Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
This research was aimed to know the difference inachievement motivation between students who were video game player and those were not video game player....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Alifa
Abstrak :
Setiap orang menginginkan kebahagiaan untuk memudahkan mereka dalam mencapai tujuan hidup. Diener (2002) menyebutkan kebahagiaan juga disebut sebagai subjective well-being. Oleh karena itu, subjective well-being penting untuk semua orang terutama remaja yang berada pada fase krisis karena kehilangan ibu yang meninggal, bercerai, atau ibu sebagai buruh migran. Kondisi ini membuat anak terpaksa tinggal hanya bersama ayah. Ayah yang biasanya dipersepsikan kurang terlibat dalam kehidupan anak, dapat memprediksi subjective well-being mereka. Hal ini membuat keterlibatan ayah sangat penting untuk remaja. Remaja yang berada pada keluarga ayah tunggal banyak terjadi di Karawang, sehingga responden penelitian ini adalah 56 remaja awal berusia 12-15 tahun yang tinggal hanya bersama ayah di Karawang. Alat ukur yang digunakan adalah The Satisfaction With Life Scale (Diener, Emmons, Larsen, & Griffin, 1985), Positive and Negative Affect Schedule (Watson, Clark, & Tellegan, 1988), dan Subjective Happiness Scale (Lyubomirsky & Lepper, 1999), Nurturant Fathering Scale dan The Father Involvement Scale (Finley & Schwartz, 2004). Teknik analisis yang digunakan adalah simple regression. Hasil penelitian menunjukkan father involvement memprediksi afek positif dan perceived father’s involvement memprediksi afek negatif. ......Everyone wants happiness to facilitate them in achieving life's goals. Diener (2002) said happiness is also referred to as subjective well-being. Therefore, subjective well-being is important for everyone especially adolescents who are in the crisis phase because of the loss of a deceased mother, divorced, or mother as a migrant worker. This condition makes the child be forced to stay with the father. Fathers who are commonly perceived as less involved in child life, can predict their subjective well-being. This makes father’s involvement very important to them. Many adolescents in a single father family was in Karawang, so the respondents of this research was 56 early adolescents aged 12-15 years who lived only with the father in Karawang. The measuring instruments used are The Satisfaction With Life Scale (Diener, Emmons, Larsen, & Griffin, 1985), Positive and Negative Affect Schedule (Watson, Clark, & Tellegan, 1988), and Subjective Happiness Scale (Lyubomirsky & Lepper, 1999), Nurturant Fathering Scale and The Father Involvement Scale (Finley & Schwartz, 2004). The analytical techniques used is simple regression. The results showed father involvement component predicted a positive affect and two component of perceived father's involvement predicted negative affect.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grin Rayi Prihandini
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran dari self-esteem sebagai moderator dalam hubungan antara keterlibatan ayah dan psychological well-being remaja. Keterlibatan ayah yang dipersepsikan remaja berkontribusi terhadap psychological well-being dirinya. Pada masa remaja, self-esteem menjadi hal yang penting sehingga dianggap dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh dari keterlibatan ayah terhadap psychological well-being. Partisipan penelitian ini berjumlah 600 orang yang terdiri dari 300 remaja awal (12-15 tahun) dan 300 remaja akhir (18-21 tahun). Pemilihan kedua kelompok usia ini berdasarkan pada perbedaan tantangan yang dialami ketika seseorang mulai memasuki masa remaja dan ketika seseorang mulai bersiap untuk memasuki masa dewasa. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen Nurturant Fathering Scale (NFS) dan Reported Fathering Scale (RFIS) yang dibuat oleh Finley dan Schwartz (2004) untuk mengukur keterlibatan ayah, Ryff's Scales of Psychological Well-Being (RPWB) oleh Ryff (1989) untuk mengukur psychological well-being, dan Rosenberg's Self-Esteem Scale (RSES) oleh Rosenberg (1965) untuk mengukur self-esteem. Analisis moderasi dilakuan melalui program PROCESS dari Hayes pada SPSS 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-esteem menjadi memoderasi pengaruh dari keterlibatan ayah terhadap psychological well-being pada remaja awal (p<0,05), namun tidak pada remaja akhir (p>0,05). Pada remaja awal, self-esteem berperan dalam memperlemah pengaruh keterlibatan ayah terhadap psychological well-being. Selain itu, terdapat perbedaan skor keterlibatan ayah dalam domain perkembangan anak pada remaja awal dan remaja akhir. Remaja akhir lebih melihat ayahnya terlibat dalam berbagai aspek perkembangan dirinya dibandingkan dengan remaja awal (t=12,487; p <0,05). The purpose of this study was to examine the role of self-esteem as a moderator in the relationship between father involvement and the psychological well-being of adolescents. Adolescents' perception of their father involvement contribute to their psychological well-being. In adolescence, self-esteem is an important issue, thus, it can strengthen or weaken the effect of perceived father involvement on adolescents' psychological well-being. Participants of this study were 600 adolescents that consist of 300 adolescents between the ages of 12-15 years (early adolescents) and 300 adolescents between the ages of 18-21 years (late adolescents). This age group were based on the differences in challenges when someone entering the adolescence and someone who was prepared to entering adulthood. The instruments were used in this study were Nurturant Fathering Scale (NFS) and Reported Fathering Scale (RFIS) by Finley and Schwartz (2004) to measure father involvement, Ryff's Scales of Psychological Well-Being (RPWB) by Ryff (1989) to measure psychological well-being, and Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) by Rosenberg (1965) to measure self-esteem. Analysis of moderation was analyzed using the Hayes's PROCESS program on SPSS 21. The results showed that self-esteem moderate the relationship of father's research to psychological well-being in early adolescents (p <0.05), but not in late adolescents (p> 0, 05). In early adolescence, self-esteem weaken the effect of father involvement on psychological well-being. This study also shows that there are differences of reported father involvement score between early adolescents and late adolescents. The late adolescents perceived their father to be involved in their various developmental aspect compared to the early adolescents (t = 12,487; p <0,05).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T52891
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Mulyana
Abstrak :
Pengaruh hormon mengaktifkan kelenjar sebasea saat remaja, dan meningkatkan kelembaban genitalia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja awal tentang kesehatan organ reproduksi wanita dan perilaku vulva hygiene. Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan desain deskriptif sederhana. Sampel penelitian mencakup 108 siswi kelas tujuh dan delapan, dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan, mayoritas pengetahuan remaja cukup (62,0%) dan perilaku vulva hygiene baik (51,9%). Informasi mempengaruhi pengetahuan, yang menentukan perilaku. Peneliti menyarankan pemberian informasi kesehatan reproduksi oleh peer group secara berkala, mahasiswa keperawatan juga perlu mempelajari keterampilan menyampaikan materi kesehatan reproduksi bagi remaja secara efektif. ......Hormonal changes activate sebacea glands and increase genitalia moisture. The study aimed to find the knowledge level of female reproductive health and vulva hygiene behaviour in early female adolescents. The method of this research was quantitative descriptive. The data were collected from 108 female students in seventh and eighth grade by simple random sampling. Result showed that most respondents had sufficient knowledge (62,0%) and good vulva hygiene behaviour (51,9%). Information influence knowledge, that determine human behaviour. Researcher suggested that delivering information about reproductive health by peer group should be done regularly, nursing students also need to learn communication skill in deliver reproductive health materials for adolescents effectively.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43300
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library