Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mukhtar Ali Mukti
"Latar Belakang: Penderita obesitas sering mengalami nyeri leher akibat sindroma nyeri miofasial leher. Dry needling merupakan salah satu metode yang efektif untuk mengatasi sindroma nyeri miofasial.
Tujuan: Untuk menilai efektivitas dry needling dikombinasi dengan terapi latihan terhadap nyeri (NRS), lingkup gerak sendi (LGS) leher, dan sudut kraniovertebra (CVA) pada penderita obesitas dengan sindroma nyeri miofasial leher.
Metode: Studi ini merupakan single-blind randomized controlled trial. Partisipan berusia 18-59 tahun dengan nyeri leher > 3 bulan yang disebabkan oleh sindroma nyeri miofasial di regio leher. Pasien dirandomisasi menjadi kelompok dry needling (n=16 subjek) dan kelompok kontrol (n=16 subjek). Kelompok dry needling mendapatkan terapi dry needling 1x/minggu selama 4 minggu serta mendapatkan terapi latihan 3x/minggu selama 4 minggu. Kelompok kontrol mendapatkan terapi latihan saja 3x/minggu selama 4 minggu.
Hasil: Partisipan berusia rata-rata 41,4±11,2 tahun. Kedua kelompok mengalami perbaikan yang signifikan pada NRS, LGS leher, dan CVA antara penilaian sebelum terapi dengan evaluasi minggu ke-4 (p<0,05). Kelompok dry needling mengalami perbaikan NRS, LGS ekstensi leher, dan CVA yang lebih bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05) pada evaluasi minggu ke-4.
Kesimpulan: Terapi dry needling dikombinasi latihan maupun terapi latihan saja efektif dalam memperbaiki NRS, LGS leher, dan CVA pada penderita obesitas dengan sindroma nyeri miofasial leher. Namun, terapi dry needling dikombinasi latihan lebih unggul daripada terapi latihan saja.

Background: Obese patients often experience neck pain due to cervical myofascial pain syndrome. Dry needling is one of method to treat myofascial pain syndrome.
Objective: To assess the effectiveness of dry needling combined with exercise therapy on pain (NRS), cervical range of motion (ROM), and craniovertebral angle (CVA) in obese patients with cervical myofascial pain syndrome.
Methods: This study was a single-blind randomized controlled trial. Participants aged 18-59 years with neck pain > 3 months caused by myofascial pain syndrome in the neck region. Patients were randomized into the dry needling group (n=16 subjects) and the control group (n=16 subjects). The dry needling group received dry needling therapy once a week for 4 weeks and exercise therapy three times a week for 4 weeks. The control group received exercise therapy only three times a week for 4 weeks.
Results: Participants had an average age of 41.4±11.2 years. Both groups experienced significant improvement in NRS, cervical ROM, and CVA between the pre-treatment assessment and the fourth week evaluation (p<0.05). The dry needling group experienced more significant improvements in NRS, cervical extension ROM, and CVA compared to the control group at the fourth week evaluation (p<0.05).
Conclusion: Dry needling combined with exercise or exercise therapy alone is effective in improving NRS, cervical ROM, and CVA in obese patients with cervical myofascial pain syndrome. However, dry needling combine with exercise therapy is superior to exercise therapy alone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohd. Fadly
"Sindrom miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau beberapa titik picu (trigger points) dan dicirikan oleh nyeri otot kronis dengan peningkatan sensitivitas terhadap tekanan. Tatalaksana akupunktur manual dapat dilakukan dengan berbagai pilihan teknik rangsang.
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan tindakan akupunktur superfisial dry needling dengan akupunktur sparrow pecking terhadap perubahan nyeri dan ambang rangsang nyeri penderita sindroma nyeri miofasial upper trapezius.
Telah dilakukan penelitian eksperimental dengan rancangan randomized control trial. Sampel sebanyak 36 orang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 18 orang. Kelompok A mendapatkan tindakan akupunktur superfisial dry needling, sedangkan Kelompok B mendapatkan tindakan akupunktur sparrow pecking. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur intensitas nyeri menggunakan visual analog scale (VAS) dan ambang rangsang nyeri menggunakan pressure threshold meter (PTM) pada saat sebelum, menit ke-0, 30 dan 60 setelah perlakuan.
Dari hasil penelitian didapat tidak ada perbedaan skor nyeri (p=0,23, uji Mann-Whitney U) dan peningkatan ambang rangsang nyeri (p=0,80, uji Mann-Whitney U) setelah tindakan akupunktur superfisial dry needling dan sparrow pecking.
Disimpulkan akupunktur superfisial dry needling, sama baiknya dengan sparrow pecking untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan ambang rangsang nyeri penderita sindroma nyeri miofasial otot upper trapezius, dengan tidak adanya perbedaan signifikan.

Myofascial syndrome is a group of symptoms and signs of one or more trigger points and is characterized by chronic muscle pain with increased sensitivity to pressure. Manual acupuncture can be done with several choice of stimulation techniques.
The purpose of this study was to compare the acupuncture technique of superficial needling with sparrow pecking in reducing pain and the changes of pain threshold of myofascial pain syndrome of upper trapezius. Sample of 36 people, divided into two groups, each group consisted of 18 people. The first group was given superficial dry needling acupuncture while the second group get sparrow pecking acupuncture. The intensity of pain was measured using the VAS (Visual Analog Scale) and stimuli of pain threshold was measured using a pressure threshold meter (PTM) at the time before at minute 0, 30 and 60 after treatment.
After treatment (minute 0), there was no mean difference in pain scores (p=0.23, Mann-Whitney U test) and the stimuli of pain threshold (p=0.80, Mann-Whitney U test) between superficial dry needling and sparrow pecking acupuncture.
Dry needling acupuncture as well as sparrow pecking both reduced pain and increased the threshold of pain stimuli of myofascial pain upper trapezius, with no significant difference."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafiz Fizalia
"Nyeri miofasial merupakan penyakit otot yang ditandai dengan nyeri lokal dan nyeri rujukan yang dipicu oleh titik picu miofasial atau trigger point TP . Otot upper trapezius merupakan otot yang paling sering terlibat. Tatalaksana akupunktur manual dapat dilakukan dengan berbagai tekhnik. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efek dari tindakan akupunktur superfisial dry needling SDN dan sparrow pecking SP terhadap visual analogue scale VAS , range of motion ROM dan creatine kinase CK pada penderita nyeri miofasial upper trapezius. Telah dilakukan penelitian eksperimental dengan rancangan randomized control trial. Sampel sebanyak 36 orang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 18 orang. Kelompok A mendapatkan tindakan SDN, sedangkan Kelompok B mendapatkan tindakan SP. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur nilai VAS, nilai ROM dan kadar CK sebelum dan 10 jam sesudah perlakuan. Dari hasil penelitian didapatkan peningkatan kadar CK pada kelompok SP lebih besar dibandingkan peningkatan kadar CK pada kelompok SDN P.

Myofascial pain is a muscle disease characterized by local pain and referral pain triggered by myofascial trigger pain TP. Upper Trapezus muscle is the most common predilectio. Manual acupuncture can be done with several choice of stimulation techniques. The purpose of of this study was to compare the acupuncture technique of superficial dry needling SDN with sparrow pecking SP to visual analogue scale VAS , range of motion ROM , and creatine kinase CK in myofascial pain of upper trapezius. Sample of 36 people, divided into two group, each group consisted of 18 people. The first group was given SDN acupuncture while the second group was given SP acupuncture. Data was collected using VAS, ROM, and CK before and 10 hour after treatment. The increasing of CK level on SP was more significant than the increasing of CK level on SDN P."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Agung
"LATAR BELAKANG: Sindroma nyeri miofasial merupakan kondisi nyeri muskuloskeletal yang ditandai dengan titik picu yang hipersensitif, serta merupakan keluhan tersering dalam praktek klinis. Gejala dari kondisi ini adalah nyeri, peningkatan ambang rangsang nyeri serta keterbatasan lingkup gerak sendi. Terapi definitif terbaik dalam tata laksana keluhan ini belum didapatkan, meskipun banyak terapi yang sudah sering digunakan, yaitu terapi laser tenaga rendah yang lebih modern dan bersifat non invasif serta terapi dry needling. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas terapi laser tenaga rendah dan terapi dry needling pada sindroma nyeri miofasial upper trapezius.
METODE: Desain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol. Populasi terjangkau adalah pria dan wanita berusia 20-55 tahun dengan sindroma nyeri miofasial otot upper trapezius yang datang ke poliklinik rehabilitasi medik Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, yang memenuhi kriteria penelitian. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling dan dibagi menjadi dua kelompok secara randomisasi. Terapi dilakukan selama 4 minggu, kelompok pertama diberi terapi laser sebanyak 3 kali/minggu, sedangkan kelompok kedua diberi terapi dry needling 1 kali/minggu. Penurunan derajat nyeri dinilai menggunakan VAS Visual Analogue Scale, penilaian peningkatan ambang rangsang nyeri menggunakan PTM Pain Threshold Meter, dan pengukuran lingkup gerak sendi servikal menggunakan goniometer.
HASIL: Sebanyak 31 subyek mengikuti terapi sampai selesai, kelompok terapi laser 15 orang dengan VAS 6 dan kelompok terapi dry needling 16 orang dengan median VAS 6. Setelah 4 minggu didapatkan penurunan derajat nyeri pada kedua kelompok, penurunan VAS pada kelompok terapi laser lebih tinggi, namun perbedaan tersebut tidak bermakna signifikan. Begitu pula ada penilaian ambang rangsang nyeri serta lingkup gerak sendi servikal didapatkan peningkatan pada kedua kelompok, namun tidak didapatkan perbedaan yang signifikan.
KESIMPULAN: Terapi laser tenaga rendah sama efektifnya dalam menurunkan derajat nyeri, meningkatkan ambang rangsang nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi servikal pada sindroma nyeri miofasial otot upper trapezius dibandingkan dengan terapi dry needling.

BACKGROUND: Myofascial pain syndrome is a musculoskeletal problem characterized by a hypersensitive trigger point, and it is a most common problem in clinical practice. Pain, increasing of pain threshold and range of motion limitation are most symptoms of myofascial pain. Definitive therapy in the treatment of this complaint has not been determined, despite many therapies that have been commonly used, namely low power laser therapy that is more modern and non invasive and dry needling therapy. This study aimed to compare the effectiveness of low level laser therapy and dry needling therapy in subjects with myofascial pain syndrome of the upper trapezius muscle.
METHODS This study design is a randomized controlled trial. Men and women aged 20 55 years with myofascial pain syndrome of upper trapezius muscle who attend Physical Medicine and Rehabilitation Clinic at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, who met the study criteria. Sample selection is done by consecutive sampling and divided into two randomized groups. Treatment is done for 4 weeks, the first group were given low laser therapy for 3 times week, while the second group was given dry needling therapy once week. A decrease in the degree of pain was assessed using VAS Visual Analogue Scale, increasing pain threshold using PTM Pain Threshold Meter, and measurement of the cervical range of motion using a goniometer.
RESULTS A total of 31 subjects completed the therapy, low laser therapy group 15 subjects with VAS 6 and dry needling therapy group 16 subjects with a median VAS 6. After 4 weeks of therapy obtained a decrease in the degree of pain in both groups, the decline of VAS in the low laser therapy was greater, but the difference was not significant. Similarly, there were an incrseaing of pain threshold and cervical range of motion in both groups, but did not obtain a significant difference.
CONCLUSION Low level laser therapy compared to dry needling is equally effective in reducing pain, increasing the pain threshold and cervical range of motion on myofascial pain syndrome of the upper trapezius muscle.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library