Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Biantoro Setiawan
"Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional dijabarkan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan SKN ini merupakan Pedoman bagi pembangunan di bidang kesehatan.
Payaman J. Simanjuntak menyatakan bahwa rendahnya produktivitas masih merupakan masalah ketenaga kerjaan . Di antara sekian banyak faktor produksi, tenaga kerja justru memegang peranan utama dalam setiap usaha yang menghasilkan barang dan jasa karena pada hakekatnya produksi dan teknologi merupakan hasil karya manusia juga.
Dari hasil lokakarya Analisis Fungsi Manajemen Kesehatan tingkat Kecamatan di Ciloto , 12 - 15 Februari 1986 tertera bahwa perbandingan waktu produktif dan non produktif untuk dokter gigi adalah 26 : 74 atau _+ 1 : 3.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana penggunaan jam kerja oleh dokter gigi di Puskesmas DKI Jakarta.
Tujuan Khusus :
- Untuk mendapatkan gambaran hubungan lama kerja dengan penggunaan jam kerja .
- Untuk mendapatkan gambaran hubungan pendidikan dan latihan di bidang manajemen dengan penggunaan jam kerja.
- Untuk mendapatkan gambaran hubungan jarak tempat tinggal dengan penggunaan jam kerja.
- Untuk mendapatkan gambaran hubungan beban kerja dengan penggunaan jam kerja."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1986
R 617.6 UNI b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Galih Pradesa
"Dokter gigi berisiko tertusuk jarum atau benda tajam lainnya yang berpotensi tertular penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan menjelaskan faktor-faktor risiko terjadinya luka tusuk jarum atau benda tajam lainnya. Desain penelitian adalah cross sectional study dengan pendekatan semi kuantitatif. Sampel penelitian adalah seluruh populasi dokter gigi (39 orang) di puskesmas Tangerang Selatan. Hasil telitian mendapatkan kebanyakan (87,2%) responden berpengetahuan baik, sebagian besar (89,7%) mempunyai sikap yang baik, namun masih ada hampir setengahnya (41,0%) tidak mempunyai keterampilan yang baik. Sedangkan fasilitas poliklinik gigi lebih dari setengahnya (68,0%) tidak baik, dan hampir semuanya (96,0%) tidak mempunyai SOP tindakan gigi, sedangkan menurut persepsi responden kebanyakan (82,1%) tidak ada pengawasan. Disarankan harus dilatih dan dibina tentang teknik pencegahan tertusuk jarum atau benda tajam, serta mempertimbangkan rasio dokter gigi dan jumlah pasien agar mengurangi tekanan waktu kerja bagi dokter gigi. Faktor penunjang berupa fasilitas, SOP dan pengawasan masih perlu ditingkatkan.

Dentists are at risk of needle stick injury or other sharps object that potentially get infectious diseases. This study aimed to determine the risk factors of needle stick injury or other sharps. The study design was cross sectional study with semiquantitative approach. The sample was the entire population of dentists at Public Health Centers in South Tangerang. Results found most of the respondents (87.2%) were knowledgeable, most (89.7%) had a good attitude, but there were still nearly half (41.0%) with no good skills. While the dental clinic facility more than half (68.0%) was not good, and almost all (96.0%) had no Standard Operating of dental procedure, while according to the perception of most respondents (82.1%) there was no supervision. It was suggested to traine and to nurture about needle stick injury or sharps prevention techniques, as well as considering the ratio of dentists and the number of patients in order to reduce the pressure of the working time for dentists. Contributing factors such as facilities, SOP and supervision still needed to be improved.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35231
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilmianti
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Jaminan kesehatan Nasional mempermudah masyarakat untuk
mengakses dan mendapatkan pelayanan kesehatan bermutu termasuk kesehatan
gigi. Dokter gigisebagai pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama diharapkan
berpartisipasi dalam mendukung Program Jaminan Kesehatan Nasional. Tujuan:
Diperolehnyapemahaman determinan kesediaan dokter gigi sebagai pemberi
pelayanan kesehatan dalam Jaminan Kesehatan Nasional. Metode: Penelitian
Cross Sectional terhadap dokter gigi praktek swasta menggunakan kuesioner.Data
dianalisis menggunakanujichi square dan regresi logistik.Simpulan: Pengetahuan
tentang paket manfaat dan sikap terhadap kapitasi ditemukan memberikan
kontribusi terhadap kesediaan dokter gigi.

ABSTRACT
Background:A national health insurance makes people easier to access and
obtain quality health care including dental health. Dentists as the first level health
service providers are expected to participatein supporting the National Health
Insurance Program. Objective: To elucidatedeterminants dentistwillingnessto
becomehealth care provider for the national health insuranceMethods: Crosssectional
study on private practice dentists using questionnaires. Data were
analyzed usingchi square test and logistic regression.Conclusions: Knowledge on
benefit package and attitude toward capitation found to have significant
contribution to dentist willingness, Background:A national health insurance makes people easier to access and
obtain quality health care including dental health. Dentists as the first level health
service providers are expected to participatein supporting the National Health
Insurance Program. Objective: To elucidatedeterminants dentistwillingnessto
becomehealth care provider for the national health insuranceMethods: Crosssectional
study on private practice dentists using questionnaires. Data were
analyzed usingchi square test and logistic regression.Conclusions: Knowledge on
benefit package and attitude toward capitation found to have significant
contribution to dentist willingness]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana Abigayl
"Latar Belakang: Penyakit gigi dan mulut diakui sebagai beban yang cukup berat, baik untuk individu maupun komunitas. Proporsi terbesar masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia adalah gigi berlubang, sebanyak 45, 3%. Salah satu cara menangani masalah gigi berlubang adalah dengan melakukan tindakan preventif. Puskesmas sebagai pelayanan primary health care memiliki fungsi preventif, mesikupun memiliki berbagai hambatan Tujuan: Mengetahui hambatan bagi dokter gigi untuk melakukan tindakan preventif karies pada tingkat UKP di Puskesmas Kota Bandung Bahan dan Metode: Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada bulan Januari – Februari 2022. Penelitian ini menggunakan kuesioner online yang disebarkan ke seluruh dokter gigi Puskesmas di Kota Bandung. Total sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 91 responden. Hasil: Hasil analisis statistik menggunakan Kendall’s tau menunjukkan bahwa hanya 3 (tiga) item pertanyaan dari (3) variabel yang signifikan, yaitu pada item pendidikan dan pelatihan, insentif, dan hubungan antara dokter gigi dengan pasien. Kesimpulan: Tantangan dokter gigi dalam melakukan tindakan preventif karies, yaitu pada variabel pendidikan dan pelatihan, insentif, dan hubungan antara dokter gigi dengan pasien.

Background: Dental and oral disease is recognized as a fairly heavy burden, both for individuals and communities. The largest proportion of dental and oral health problems in Indonesia is cavities, as much as 45.3%. One way to deal with cavities is to take preventive measures. Puskesmas as a primary health care service has a preventive function, even though it has various obstacles Objective: To find out the obstacles for dentists to taking caries preventive measures at the UKP level at the Bandung City Health Center Materials and Methods: This cross-sectional study was conducted from January to February 2022. This study used an online questionnaire distributed to all Puskesmas dentists in Bandung City. The total sample in this study was 91 respondents. Results: The statistical analysis using Kendall's tau showed that only 3 (three) question items from (3) significant variables, namely education and training items, incentives, and the relationship between dentists and patients. Conclusion: Dentists' challenges in carrying out caries prevention measures, namely on the variables of education and training, incentives, and the relationship between dentists and patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nurul Mustaqimah
"

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian di luar negeri ditemukan bahwa beberapa orang dewasa muda menderita penyakit periodontitis agresif. Saya memilih judul ini karena ternyata di Indonesia pun ditemukan adanya individu dewasa muda, baik dari kalangan sosial ekonomi rendah maupun sosial ekonomi menengah ke atas, yang menderita penyakit periodontitis agresif ini, yaitu geligi menjadi goyang hingga tanggal pada usia dini, remaja, atau dewasa muda. Prayitno (1990) meneliti pada 592 petani pemetik teh di Puncak dan Bandung serta pada 747 mahasiswa UI dari 10 fakultas yang semuanya berumur 18-30 tahun. Meskipun higiene mulut kelompok petani lebih buruk daripada kelompok mahasiswa, namun ditemukan tidak adanya perbedaan prevalensi kejadian penyakit periodontitis agresif pada kedua kelompok tersebut, yaitu 4,2% pada petani dan 3,9% pada mahasiswa. Untuk kejelasannya, saya akan membahas secara singkat mengenai jaringan periodonsium, macam penyakit, prevalensi, faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan atau memodifikasi penyakit periodontal, kecepatan progresi, serta patogenesis proses pengrusakannya.

Jaringan Periodonsium dan Macam Penyakit Periodontal

Jaringan periodonsium terdiri dari jaringan gingiva, ligamen perio. dontal, scmentum, dan tulang alveolar yang menyangga gigi di tempatnya. Penyakit periodontal mencakup gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan keadaan keradangan pada jaringan lunak di sekitar gigi sebagai respons imun langsung terhadap plak bakteri yang terbentuk di dekatnya. Periodontitis akan menyertai gingivitis, tergantung pada respon imun dan keadaan keradangan individu bersangkutan. Keadaan tersebut diawali oleh keberadaan plak bakteri. Namun, pada periodontitis terjadi keradangan kerusakan jaringan penyangga gigi, dan setelah jangka waktu tertentu dapat menyebabkan gigi terlepas. Gingivitis terjadi tanpa kerusakan epithelial attachment (perlekatan jaringan) yang merupakan bagian dasar dari sulkus gingiva (saku gusi), sedangkan periodontitis diawali oleh kerusakan perlekatan jaringan.

"
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0450
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Safrida Hoesin
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0447
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Yoan Christine
"Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu faktor kesehatan penting dan berhubungan erat dengan kualitas hidup seseorang. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 57,6% populasi di Indonesia memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut, dan hanya 10,2% yang menerima perawatan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI 2018). Dokter Gigi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) mempunyai peran penting dalam usaha pencegahan, promosi dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Sejak dimulainya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) jumlah klinik dokter gigi yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan meningkat cukup pesat di seluruh Indonesia. Namun hal ini sangatlah kontras dengan dokter gigi di Jakarta, dimana dari data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) BPJS Online didapatkan hanya 1 praktik dokter gigi saja yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor faktor apa saja yang melatarbelakangi kurang antusiasnya respon dokter gigi di DKI Jakarta untuk bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan 115 responden dokter gigi di wilayah DKI Jakarta. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sikap (p value 0,002) berhubungan erat dengan respon dokter gigi di DKI Jakarta untuk bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Disarankan kepada BPJS Kesehatan untuk meningkatkan sosialisasi program kerjasama dengan dokter gigi, reevaluasi pembiayaan kapitasi dokter gigi dan melibatkan dokter gigi yang aktif berpraktik dalam penyusunan program kerjasama di masa yang akan datang.

Dental and oral health is an important health factor and is closely related to any person's quality of life. The Basic Health Research (Riskesdas) in 2018 revealed that 57,6% of Indonesian population suffered from dental and oral health related problems, and only 10,2% received dental and oral health services (Kemenkes RI 2018). Dentists at the first level health facilities (FKTP) play important role in the prevention, promotion and service delivery of dental and oral health. Since the beginning of the National Health Insurance program (JKN), the number of dental clinics that cooperate with BPJS increased steadily all over Indonesia. However, this is in contrast with dentists in Jakarta as from the data shared in BPJS Online, only one dental practice is in cooperation with BPJS. This research aims to analyse factors that lead to the lack of enthusiasm of dentists in the capital city of Jakarta to cooperate with BPJS. This research is a quantitative research based on 115 responses from dentists practicing in DKI Jakarta. Data was analysed with univariat, bivariat and multivariat. This research revealed that attitude factor (p value 0,002) is closely related to the response of dentists practicing in DKI Jakarta to cooperate with BPJS. It is advisable that BPJS should increase their socialization effort to improve the cooperation level with dentists, should re-evaluate dental services financing and should involve active dentists in developing future cooperative plan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52840
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifki Mujahid Ziyad
"Latar Belakang: Praktik dokter gigi mengalami penyesuaian di masa pandemi COVID-19 untuk mengurangi risiko penularan COVID-19 di tempat praktik dan masyarakat tetap dapat dilayani, terutama pada kasus kegawatdaruratan gigi dan mulut anak. Oleh karena itu, perlu dilakukan edukasi kepada orang tua menggunakan media pembelajaran audiovisual dengan memanfaatkan sistem daring yang diterapkan di taman kanak-kanak (TK) untuk kegiatan pembelajaran.
Tujuan: Menganalisis efektivitas edukasi audiovisual secara daring terhadap pengetahuan orang tua murid (OTM) tentang praktik dokter gigi selama masa pandemi COVID-19.
Metode: Populasi penelitian merupakan OTM dari TK yang berlokasi di salah satu kecamatan di DKI Jakarta yang dipilih secara acak dan OTM yang memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan dalam penelitian. Pengetahuan OTM mengenai praktik dokter gigi selama pandemi COVID-19 dinilai menggunakan kuesioner yang diberikan sebelum dan setelah edukasi audiovisual secara daring. Kuesioner terdiri dari tujuh pertanyaan yang diberikan secara daring.
Hasil: Terdapat 52 OTM yang berpartisipasi dalam penelitian. Pengetahuan OTM tentang praktik dokter gigi selama pandemi COVID-19 setelah edukasi audiovisual meningkat secara signifikan dibandingkan sebelumnya (uji Wilcoxon, p<0,05) dan tidak dipengaruhi oleh latar belakang sosiodemografi OTM (uji Kruskal Wallis, p>0,05).
Kesimpulan: Edukasi audiovisual secara daring efektif untuk meningkatkan pengetahuan OTM tentang praktik dokter gigi selama masa pandemi COVID-19.

Background: Dental practice has adjusted during the COVID-19 pandemic to reduce the risk of COVID-19 transmission in dental practice and to keep serving the patients, especially for dental emergency cases in children. Therefore, it is necessary to educate parents using online-based audiovisual method following the online education implementation in kindergartens.
Objective: To analyze the effectiveness of online-based audiovisual education on parents’ knowledge about dental practice during the COVID-19 pandemic.
Method: The study population is parents of kindergartens’ student located in one of the districts in DKI Jakarta which are randomly selected and those who meet the criteria of inclusion are included in the study. Parents’ knowledge about dental practice during the COVID-19 pandemic is assessed using questionnaire given before and after online-based audiovisual education. The questionnaire consists of seven questions which are given online.
Result: There are 52 parents who participated in the research. The parents’ knowledge about dental practice during the COVID-19 pandemic after audiovisual education increased significantly compared with pre-education (Wilcoxon test, p<0.05) and not influenced by parents’ sociodemographic status (Kruskal Wallis test, p>0.05).
Conclusion: Online-based audiovisual education is effective to increase parents’ knowledge about dental practice during the COVID-19 pandemic.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Mardewi Soerono Akbar
"

Sebelum berbicara tentang endodontologi, saya ingin mengajak saudara-saudara untuk mengetahui lingkup ilmu kedokteran gigi yang berkembang saat ini. Lingkup tersebut meliputi kesatuan organ yang mendukung fungsi pengunyahan, yang dikenal sebagai sistem stomatognatik. Definisi sistem stomatognatik tersebut adalah (Marzouk dan Simonton, 1985): The stomatognatic system is a conglomerate of organs which are functionally related to each other. These organs include the mandible, the maxilla, the temporo-mandibular joint, the teeth and their supporting structures, muscles of mastication, muscles of the face, muscles of the neck, muscles of the head, and to some extent muscles of the back. Meskipun sebagian besar organ tersebut tidak secara langsung terkait dalam kegiatan di sekitar mulut dan di dalam mulut, akan tetapi secara timbal balik mendukung dan memperkuat partisipasi kegiatan sistem pengunyahan, yang dikendalikan oleh sistem persarafannya (Boucher,1974).

Fungsi utama sistem stomatognatik adalah oklusi (Shillingburg, 1981). Arti oklusi yang dirnaksud adalah berkontaknya permukaan dataran kunyah gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah (Boucher,1974). Oklusi akan berjalan normal apabila didukung oleh gigi-gigi yang berfungsi normal. Oklusi menjadi tidak normal apabila gigi-gigi tersebut dalam keadaan tidak sehat, atau disebabkan posisi dan relasi antar gigi dan rahang yang tidak normal. Penyebab sakit gigi yang paling banyak dan klasik adalah radang pulpa gigi. Hal ini mengakibatkan nyeri gigi, pembengkaan pada daerah gusi atau pipi dan sering diikuti dengan nyeri kepala.

Lingkup kedokteran gigi yang mempelajari tentang etiologi, diagnosis, pencegahan dan perawatan penyakit pulpa gigi dan periapikal disebut Endodontologi. Kecenderungan mempertahankan gigi agar dapat selama mungkin berfungsi, sudah mulai dirasakan sebagai kebutuhan dasar dalam mendukung kesehatan seutuhnya.

Sebelum ini tindakan pencabutan gigi masih merupakan tindakan utama dalam menanggulangi penyakit pulpa dan jaringan periapikal. Kemajuan endodontologi yang makin meningkat dapat dilihat melalui berbagai perkembangan yang terjadi, antara lain :

  1. Perkembangan etiologi penyakit pulpa dan periapikal yang memacu berbagai penelitian tentang struktur dan fungsi jaringan email, dentin, pulpa, cementum, periodontal, dan tulang alveol.
  2. Perkembangan Cara mendiagnosis penyakit endodontik secara klinis, roentgenologisdan mikroskopis yang dapat menentukan diagnosis akurat penyakit pulpa dan periapikal.
  3. Perkembangan metoda pencegahan, sistem perawatan dan evaluasi perawatan endodontik dengan teknologi maju.
  4. Perkembangan biomaterial dental ditinjau dari segibiologis, fisis dan kemis, yang disesuaikan dengan estetika restorasi gigi.
  5. Perkembangan pendidikan endodontologi di lingkungan lembaga pendidikan kedokteran gigi dalam mengantisipasi perkembangan llmu Pengetahuan dan Teknologi.
  6. Perkembangan masalah pelayanan endodontik di pusat pelayanan kesehatan di Indonesia baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Perawatan endodontik ialah perawatan bagian dalam gigi. Nama yang sehari-hari dikenal adalah perawatan syaraf gigi atau perawatan pulpa gigi atau perawatan saluran altar gigi atau 'zenuw behandeling'. Istilah endodontik diambil dari bahasa Yunani : 'endon' yang berarti dalam dan 'ho dontas' yang berarti gigi (Milas,198O; Bellizzi dan Cruse, 1980). Atau dari kata 'endodontium' yang sama artinya dengan 'pulpo dentinal organ, yaitu lapisan dalam gigi yang terdiri dari sel-sel odontoblast dan dentin (Baum, 1980).

Penyakit endodontik meliputi penyakit jaringan pulpa dan jaringan periapikal gigi. Penyakit ini banyak diakibatkan oleh karies gigi. Data yang terbaru dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa penyakit tersebut menempati 37% dari semua jenis penyakit gigi dan mulut. Namun penanggulangan yang dilakukan baru mencapai 11% (Wibowo, 1984). Penyakit klasik tersebut dapat menyerang gigi pada semua lapisan masyarakat, dari zaman dahulu sampai sekarang, baikpada masyarakat yang tergolong daya emban rendah maupun daya emban tinggi.

Berbagai laporan menunjukan bahwa jumlah penyakit tersebut makin meningkat terutama di kota-kota besar. Hal ini karena pengaruh modernisasi mengubah gaya hidup masyrakat, yang mengakibatkan pergeseran pola makan serta pola penyiapan makanan. Sistem kehidupan modern yang serba praktus menuntut cara makan yang mudah, dan cepat, yaitu dengan mengunyah jenis makanan yang lunak. Akibatnya penggunaan komponen sistem stomatognatik menurun, sehingga produksi sekresi ludah berkurang. Dengan demikian daya kerja sistem kebersihan mulut ikut menurun. Rangkaian proses tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan email dan dentin, di samping berbagai penyebab lain seperti trauma, zat kimia, dan radiasi.

Gigi karies merupakan salah satu penyebab terjadinya radang pulpa dan periapikal yang paling banyak. Biasanya saseorang baru menyadari adanya kerusakan gigi apabila sudah timbul rasa nyeri. Nyeri akan timbul bila rangsang dapat mencapai ujung sel odontoblast yang ada di batas dentin dengan email (Sigal dick., 1984). Lapisan selsel odontoblast yang paling tepi menjorok masuk ke jaringan dentin, daerah tersebut disebut 'komplex pulpa dentin'.Daerah ini merupakan daerah pertahanan pulpa gigi yang paling depan.

Berbagai teori terjadinya nyeri dentin yang masih dikenal sampai saat ini adalah 'teori direct inervation', 'teori odontoblastic receptor' dan 'teori hydrodinamic' (Torabinejad, 1989). Apabila rangsangan sudah mencapai pulpa, nyeri dentin dapat berlanjut menjadi nyeri pulpa. Kemudian terjadi reaksi pada sistem aliran darah mikro, sistem persarafan mikro dan sistem seluler jaringan pulpa. Proses ini menyebabkan udema pada pulpa karena terganggunya keseimbangan antara aliran darah yang masuk dengan yang keluar. Faktor penyebabnya adalah dinding pulpa yang keras dan kaku. Peristiwa ini mengakibatkan sistem persarafan pulpa terjepit, dan menimbulkan rasa nyeri hebat, yang dapat mengganggu aktifitas seseorang. Meskipun pusat gangguan tersebut sangat kecil dan bila diukur hanya mempunyai berat kira-kira 0.006 gram (Avery,1981).

"
Jakarta: UI-Press, 1991
PGB 0449
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>