Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reygais Razman
"Pendahuluan: Teknik reaming posteroinferior-superioanterior (PISA) pada total hip arthroplasty (THA) pasien displasia panggul dewasa memiliki banyak keuntungan dibandingkan asetabuloplasti. Akan tetapi, kegagalan reaming PISA dapat meningkatkan biaya serta memperpanjang waktu operasi karena dokter harus melakukan asetabuloplasti sebagai alternatif. Tujuan: Mengeksplorasi parameter radiografi panggul preoperatif dalam memprediksi keberhasilan preparasi asetabulum dengan teknik reaming PISA pada pasien displasia panggul dewasa. Metode: Kohort retrospektif ini menggunakan data sekunder rekam medis seluruh pasien displasia panggul yang menjalani prosedur THA di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (Jakarta, Indonesia) pada Januari 2015–Agustus 2024. Parameter radiografi panggul preoperatif berupa acetabular depth rasio (ADR), acetabular inclination (AI), lateral center-edge angle (LCEA), serta Tönnis angle diukur dengan menggunakan PACS Viewer. Hasil: Sebanyak 36 pasien (72,2% perempuan, usia rerata 46,5415,02 tahun) dianalisis. Sebanyak 24 pasien berhasil dilakukan preparasi asetabulum dengan teknik reaming PISA, sementara sisanya harus menjalani asetabuloplasti. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, usia atau keterlibatan sisi pada kelompok PISA dan asetabuloplasti. Kelompok Crowe III-IV memiliki odds 55 kali lipat lebih besar untuk menjalani asetabuloplasti (odds ratio [OR] 55, interval kepercayaan [IK] 95%: 5,45–554,96; p<0,001). Nilai ADR, AI, LCEA dan Tönnis angle secara berturut-turut adalah 33,2911,44%, 52,357,81 , 23,92(7,70–62,73) dan 9,61(0,79–44,81) . Kelompok reaming PISA memiliki ADR yang lebih tinggi dan AI yang lebih rendah dibandingkan kelompok asetabuloplasti (p<0,001). Tidak terdapat perbedaan LCEA (p=0,198) dan Tönnis angle (p=0,251) pada kedua kelompok. Analisis regresi logistik dengan mengontrol ADR, AI, dan LCEA menunjukkan bahwa ADR (adjusted OR 0,85; IK 95%: 0,75–0,95) dan AI (adjusted OR 1,11; IK 95%: 1,03–1,19) berhubungan dengan dilakukannya asetabuloplasti. Probabilitas dilakukan asetabuloplasti dapat diprediksi dengan rumus ln p/(1-p) = - 0,169(ADR)+0,104(AI)-0,040(LCEA). Model ini memiliki ketepatan 88,9% dengan diskriminasi yang sangat baik (area under the curve=0,913 (IK 95%: 0,800–1)). Simpulan: Angka ADR dan AI preoperatif dapat memprediksi keberhasilan reaming PISA dengan diskriminasi yang sangat baik. Studi prospektif lebih lanjut dapat dilakukan dengan sampel dan parameter radiografi yang lebih banyak untuk memvalidasi temuan ini.

Introduction: The posteroinferior-superioanterior (PISA) reaming technique in total hip arthroplasty (THA) in adult hip dysplasia patients has many advantages over acetabuloplasty. However, failure of PISA reaming could increase costs and prolong surgery time because doctors must perform acetabuloplasty as an alternative. Purpose: To examine preoperative pelvic radiographic parameters in predicting the success of acetabular preparation with the PISA reaming technique in adult hip dysplasia patients. Methods: This retrospective cohort used secondary data from medical records of all adult patients with hip dysplasia who underwent THA procedures at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (Jakarta, Indonesia) from January 2015 to August 2024. Preoperative pelvic radiographic parameters such as acetabular depth ratio (ADR), acetabular inclination (AI), lateral center-edge angle (LCEA), and Tönnis angle were measured using PACS Viewer. Results: Thirty-six patients (72.2% female, mean age 46.54±15.02 years) were analyzed. Twenty four patients had successful acetabular preparation by using reaming PISA technique, while the rest underwent acetabuloplasty. There was no difference in gender, age, or site of involvement between patients in reaming PISA and acetabuloplasty groups. The Crowe III-IV group had 55-fold greater odds of undergoing acetabuloplasty (odds ratio [OR] 55, 95% confidence interval [CI]: 5.45–554.96; p<0.001). The ADR, AI, LCEA, and Tönnis angle values were 33.29±11.44%, 52.35±7.8, 23.92 (7.70–62.73) , and 9.61 (0.79–44.81) respectively. The reaming PISA group had a higher ADR and lower AI than the acetabuloplasty group (p<0.001). Both groups had no difference in LCEA (p=0.198) and Tönnis angle (p=0.251). Logistic regression analysis controlling ADR, AI, and LCEA showed that ADR (adjusted OR 0.85; 95% CI: 0.75–0.95) and AI (adjusted OR 1.11; 95% CI: 1.03–1.19) were associated with acetabuloplasty. The probability of acetabuloplasty can be predicted by the formula ln p/(1-p) = - 0.169(ADR)+0.104(AI)-0.040(LCEA). This model has an accuracy of 88.9% with excellent discrimination (area under the curve=0.913 (95% CI: 0.800–1)). Conclusion: Preoperative ADR and AI values can predict the success of reaming PISA with excellent discrimination. Further prospective studies with more samples and radiological parameters should be done to validate these findings."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaliza Marzania
"Latar Belakang: Kanker mulut, khususnya karsinoma sel skuamosa rongga mulut (KSSRM), sering ditemukan di Asia, termasuk Indonesia, terutama pada pria usia lanjut dengan lokasi utama di lidah. Prognosis pasien sangat bergantung pada deteksi dini. Biopsi dan pemeriksaan histopatologis menggunakan pewarnaan hematoksilin dan eosin (H&E) merupakan metode utama, salah satunya penilaian derajat diferensiasi jaringan. Namun, diperlukan tambahan parameter seperti derajat keratinisasi dan reaksi desmoplastik untuk penilaian yang lebih objektif. Selain itu juga, dapat melihat perubahan jaringan dengan melihat daerah yang bersifat displastik. Tujuan: Menentukan derajat diferensiasi jaringan KSSRM berdasarkan derajat keratinisasi dan klasifikasi reaksi desmoplastik serta pengamatan perubahan sifat jaringan. Metode: Penelitian deskriptif analitik menggunakan sampel jaringan KSSRM yang diwarnai H&E dan diamati menggunakan mikroskop cahaya. Hasil: Belum ditemukan hubungan bermakna (p>0,05) antara usia, jenis kelamin, lokasi tumor, derajat keratinisasi, dan klasifikasi reaksi desmoplastik terhadap derajat diferensiasi. Perubahan jaringan displastik menjadi cancerous dapat diamati pada beberapa sampel. Kesimpulan: Usia, jenis kelamin, lokasi tumor, derajat keratinisasi, dan klasifikasi reaksi desmoplastik belum menunjukkan hubungan bermakna dengan derajat diferensiasi KSSRM. Perubahan jaringan yang bersifat displastik menjadi cancerous dapat diamati pada beberapa jaringan KSSRM dengan masih terlihatnya daerah displastik.

Background: Oral cancer, particularly oral squamous cell carcinoma (OSCC), is commonly found in Asia, including Indonesia, especially in older males with the primary site being the tongue. Patient prognosis heavily depends on early detection. Biopsy and histopathological examination using hematoxylin and eosin (H&E) staining remain the main diagnostic methods, including the assessment of tissue differentiation grade. However, additional parameters, such as the degree of keratinization and desmoplastic reaction, are needed for more objective evaluation. In addition, tissue changes can be seen by looking at dysplastic areas. Objective: To determine the differentiation grade of OSCC tissue based on the degree of keratinization and desmoplastic reaction and observation of changes in tissue properties. Methods: A descriptive-analytical study using OSCC tissue samples stained with H&E and observed under a light microscope. Results: No significant relationship (p>0.05) was found between age, gender, tumor location, degree of keratinization, and desmoplastic reaction with the differentiation grade. Dysplastic-to-cancerous transformation was observed in some samples. Conclusion: Age, gender, tumor location, degree of keratinization, and desmoplastic reaction did not show a significant relationship with the differentiation grade of OSCC. Changes in tissue from dysplastic to cancerous in several OSCC tissue were still seen."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaliza Marzania
"Latar Belakang: Kanker mulut, khususnya karsinoma sel skuamosa rongga mulut (KSSRM), sering ditemukan di Asia, termasuk Indonesia, terutama pada pria usia lanjut dengan lokasi utama di lidah. Prognosis pasien sangat bergantung pada deteksi dini. Biopsi dan pemeriksaan histopatologis menggunakan pewarnaan hematoksilin dan eosin (H&E) merupakan metode utama, salah satunya penilaian derajat diferensiasi jaringan. Namun, diperlukan tambahan parameter seperti derajat keratinisasi dan reaksi desmoplastik untuk penilaian yang lebih objektif. Selain itu juga, dapat melihat perubahan jaringan dengan melihat daerah yang bersifat displastik. Tujuan: Menentukan derajat diferensiasi jaringan KSSRM berdasarkan derajat keratinisasi dan klasifikasi reaksi desmoplastik serta pengamatan perubahan sifat jaringan. Metode: Penelitian deskriptif analitik menggunakan sampel jaringan KSSRM yang diwarnai H&E dan diamati menggunakan mikroskop cahaya. Hasil: Belum ditemukan hubungan bermakna (p>0,05) antara usia, jenis kelamin, lokasi tumor, derajat keratinisasi, dan klasifikasi reaksi desmoplastik terhadap derajat diferensiasi. Perubahan jaringan displastik menjadi cancerous dapat diamati pada beberapa sampel. Kesimpulan: Usia, jenis kelamin, lokasi tumor, derajat keratinisasi, dan klasifikasi reaksi desmoplastik belum menunjukkan hubungan bermakna dengan derajat diferensiasi KSSRM. Perubahan jaringan yang bersifat displastik menjadi cancerous dapat diamati pada beberapa jaringan KSSRM dengan masih terlihatnya daerah displastik.

Background: Oral cancer, particularly oral squamous cell carcinoma (OSCC), is commonly found in Asia, including Indonesia, especially in older males with the primary site being the tongue. Patient prognosis heavily depends on early detection. Biopsy and histopathological examination using hematoxylin and eosin (H&E) staining remain the main diagnostic methods, including the assessment of tissue differentiation grade. However, additional parameters, such as the degree of keratinization and desmoplastic reaction, are needed for more objective evaluation. In addition, tissue changes can be seen by looking at dysplastic areas. Objective: To determine the differentiation grade of OSCC tissue based on the degree of keratinization and desmoplastic reaction and observation of changes in tissue properties. Methods: A descriptive-analytical study using OSCC tissue samples stained with H&E and observed under a light microscope. Results: No significant relationship (p>0.05) was found between age, gender, tumor location, degree of keratinization, and desmoplastic reaction with the differentiation grade. Dysplastic-to-cancerous transformation was observed in some samples. Conclusion: Age, gender, tumor location, degree of keratinization, and desmoplastic reaction did not show a significant relationship with the differentiation grade of OSCC. Changes in tissue from dysplastic to cancerous in several OSCC tissue were still seen."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library