy Nugroho
Abstrak :
Hukuman mati merupakan salah satu bentuk penghukuman yang masih dipertahankan di Indonesia. Latar belakang historis menunjukkan bahwa hukuman mati di Indonesia merupakan warisan kolonial Pemerintah Belanda. Sejak Indonesia merdeka hingga sekarang, hukuman mati tetap ada bahkan tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan tetap dipertahankan dalam KUHP Baru. Diskursus dan praktik hukuman mati dirasionalisasi bahwa hukuman mati mampu menimbulkan efek penggentarjeraan di masyarakat. Eksistensi hukuman mati ini sesungguhnya menimbulkan polemik di kalangan ilmuwan hukum Indonesia. Ada kalangan yang menyetujui dan ada yang menolak eksistensi hukuman mati tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji diskursus normatif tentang hukuman mati dari kalangan ilmuwan hukum di Indonesia. Selanjutnya, penelitian ini juga mengkaji arah politik hukuman mati di Indonesia. Setelah menganalisis diskursus normatif dan politik kriminal hukuman mati, penelitian ini juga menganalisis hasil-hasil penelitian kriminologis hukuman mati untuk melihat apakah hukuman mati benar-benar menimbulkan efek penggentarjeraan. Metode penelitian ini menggunakan analisis diskursus Foucault untuk melihat adanya diskursus dominan dari hukuman mati. Perspektif kriminologi konstitutif dan counter-colonial criminology digunakan dalam tulisan ini untuk mengkaji bagaimana pengaruh teori penghukuman Barat terhadap diskursus normatif hukuman mati tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kondisi diskrepansi antara diskursus hukuman mati dengan rasionalitas yang mendasarinya. Hal ini membuat hukuman mati menjadi paradoks. Solusi atas kondisi paradoks hukuman mati tersebut dibutuhkan diskursus pengganti. Perspektif peacemaking criminology digunakan untuk menunjukkan bahwa hukuman mati yang tidak menyelesaikan masalah kejahatan perlu diganti dengan perspektif perdamaian sebagai respon alternatif terhadap kejahatan.  ......The capital punishment is a form of punishment that is still maintained in Indonesia. The historical background shows that the capital punishment in Indonesia is a legacy of Dutch colonialism. Since Indonesia's independence until now, the capital punishment has persisted and is even spread out in various laws and regulations and is maintained in the New Criminal Code. The discourse and practice of the capital punishment rationalizes that the capital punishment can create a deterrent effect in society. The existence of the capital punishment has actually caused polemics among Indonesian legal scientists. There are people who agree and there are those who reject the existence of the capital punishment. Therefore, this study examines the normative discourse on the capital punishment among legal scientists in Indonesia. Furthermore, this research also examines the political direction of capital punishment in Indonesia. After analyzing the normative discourse and criminal politics of the capital punishment, this study also analyzes the results of criminological research on the capital punishment to see whether the capital punishment actually creates a deterrent effect. This research method uses Foucault discourse analysis to see the existence of a dominant discourse on the capital punishment. The perspectives of constitutive criminology and counter-colonial criminology are used in this paper to examine how the influence of Western punishment theory has on the normative discourse on capital punishment. The results of this study indicate that there is a condition of discrepancy between the capital punishment discourse and its rationality. This makes the capital punishment a paradox. A solution to the paradoxical condition of the capital punishment requires a replacement discourse. The perspective of peacemaking criminology is used to show that the capital punishment which does not solve the problem of crime needs to be replaced with a perspective of peace as an alternative response to crime.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nurdiana
Abstrak :
Penelitian ini berawal dari keprihatinan pada keadaan masyarakat Indonesia saat ini, antara lain ketidakteraturan di jalan raya, mutu sumber daya manusia yang rendah, predikat sebagai koruptor dan lain sebagainya. Padahal sebelumnya, masyarakat Indonesia dikenal karena keramah-tamahannya, budaya dan rasa toleransi yang tinggi. Siapa atau apa yang bertanggung-jawab terhadap keadaan masyarakat Indonesia ini? Berkaitan dengan hal tersebut, penulis mengkaitkannya dengan perkataan Rogers (1983) yang menyatakan bahwa the best of education" sama dengan the best of therapy". Perkataan tersebut menyiratkan adanya hubungan antara pembentukan diri yang optimal dengan proses dalam pendidikan. Berbagai fenomena dalam masyarakat Indonesia menggambarkan banyak penyimpangan yang terjadi justru beriangsung dalam kalangan pendidikan, seperti fenomena jual-beli gelar, dan hal yang paling sederhana namun mewabah, yaitu mencontek. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Bagaimana sebenamya pandangan anggota masyarakat terhadap pendidikan? Lalu, bagaimana pengaruhnya terhadap gambaran konsep diri mereka? Apakah ada diskrepansi (kesenjangan) antara diri sesungguhnya dengan diri ideal dan diri yang ditampilkan? Konsep diri merupakan konsep yang dimiliki oleh setiap orang. Konsep mengenai diri yang sesungguhnya. diri yang diinginkan dan diri yang ditampilkan dalam masyarakat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dari ketiga konsep mengenai diri yang terdapat dalam diri individu, satu sama lain saling bertolak belakang, sehingga menimbulkan suatu kesenjangan, yang disebut sebagai diskrepansi. Penelitian ini mencoba untuk meneliti gambaran konsep diri, diskrepansi diri dan sikap terhadap pendidikan pada mahasiswa. Terpilihnya kelompok subyek ini karena subyek adalah peserta didik yang telah banyak merasakan berbagai pengalaman dalam pendidikan, dari jenjang pendidikan dasar, lanjutan sampai pendidikan tinggi. sehingga diharapkan cukup sesuai dalam menggambarkan diskrepansi diri dan sikap terhadap pendidikan. Dalam menjawab rumusan masalah, penelitian ini menggunakan teoriteori komponen konsep diri dari Baron (1994), diskrepansi konsep diri Higgins (dalam Bracken, 1996), 50c/a/se/f dari Fromm (1961), akibat-akibat diskrepansi dari Rogers, Fromm dan Higgins, kurikulum pendidikan dari Taba (1962) dan hubungan antara pengalaman belajar dan penerimaan diri dari Rogers (1983). Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif sebagai penunjang. Subyek penelitian adalah mahasiswa Universitas Indonesia, jenjang SI Reguler. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pengukuran rata-rata, standar deviasi, oneway anova untuk dan pengukuran regresi serta effect coding pada regresi berganda. Dari hasil penelitian, didapat bahwa ciri-ciri yang ditampilkan oleh mahasiswa adalah ciri yang konform dengan masyarakat. Rendahnya diskrepansi diri- ideal dengan penerimaan terhadap diri real yang agak positif juga diperkirakan karena alasan konformitas dimana individu kurang berambisi untuk meraih diri ideal yang tinggi, yang juga terindikasi dari pemilihan aktivitas waktu luang yang bersifat kurang kreatif dan produktif. Rendahnya diskrepansi diri real-sosial, semakin memperkuat dugaan konformitas dimana diperkirakan karena diri yang sebenamya telah menyesuaikan dengan diri yang ditampilkan dalam masyarakat. Hasil penelitan menunjukkan adanya sumbangan sikap terhadap pengalaman belajar terhadap tinggi-rendahnya diskrepansi diri realsosial. Hasil tambahan menunjukkan adanya sumbangan makna pendidikan terhadap penerimaan diri mahasiswa Universitas Indonesia. Selain itu, hasil tambahan juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang memaknai pendidikan sebagai hasil dan status memiliki diskrepansi real-ideal yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memaknai pendidikan sebagai pengembangan diri, sehingga mahasiswa yang disebutkan pertama lebih rentan untuk mengalami kekecewaan, kecemasan, insekuritas dan maiadjustement. Hasil tambahan juga menyebutkan sumbangan makna pendidikan terhadap rendahnya diskrepansi real-sosial, sehingga diperikirakan pendidikan belum mampu memberikan kemandirian akan persepsinya terhadap dirinya dimana diri yang ditampilkan adalah diri yang sesuai dengan harapan masyarakat sekitamya.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Nina Liche Seniati
Abstrak :
Dalam situasi bisnis yang semakin kompetitif, perusahaan membutuhkan karyawan yang memiliki komitmen tinggi pada organisasi. Allen dan Mayer (1990) menyatakan bahwa komitmen pada organisasi merupakan suatu bentuk keikatan karyawan pada organisasi yang ditampilkan dalam komponen komitmen afektif, komitmen rasional serta komitmen normative. Dari beberapa penelitian terbukti bahwa pengalaman kerja memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap komitmen karyawan pada organiasi. Dalam penelitian ini akan dilihat sumbangan pengelolaan sumber daya manusia sebagai salah satu bentuk pengalaman kerja terhadap komitmen karyawan pada organisasi. Yang dimaksud dengan pengelolaan sumber daya manusia adalah serangkaian proses, aplikasi dan evaluasi terhadap pemanfaatan dan aktualisasi sumber daya manusia dalam rangka mengoptimalkan performa dan kontribusi sumber daya manusia dalam mencapai tujuan perusahaan. Sumbangan yang akan dilihat adalah sumbangan pengelolaan sumber daya manusia dalam bentuk persepsi karyawan atas pengelolaan sumber daya manusia serta diskrepansi harapan dan persepsi karyawan atas pengelolaan sumber daya manusia. Secara khusus pengelolaan sumber daya manusia akan dilihat dari fungsi pengelolaan pengembangan karyawan, pengelolaan penilaian karya serta pengelolaan hubungan kerja. Penelitian dilakukan terhadap 288 responden yang telah bekerja minimal 1 tahun dan maksimal 10 tahun; memiliki latar belakang pendidikan minimal SLTA; bukan anggota keluarga atau teman dekat pemiliki, direksi ataupun komisaris perusahaan; berasal dari bnerbagai bidang kerja dan jabatan, serta merupakan karyawan dari perusahaan kelas menengah yang memiliki bagian sumber daya manusia maupun bagian personalia saja. Berdasarkan hasil pengelolaan data terlihat bahwa komitmen karyawan pada organisasi berada pada derajat cukup tinggi. Jika dilihat dari komponen terlihat bahwa komitmen afektif berada pada derajat cukup tinggi, komitmen rasional berada pada derajat rendah, sedangkan derajat normative berada pada derajat agak tinggi. Harapan karyawan atas pengelolaan sumber daya manusia tergolong tinggi, persepsi karyawan atas pengelolaan sumber daya manusia tergolong rendah, sehingga diskrepansi antara harapan dan persepsii karyawan tergolong besar. Jika diurutkan, fungsi pengelolaan pengembangan karyawan dinilai paling tinggi, diikuti dengan fungsi penilaian karya, dan yang dinilai paling rendah adlah fungsi pengelolaan hubungan kerja. Berdasarkan hasil analisa regresi berganda ditemukan beberapa hal: a. Yang memberikan sumbangan bermakna terhadap komitmen organisasi, komitmen afektif serta komitmen normative adalah persepsi karyawan atas pengelolaan sumber daya manusia. Sedangkan yang memberikan sumbangan bermakna terhadap komitmen rasional adalah diskrepansi antara harapan dan persepsi karyawan atas pengelolaan sumber daya manusia. b. Jika dilihat dari masing-masing fungsi pengelolaan sumber daya manusia terlihat bahwa yang memberikan sumbangan bermakna terhadap komitmen organisasi, komitmen afektif serta komitmen normative adalah persepsi karyawan. Sedangkan yang memberikan sumbangan bermakna terhadap komitmen rasional adalah diskrepansi harapan dan persepsi karyawan atas pengelolaan penilaian karya dan pengelolaan pengembangan karyawan c. Ada perbedaan skor komitmen organisasi dan skor persepsi karyawan atas penglolaan sumber daya manusia yang bermakna berdasarkan beberapa karakteristik personal responden dan karakteristik perusahaan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T38185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Lisa Taula
Abstrak :
ABSTRAK
Kelompok Kecil adalah salah satu kelompok yang bertujuan untuk membina kerohanian anggota-anggotanya. Kelompok ini memiliki sejumjah aktivitas yang menuntut keterlibatan anggota-anggotanya secara efektif agar dapat mencapai tujuan bersama yakni kematangan pribadi anggota-anggotanya atas dasar iman Kristiani.

Penelitian ini bermula dari pengamatan peneliti terhadap adanya diskrepansi antara teori yang menyatakan bahwa tujuan yang homogen mempengaruhi tingginya efektifitas keterlibatan anggota dalam kelompok dengan fenomena yang diamati pada Kelompok Kecil di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Keterlibatan anggota ternyata justru tidak efektif walau tujuan masing-masing anggota sejalan dengan tujuan kelompok. Oleh karena itu timbul pertanyaan apa penyebab yang menghambat efektifitas keterlibatan anggota dalam kelompok tersebut.

Melihat bahwa kelompok ini sangat bermanfaat, maka diharapkan penelitian ini bukan hanya bermaksud untuk menemukan penyebab adanya diskrepansi antara teori dan fakta tapi juga untuk perkembangan program pembinaan itu sendiri, khususnya Kelompok Kecil.

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipakai untuk memahami penghayatan subyektif anggota terhadap keterlibatannya dalam kelompok. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Penelitian ini melibatkan empat subyek yang seluruhnya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diskrepansi ini disebabkan oleh empat kategori masalah yaitu ketidakberfungsian kelompok, masalah pemimpin, masalah anggota dan masalah aktivitas kelompok.

Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor nilai yang dianut anggota dan menerapkan penelitian ini pada setting yang berbeda, sehingga masalah dapat dijelaskan dengan lebih komprehensif.
1998
S2744
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ahmad Dhahnial
Abstrak :
Masyarakat Indonesia sedang menghadapi berbagai situasi yang memprihatinkan. Krisis yang belum selesai, korupsi yang merajalela, tingkat pengangguran yang tinggi serta berbagai hal yang mengindikasikan bahwa Masyarakat sedang berada dalam kondisi disorganized. Kondisi ini lebih-lebih terjadi di masyarakat perkotaan sebagai tempat munculnya industrialisasi dan modernisasi yang pada sisi tertentu menyebabkan berbagai permasalahan sosial yang kompleks. Masyarakat perkotaan dihadapkan pada permasalahan sosial yang kompleks dan kadangkala menimbulkan gejala seperti perasaan gelisah, serba tidak puas, perasaaan serba ragu dan serba salah, frustasi, sengketa batin dengan orang lain dan lingkungan, merasa hampa, kehilangan semangat hidup dan munculnya berbagai penyakit psikosomatis. Berbagai permasalah ini mempunyai kemiripian dengan ciri-ciri munculnya diskrepansi diri (Fromm, Rogers, Baron & Byrne). Lantas, di tengah diorganisasi sosial pada masyarakat kota menjadi menarik untuk mengetahui konsep diri dan diskrepansi pada orang kota. Salah satu faktor dalam pembentukan persepsi individu adalah faktor agama. Agama menjadi menarik untuk diselidiki karena karena pada era transisi sosial dan politik saat ini, perkembangan dan dinamika kehidupan keagamaan menjadi sangat kompleks, bahkan sejak sebelum terjadinya reformasi politik Indonesia yang menyebabkan tumbangnya Soeharto. Agama secara historis dan sosiologis mempunyai peran yang kuat dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pada kondisi ini menarik untuk mengetahui bagaimana pola keberagamaan masyarakat kota. Penelitian ini mengambil latar belakang kota Jakarta dengan segala permasalahannya yang dihadapkan pada berbagai nilai-bilai yang nantinya akan membentuk konsep diri orang-orang di dalamnya. Pertanyaanpertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimanakah konsep diri orangorang di kota besar (dalam hal ini kota Jakarta)? Dengan berbagai kondisi yang melatarbelakanginya, bagaimanakah gambaran diskrepansi diri riil dan ideal serta diskrepansi diri riil dan sosial? Salah satu konstruk konsep diri adalah belief yang terbangun pada masyarakat di sekitar individu termasuk di dalamnya adalah agama. Kemudian timbul pertanyaan bagaimanakah keberagamaan orang-orang-orang di kota besar? Adakah keberagamaan berpengaruh pada konsep diri serta diskrepansi diri orang-orang tersebut? Dalam menjawab rumusan masalah tersebut, penelitian ini menggunakan teori komponen konsep diri dari Baron (1994), diskrepansi konsep diri Higgins (dalam Bracken, 1996), social self dari Fromm (1961), akibat-akibat diskrepansi dari Rogers, Fromm dan Higgins, keberagamaan Schaefer & Gorsuch (1991), Allport (1959) serta Pargament (1997). Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif sebagai penunjang. Subyek penelitian adalah individu-individu tinggal di Jakarta dan tercatat mempunyai KTP Jakarta, pendidikan minimal SMU. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pengukuran rata-rata, standar deviasi, dan pengukuran regresi serta effect coding pada regresi berganda. Dari hasil penelitian, didapat bahwa diri ideal adalah diri yang lebih menonjol dibandingkan dengan diri yang sesungguhnya dan diri yang ditampilkan di lingkungan. Subyek memandang agak positif terhadap konsep diri riil dan memandang positif terhadap konsep diri ideal serta sosial. Diskrepansi konsep diri real-ideal mereka tergolong rendah. Rendahnya diskrepansi tersebut melalui hasil analisa data kualitatif disebabkan karena tuntutan dari lingkungan yang secara umum dapat dipenuhi oleh subyek Sementara diskrepansi konsep diri real-sosial ditemukan sangat rendah. Melalui hasil kualitatif didapat bahwa keterkaitan diri sesungguhnya dengan masyarakat sangatlah kuat, bahkan masyarakat dianggap sebagai norma tertinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa orientasi religius intrinsik pada subyek tergolong tinggi sementara orientasi religius ekstrinsik tergolong agak rendah. Gaya coping religius yang dominan dipakai oleh subyek adalah gaya Kerja Sama. Pemaknaan Tuhan yang utama adalah sebagai Pencipta, Penguasa, dan Penentu sementara pemaknaan agama yang utama adalah agama sebagai pedoman hidup dan norma-norma. Hasil lainnya adalah orientasi religius intrinsik ternyata berhubungan dengna pembentukan konsep diri baik real, ideal maupun sosial. Selain itu, gaya coping religius Kerja Sama juga berpengaruh terhadap konsep diri sesorang. Sementara komponen lain dalam keberagamaan tidak berkontribusi dalam pembentukan konsep diri seseorang.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Anggraeni
Abstrak :
Bailie (1995) melihat bahwa sejak di penghujung akhir tahun 1980 ketika perang dingin berakhir, secara tiba-tiba dunia mulai terperosok dalam kebalauan (confusion), kebencian, permusuhan dan kekerasan. Dikatakannya lagi bahwa dunia kita sedang berada ditengah krisis relijius dan kultural yang hebat. Kota-kota sedang ambruk, proses politik ricuh dan terfragmentasi, rasa tanggung jawab sejarah secara nyata hilang, dan yang lebih serius lagi adalah stabilitas sosial serta psikologik kita tampak membahayakan. Epidemik kriminal, obat-obatan terlarang dan kekerasan merupakan manifestasi dari disintegrasi yang lebih luas dan dalam. Dengan globalisasi fenomena diatas cepat merambah keseluruh bagian dunia, terutama di daerah urban dan akhirnya masuk juga ke daerah rural. (Soemitro, D.S., 2003). Uraian diatas mengetengahkan keprihatinan yang sama terhadap dunia musik yang mudah terombang-ambing dan tidak tentu arahnya karena musik mempunyai andil besar dalam menemukan kembali dan memulihkan identitas bangsa Indonesia lewat musisi-musisinya. Akhirnya hal ini memicu pemikiran akan bagaimana dampaknya perubahan-perubahan tersebut terhadap konsep diri dan diskrepansi diri musisi. Konsep diri merupakan sebuah skema yang terdiri dari kumpulan beliefs dan feeling tentang dirinya sendiri.Konsep diri juga merupakan kerangka berpikir yang akan mempengaruhi kita dalam mengolah informasi tentang dunia sosial disekeliling kita dan informasi tentang diri kita (Baron & Byrne, 1998). Penelitian ini ingin melihat, konsep diri dan pembentukan diskrepansi diri pada musisi tersebut dan gambaran independensi musisi yang tercermin dalam karyanya ketika dihadapkan dengan sepak terjang dunia musik yang penuh dengan intrik sekarang ini. Apakah independensi musisi akan berpengaruh pada pembentukan konsep diri aktual, ideal dan sosialnya dan juga pada diskrepansi diri. Diskrepansi yang dimaksud adalah diskrepansi aktual-ideal dan diskrepansi aktual-sosial. Dalam menjawab rumusan masalah tersebut, penelitian ini akan menggunakan teori komponen konsep diri dari Baron (1994), diskrepansi diri Higgins (1988), teori selfcategorization dari Abraham & Hogg yang menjelaskan tentang independensi. Dan beberapa literatur tentang perkembangan musik di Indonesia. Penelitian menggunakan perpaduan pendekatan kuantitatif yang lebih besar. Subjek penelitian adalah musisi yang berusia 20-40 tahun, telah berkarir sebagai musisi minimal selama 5 tahun, pendidikan minimal SMU, dan berdomisili di Jakarta. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pengukuran rata-rata, standar deviasi, pengukuran regresi serta effect coding pada regresi berganda, dan sebagai analisa tambahan juga digunakan pengukuran oneway anova untuk independent sample. Dari hasil penelitian ini ternyata musisi di Jakarta menilai diri yang sesungguhnya, diri yang diinginkan dan diri yang ditampilkan di lingkungan secara positif. Diskrepansi real-ideal dan real-sosial tergolong sangat rendah; ini kemungkinan disebabkan karena subjek sudah terpuaskan dengan dirinya dan dirinya sudah teraktualisasikan dan tersosialisasikan dengan baik. Namun dari hasil kualitatif ditemukan adanya gejala diskrepansi pada subjek musisi yang terjadi karena sifat-sifat subjek yang bertentangan, tuntutan-tuntutan diri yang belum terpenuhi dan pengaruh dari persaingan dan standar yang ditetapkan di industri musik. Tidak ditemukan sumbangan yang berarti dari variabel data kontrol terhadap konsep diri dan diskrepansi diri. Independensi musisi Indonesia tergolong tinggi. Variabel data kontrol berpengaruh terhadap independensi. Independensi dan aspek aktualisasi diri serta aspek industri musik berpengaruh terhadap konsep diri musisi. Musisi yang memaknai independensi secara berbeda juga tidak mengalami diskrepansi diri dan tidak berpengaruh pada konsep diri mereka. Hasil tambahan lainnya mengenai perbedaan rata-rata data kontrol pada konsep diri, diskrepansi dan independensi.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Ahmad Mangunwibawa
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3398
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Farina Salim
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>