Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pengky Adie Perdana
"Aplikasi material Ferritic - Austenitic Steel atau yang lebih dikenal dengan Super Duplex Stainless Steel, dalam industri migas umumnya terdapat pada sistem pemipaan Production Flowlines dan komponen-komponen pendukungnya. Tingginya kadar alloy (25Cr 7Ni 4Mo) dibanding dengan Stainless Steel biasa SS316 (18Cr 8Ni) menyebabkan paduan ini lebih tahan terhadap korosi intergranullar, pitting dan crevice corrosion.
Pengelasan merupakan proses penggabungan logam dengan cara memanaskan nya hingga mencapai suhu lebur dan logam cair tersebut dialirkan bersama-sama. Permasalahan yang sering terjadi pada pengelasan baja tahan karat adalah terbentuknya fasa karbida yang mengendap di batas butir (sensitasi) yang akan menurunkan ketahanan korosi dan kekuatan sambungan las.
Pada tesis ini penulis ingin mempelajari lebih dalam tentang pengaruh quenching terhadap karakteristik mekanis dan ketahanan korosi baja tahan karat Super Duplex UNS S32750 yang telah mengalami proses pengelasan.
Dalam penelitian ini digunakan material pipa potongan Super Duplex yang dilas dengan proses GTAW sebagai masukan panas. Media quenching atau quenchant yang digunakan yaitu udara, oli dan air. Selanjutnya dilakukan pengujian metalografi, kekerasan, pemeriksaan kandungan ferit, dan pengujian immersed solution (pada suhu 50°C dan 40°C) untuk mengetahui hubungan antara mikrostruktur dengan nilai kekerasan, ferrite content dan ketahanan korosi Super Duplex tersebut.

Ferrite - Austenitic Steels or familiar with Super Duplex Stainless Steels are widely applied in oil and gas industry. They are mainly used on piping system, especially in Production Flowlines and other supporting equipments. Its high content of alloy composition (25Cr 7Ni 4Mo) rather than regular Stainless Steel SS316 (18Cr 8Ni) derived this alloy to have more corrosion resistance against intergranullar, pitting dan crevice corrosion.
The term welding refers to the process of joining metals by heating them to their melting temperature and causing the molten metal to flow together. The most frequent problems occur in welding stainless steel is carbide formation and precipitation at grain boundaries (known as sensitization), which will reduce corrosion resistance and strength of the welded joints.
The aim of this research is to learn more about the effect of quenching to mechanical properties and its corrosion resistance of Super Duplex Stainless Steel.
This research uses some length of Super Duplex, which was welded with GTAW process for heat input. Quenching fluids or known as quenchant which is used are : air, oil, and water. Further, the samples subjected to hardness testing, microstructure examination, ferrite content analyzer, immersed solution testing (on temperature 50°C and 40°C) in order to find out relationship among hardness value, ferrite content, and corrosion resistance of Super Duplex.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21453
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang
"ABSTRAK
Salah satu ancaman yang mengakibatkan kerugian yang aangat besar dalam bidang metalurgi adalah korosi. Korosi juga mengancam industri metalurgi di Indonesia terutama karena dua per tiga wilayah Indonesia terdiri atas lautan sehingga banyak konstruksi logam yang berada dalam lingkungan air laut.
Air laut banyak mengandung ion-ion klorida, suliida dan bromida yang dapat menyebabkan terjadinya korosi pitting yang cukup parah sehingga yang hams diperhatikan saat memilih material untuk aplikasi dalam lingkungan air laut adalah material tersebut harus tahan terhadap korosi pitting. Temperatur operasi juga sangat menentukan tingkat kerusakan yang terjadi karena semakin tinggi temperatur operasi maka maka serangan korosi pitting akan semakin merusak.
Pemrograman ini dilakukan untuk mempercepat mendapatkan nilai potensial pitting, potensial reversible, rapat arus pasif dan laju korosi material tanpa harus melalui tahapan-tahapan prosedur pengujian yang rumit dan memakan waktu lama. Melalui nilai-nilai pemakai dapat menentukan sendiri tingkat ketahanan material terhadap korosi pitting pada temperatur operasi tersebut sehingga dapat memutuskan apakah material tersebut layak digunakan dalam kondisi lingkungan tersebut atau tidak.
Metode yang digunakan dalam membangun model matematis ini adalah metode interpolasi kuadratik Newton, yaitu suatu metode untuk mendapatkan nilai dari sebuah kelompok data dengan satu variabel bebas dengan cara membuat garis lengkung yang menguhubungkan tintik-titik dalam kelompok data tersebut. Metode lain yang digunakan adalah metode regresi linear yang digunakan hanya pada baja duplex SAF 2304.
Dengan memasukkan jenis material, komposisi kimia dan temperatur operasi pada program, maka akan diperoleh potensial lids pitting, potensial reversible, rapat arus pasif, laju korosi dan nilai PRE Pitting Resistance Equivelent) material.
Semua ang dihasilkan berdasarkan data percobaan sangat akurat karena memiliki kesalahan relalif yang sangat kecil terhadap hasil percobaan, yaitu sekitar 0-0,2%. Dengan demikian model matematis ini cukup akurat dalam hal estimasi ketahanan korosi material pada temperatur operasi tertentu dalam lingkungan air laut Jawa."
2000
S41578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Herizal
"Steel dengan menggunakan proses pengelasan GTAW terhadap kemampuan tahan korosi pitting SDSS pada lingkungan dengan konsentrasi klorida yang tinggi. Pengelasan dilakukan terhadap empat spesimen dengan gas pelindung yang berbeda, yaitu Ar UHP, Ar 2 N 2, Ar 5 N 2 dan Ar 10 N 2. Hasil lasan pada ke-empat spesimen akan dilakukan pengamatan struktur makro dan mikro dengan mikroskop optik dan SEM-EDS Scanning Electron Microscopic-Energy Dispersive X-ray Spectroscopy , serta pengujian kekerasan, ferite content, pengujian korosi pitting berdasarkan ASTM G48-11 Method E dan potentiodynamic anodic polarization berdasarkan ASTM G5-13 untuk melihat pengaruh nitrogen terhadap struktur mikro dan kemampuan tahan korosi pitting SDSS.

This thesis focuses on the effect of nitrogen on the shielding gases for the welding of super duplex stainless steel materials by using GTAW welding process against the pitting corrosion resistance of SDSS in environment with high chloride concentration. Welding was carried out on four specimens with different shielding gases, Ar UHP, Ar 2 N 2, Ar 5 N 2 and Ar 10 N 2. The weldments of the four specimens will be observed for macro and microstructures with optical microscope and SEM EDS Scanning Electron Microscopic Energy Dispersive X ray Spectroscopy , hardness testing, ferrite content, pitting corrosion testing based on ASTM G48 11 Method E and potentiodynamic anodic polarization based on ASTM G5 13 to see the effect of nitrogen on the microstructure and pitting resistance of SDSS."
2017
T47673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Sitti Khayyira
"Optimasi deteksi molekuler kandungan gelatin asal porsin berbasis DNA Deoxyribonucleic Acid genomik dilakukan dengan metode duplex PCR Polymerase Chain Reaction . DNA yang diamplifikasi adalah trace DNA genomik porsin yang masih terkandung dalam gelatin asal porsin. Trace DNA yang terdapat dalam gelatin jumlahnya sangat sedikit karena telah melalui berbagai proses produksi sehingga diperlukan optimasi metode ekstraksi DNA.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode yang sensitif dalam identifikasi gelatin asal porsin serta mendeteksi kandungan porsin dari gelatin cangkang kapsul. Metode yang dipilih adalah duplex PCR, yaitu PCR dengan dua target sekuens DNA, yaitu DNA cyt b dan ATP8. Untuk reaksi PCR, dipilih dua pasangan primer yang spesifik mengamplifikasi DNA genomik porsin.
Metode yang dioptimasi berupa metode ekstraksi DNA genomik dan metode duplex PCR. Duplex PCR dilakukan terhadap campuran DNA reference porsin dan bovin dengan variasi konsentrasi 100 ; 50 ; 10 ; 1 ; 0,5 ; 0,1 ; 0,05 ; dan 0,01 untuk meneliti sensitivitas metode serta pada sampel cangkang kapsul gelatin.
Pada sampel positif mengandung trace DNA porsin diperoleh produk hasil amplifikasi PCR yang berukuran 212 bp dan 398 bp sedangkan pada sampel negatif porsin tidak diperoleh produk amplifikasi. Metode duplex PCR dapat digunakan sebagai metode deteksi awal untuk mengidentifikasi kandungan porsin pada gelatin dari cangkang kapsul dengan sensitif.

Optimization of genomic DNA Deoxyribonucleic Acid based molecular detection of gelatine derived from porcine was carried out by performing duplex PCR Polymerase Chain Reaction method. Trace of porcine genomic DNA that remained in porcine derived gelatine were amplified. Optimization of DNA extraction method was carried out in consideration of the very low concentration of genomic DNA derived from gelatine capsule samples that have gone through various manufacturing conditions.
The chosen method, duplex PCR, is a PCR method where two target sequences of DNA, cyt b and ATP synthase F0 subunit 8 DNA, are amplified simultaneously. Two sets of porcine specific primers were chosen for the duplex PCR. Genomic DNA extraction method and duplex PCR method were optimized.
Duplex PCR was carried out to mixtures of porcine and bovine DNA reference in various concentration 100 50 10 1 0,5 0,1 0,05 and 0,01 to confirm sensitivity of the method and to gelatine capsule shell samples. PCR products with the length of 212 bp and 398 were obtained in porcine positive samples only. Duplex PCR method has been optimized as sensitive intial method for molecular detection of porcine in gelatin capsule shells.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68668
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Karunia Putri
"Momentum disahkannya UU no. 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal menjadi acuan awal pengembangan metode deteksi molekuler DNA porsin terhadap kehalalan produk. Undang-undang ini mewajibkan seluruh produk yang masuk dan beredar di Indonesia tersertifikasi halal, termasuk tidak boleh mengandung fragmen babi. Deteksi dilakukan pada jumlah sekelumit jejak DNA yang masih tersisa di dalam gelatin cangkang kapsul setelah melalui proses pembuatan yang panjang dengan pH dan suhu ekstrim. Untuk itu, optimasi metode ekstraksi sangat berperan penting agar mendapatkan jumlah DNA yang memadai.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan metode optimal perolehan DNA dan menentukan kondisi optimal metode deteksi molekular DNA porsin menggunakan metode Polymerase Chain Reaction yang sensitif. Metode PCR yang digunakan adalah PCR duplex dan PCR nested dengan target sekuens DNA ATP8 dan Cytb. Optimasi dilakukan pada metode ekstraksi DNA dengan mengubah jumlah replikat sampel, modifikasi komposisi proses resuspensi dan pelisisan sel, jumlah campuran saat tahap awal isolasi DNA, serta pemekatan pada tahap akhir pengisolasian DNA.
Hasil optimasi menunjukan jumlah replikat gelatin optimum adalah delapan sampel ekstraksi. Optimasi PCR dilakukan dengan membandingkan metode PCR duplex dan PCR nested pada uji sensitivitas, serta optimasi kondisi masing-masing PCR tersebut. Hasil positif mengandung DNA porsin dinyatakan dengan terbentuknya dua amplikon 212bp dan 398bp pada PCR duplex atau satu amplikon 387bp pada PCR nested. Dari enam titik konsentrasi DNA yang diujikan pada uji sensitivitas, PCR nested dapat mendeteksi konsentrasi DNA hingga 1 fg/ ??l sedangkan PCR duplex yang hanya dapat mendeteksi hingga 1 ng/ ??l. Deteksi terhadap sampel kapsul suplemen menunjukan bahwa terdeteksi DNA porsin dalam sampel dengan metode PCR nested dan PCR duplex. Metode duplex dan nested PCR dapat diterapkan sebagai metode deteksi awal secara kualitatif namun tidak kuantitatif.

Halal product assurance regulation, which was established under Law no. 33 year 2014, gave a major impact for the development of molecular detection method of porcines DNA in a product. This law obliges all products in Indonesia to have halal status, included no pigs fragment at all. Traces amount of DNA from gelatin and capsule shell which was still remaining after long manufacturing process under extreme pH and temperature, were detected and amplified. Thus, optimization of DNA extraction method is important to get the sufficient amount of DNA.
The aims of this study are to obtain an optimum DNA collection method and to determine optimum condition of sensitive molecular detection method of porcines DNA using PCR. The sequence DNA targets ATP8 and Cytb were amplified using duplex and nested PCR methods. The optimization on number of sample replication, on composition mix in resuspension and cell lysis process, on the amount of the solution used when starting the DNA isolation process, and the final concentration of DNA isolation process have done.
Result showed that the optimum numbers of replication for gelatin are eight times. Optimization of PCR was done by comparing nested PCR and duplex PCR for sensitivity test, also for both PCR conditions. Two amplicon of 212bp and 398bp in duplex PCR or one amplicon of 387bp in nested PCR were obtained only in sample that positive contains porcines DNA. Six different concentrations of template DNA that has been carried out for sensitivity test in both methods showed that nested PCR can detect as low as 1fg l DNA while duplex PCR can only detect 1ng l DNA concentration as the lowest. Porcines DNA has been detected in all capsule shell samples. Optimized duplex and nested PCR method could be applied as early qualitative detection.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Inta Prilandari
"Latar belakang: Difteri merupakan penyakit infeksi bakteri yang diperantarai oleh
toksin. Corynebacterium diphtheriae adalah penyebab tersering difteri. Diagnostik
laboratorium harus dilakukan dengan cepat untuk menunjang diagnosis klinis difteri.
Pemeriksaan mikroskopik tidak direkomendasikan karena tidak spesifik, kultur dan uji
toksin yang merupakan uji baku emas cukup memakan waktu, membutuhkan
keterampilan dan pengalaman serta hanya dilakukan di laboratorium rujukan. PCR
merupakan metode pemeriksaan yang cepat, sensitif dan spesifik. Duplex real-time PCR
dapat mendeteksi bakteri penyebab tersering dan gen pengkode toksin secara simultan.
Tujuan penelitian: Melakukan optimasi uji duplex real time PCR untuk deteksi C.
diphtheriae potensial toksigenik dan menerapkannya pada spesimen usap tenggorok
pasien tersangka difteri.
Metode: Duplex real-time PCR menggunakan dua pasang primer dan probe dengan
target gen rpoB C.diphtheriae dan toksin difteri subunit A Tox. Parameter yang
dioptimasi adalah suhu penempelan, konsentrasi masing-masing primer dan probe,
inhibitor, reaksi silang dengan patogen lain dan ambang batas deteksi uji. Kemudian uji
diaplikasikan pada spesimen usap tenggorok pasien tersangka difteri yang dirawat di
RSPI Sulianti Saroso pada periode 2018-2019. Sebagai perbandingan dilakukan uji Elek
untuk konfirmasi toksigenitas dan analisa data klinis pasien.
Hasil: Kondisi optimal uji didapat pada suhu penempelan 55oC, konsentrasi primer Cd
0,4 μM, primer Tox 0,6 μM, probe Cd 0,5 μM dan probe Tox 0,625 μM, volume elusi
ekstraksi DNA 50 μL, volume cetakan DNA 5 μL dan ambang batas deteksi 2 CFU/ml.
Uji tidak bereaksi silang dengan mikroorganisme lain yang dicobakan. Dari 89 sampel,
proporsi positif C.diphtheriae potensial toksigenik dengan uji duplex real-time PCR
adalah 21,3%, sedangkan proporsi positif C.diphtheriae toksigenik menggunakan uji
baku emas adalah 11,2%.
Kesimpulan: Duplex real time PCR untuk deteksi C.diphtheriae potensial toksigenik
telah dioptimasi dan diaplikasikan pada pasien tersangka difteri. Diharapkan uji ini
dapat meningkatkan diagnosis laboratorium kasus difteri.

Background: Diphtheria is toxin-mediated bacterial infection. The most common
etiology is Corynebacterium diphtheriae. Laboratory diagnostic should be done
immediately to support clinical diagnosis. Microscopic examination is not
recommended, culture followed by toxin test is consider gold standard but timeconsuming,
require experience and only done in referral laboratory. PCR is fast,
sensitive and specific. Duplex real-time PCR can detect bacteria and toxin-encoding
gene simultaneously.
Objective: Optimizing duplex real-time PCR assay for detection of potentially
toxigenic C.diphtheriae and applicate the assay on throat swab of suspected diphtheria
patient.
Method: Two pair of primers and specific probe targeting rpoB gene of C.diphtheriae
and A-subunit of diphtheria toxin gene were used in this study. Parameters including
annealling temperature, concentration of primers and probes, inhibitors, cross reaction
and detection limit were being optimized to receive optimal condition. The optimized
assay was applicated on throat swab of suspected diphtheria patient in Sulianti Saroso
Infectious Disease Hospital at 2018-2019. Elek toxigenity test was used for comparison
and clinical data of the patient were analyzed.
Result: The optimum condition for duplex real-time PCR was received upon the
annealing temperature 60oC, concentration of Cd primer 0,4 μM, Tox primer 0,6 μM,
Cd probe 0,5 μM, Tox probe 0,625 μM, DNA elution volume 50 μL, DNA template
volume 5 μL and detection limit 2 CFU/ml. There was no cross reaction found with
other tested microorganisms. Of 89 samples, proportion of potentially toxigenic
C.diphtheriae was 21,3% and proportion of toxigenic C.diphtheriae confirmed by gold
standard was 11,2%.
Conclusion: Duplex real time PCR has been optimized for detection of potentially
toxigenic C.diphtheriae. This method can be used to detect C.diphtheriae and Tox
simultaneosly and increase supporting diagnosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suheni
"ABSTRAK
Super duplex stainless steel adalah baja yang memiliki ketahanan korosi dan kekuatan mekanis yang baik sehingga banyak digunakan pada industry terutama pada industry minyak, gas dan petrokimia. Dalam penggunaan dilapangan sering digunakan proses penyambungan logam dengan metoda pengelasan. Untuk menghasilkan lasan yang baik perlu diperhatikan prosedur dan parameter pengelasan yang digunakan terutama masukan panas.
Dalam penelitian ini digunakan variable masukan panas dan komposisi gas pelindung untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap keseimbangan struktur fasa ferit-austentit pada lasan baja tahan karat super duplek SAF 2507 dengan metoda las tungsten inert gas (TIG). Masukan panas divariasikan dengan menerapkan kecepatan pengelasan yang berbeda 1, 3, 4 dan 5 mm per det sedangkan gas pelindung yang digunakan 100% argon, 98% argon + 2% nitrogen dan 95% argon + 5% nitrogen.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dengan kecepatan pengelasan yang berbeda dihasilkan kedalaman dan lebar logam las yang berbeda. Demikian juga halnya dengan penggunaan gas pelindung yang berbeda akan menghasilkan perbandingan lebar dan dalam logam las yang berbeda pula. Dengan menggunakan gas pelindung 95% argon + 5% nitrogen fasa ferit-austentit yang dihasilkan pada logam las relative seimbang dibandingkan dengan yang lainnya.
Pada pengelasan yang lambat, disamping menghasilkan masukan panas yang besar, kekerasan pada logam las juga tinggi serta mempengaruhi pertumbuhan fasa autentit. Semakin tinggi masukan panas (2,280 kJ per mm) semakin rendah fasa austentit pada logam las."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sophia Utami
"Latar Belakang: Penyakit arteri perifer (PAP) adalah manifestasi aterosklerosis sistemik, yang seringkali melibatkan penyandang diabetes melitus (DM) tipe 2. Tes ankle brachial index (ABI) telah digunakan sebagai penapis PAP, tetapi ABI normal belum menyingkirkan PAP. USG dupleks (UD) lebih sensitif namun lebih mahal daripada tes ABI, sehingga perlu diketahui karakteristik penyandang DM tipe 2 yang paling diprioritaskan untuk menjalani pemeriksaan UD.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa UD dapat mendeteksi PAP pada penyandang DM tipe 2 dengan ABI normal, mengenali gambaran UD PAP, dan mengenali karakteristik penyandang DM tipe 2 yang paling diprioritaskan untuk menjalani pemeriksaan UD.
Bahan dan Cara Kerja: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan mengikutsertakan 40 tungkai. Setiap subyek menjalani roc ABI, pemeriksaan UD dan pen ilaian faktor-faktor risiko. Arteri-arteri ekstremitas bawah d iperiksa, dengan penilaian terhadap ketebalan kompleks intima media (KIM) arteri femoralis, adanya plak, dan evaluasi spektrum Doppler.
Hasil: Dari pemeriksaan UD ditemukan PAP pada 50% (20 dari 40) tungkai. Gambaran UD PAP yang didapatkan berupa penebalan KIM arteri femoralis (20%, 4 dari 20 tungkai) dan adanya plak dengan spektrum Doppler yang masih normal di arteri-arteri ekstremitas bawah (100%, 20 dari 20 tungkai). Terdapat hubungaxi bermakna antara obesitas dan kejadian PAP (Rasio Odds = 22,45).
Kesimpulan: Dari penelitian ini, kami menyimpulkan bahwa: 1) UD dapat mendeteksi PAP pada penyandang DM tipe 2 dengan A131 normal; 2) Gambaran UD PAP pada pasien-pasien tersebut berupa penebalan KIM arteri femoralis dan adanya plak dengan spektnim Doppler normal di arteri-arteri ekstremitas bawah; 3) Obesitas merupakan karakteristik penyandang DM tipe 2 yang paling diprioritaskan untuk menjalani pemeriksaan UD.

Background: Peripheral arterial disease (PAD) is a manifestation of atherosclerosis disease, which commonly involves the non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) patients. Ankle brachial index (A13I) test has been used as a screening test for PAD, but a normal ABI does not exclude PAD. Duplex ultrasonography (DU) is more sensitive but more expensive than ABI, so it is neccessaty to assess the characteristics q f NIDDM patiens who are mostly indicated to undergo DU examination.
Objectives: The objectives of this study are to prove that DU can detect PAD in NIDDM patients with normal ABI, to assess DU appearances of PAD, and to assess the characteristics of NIDDM patiens who are mostly indicated to undergo DU examination.
Materials and Methods: This study was conducted in a cross sectional design, which involved 40 legs. Every subject underwent ABI and DU examinations. Lower extremity arteries were examined, with assessment for femoral intitnal medial thickness (IMT), the presence of plaque, and evaluation of Doppler spectrum .1-or each artery. The risk factors were evaluated by anamnesis, physical examination and laboratory examination.
Results: From DU examination, as many as 50% (20 _ from 40 legs) are found to have PAD. The DU appearances q f PAD include increase_ femoral artery LMT (20%, 4 from 20 legs) and the presence of plaques with normal Doppler spectrums in the lower extremity arteries (100%, 20 from 20 legs). There was a significant relationship between obesity and the evidence of PAD (Odds ratio = 2 2, 45).
Conclusions: From this study, we conclude that: I) DU can detect PAD in NIDDM patients with normal ABI, 2) 7Tie DUI appearances of PAD in those patients include increase femoral arrey IMT and the presence of plaques with normal Doppler spectntras in the lower extremity arteries: 3) Obesity is the characteristic of NIDDM patients who are mostly indicated to undergo DU examination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Duplex Stainless steel (DSS) 2205 is wedely used in shipbuilding industry as well as in gas and oil industry because its supenorit N in corrosion resistant and thoughness compared to other metals, during welding process, deformation may occur in DSS 2205. Line heating followed by quenching is often used to relieve deformation following welding process. Line heating applied to DSS 2205 may change microstructure and properties of the steel as well. There are many factors that affect the microstructure change during line heating process and one of them is the number of line heating passes applied to the material at the same location. This reseach examines microstructure and properties of DSS 2205 due to line heating process. Three samples of weld joints were line heated. Each sample were line heated once to and three times respectively in the direction perpendicular to thje weld line. Quanching in fresh water carried out following the line heating process. Each sample was cut into two pieces for metallography, hardness, and ferritescope test. Data obtained from metallography, hardness and ferrtescope tests showed that more line heating passes applied to the same location resulted in creasing ferrite contents increased 21.3% in base metal and 14.6% in weld metal. Ferritescope test showed that ferrite number (FN) increased 6.21 in base metal and 8.13% in weld metal. Hardness number of base metal increased 13 - 71%, 8.85% fusion line and 11.02% weld metal."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andar Jan Pieter H.M.
"Efisiensi penggunaan sumber daya spektrum frekuensi yang terbatas merupakan target utama dari sistem komunikasi nirkabel. Keterbatasan spektrum frekuensi ini, telah mendorong para peneliti untuk mengembangkan komunikasi nirkabel full-duplex. Pada penelitian ini penulis mengusulkan skema optimasi penggunaan daya pada kanal MIMO full-duplex yang telah dilengkapi dengan teknik selfinterference cancellation pada domain propagasi.
Pada penelitian ini diturunkan dan dianalisis persamaan mencari daya optimum dari sebuah kanal MIMO fullduplex yang akan menghasilkan kapasitas maksimum dengan menggunakan metode optimasi konveks. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap kanal yang telah dioptimasi dapat dibuktikan bahwa kapasitas kanal meningkat sebesar 9 % pada penggunaan daya total sebesar 4 dB dan N=4 dibandingkan kapasitas kanal tanpa optimasi.

Improving spectral efficiency driven by the limited frequency resources is a key target of the wireless communication system. The limitation of the frequency spectrum has led researchers to develop a full-duplex wireless communication. In this research, author proposes a power optimization scheme of full-duplex MIMO channel that has been equipped with self-interference cancellation techniques in the propagation domain.
In this research, by using convex optimization method, the expression of the optimum power scheme to achieve the maximum capacity of full-duplex MIMO channel is derived and analyzed. Calculation result shows that the capacity of the optimized channel increase 9 % at the total power 4 dB and N=4 compare with channel without optimization.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>