Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andhika Mangala Putra
"Jeruk merupakan salah satu buah yang diketahui memiliki kandungan antioksidan cukup tinggi. Berbagai penelitian telah dilakukan hingga saat ini untuk meneliti mengenai kandungan antioksidan pada kulit dan daging buah jeruk, namun kebanyakan penelitian ini belum dilakukan menggunakan varietas jeruk yang dibudidayakan di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat aktivitas antioksidan dari kulit, daging buah dan air perasan jeruk pontianak. Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2013 di Laboratorium Farmasi Kedokteran Departemen Ilmu Farmasi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sampel kulit dan daging buah dipersiapkan dengan cara maserasi menggunakan larutan metanol selama 24 jam, sedangkan air perasan diperoleh dengan memeras buah jeruk pontianak. Aktivitas antioksidan diukur dengan menggunakan uji DPPH dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 500-520 nm. Hasil pengukuran absorbansi diolah dengan regresi linear dan uji statistik dengan independent t-test. Hasil penelitian adalah aktivitas antioksidan yang dinyatakan melalui EC50; aktivitas tertinggi diamati pada kulit jeruk (EC50 0.70%). Komponen jeruk mempengaruhi aktivitas antioksidan pada larutan uji 3% (p < 0.001), larutan uji 6% (p < 0.001), dan 12% (p < 0.001), namun tidak pada larutan uji 24% (p = 0.645).

Citrus is well known for being rich in antioxidants. Research have been conducted to assess the components responsible for its antioxidant activity in various kind of citrus peel and pulp, but such is not true for various of citrus variants found and cultivated in Indonesia. This research aim to observe the radical scavenging activity in C. nobilis var microcarpa Hassk peel, pulp and juice. Experiments were done in May-June 2013 at Laboratory of Medical Pharmacy, Faculty of Medicine, University of Indonesia. Samples were obtained through maceration with methanol for 24 hours while extracts were made by peeling and grinding fresh fruits. Radical scavenging activity were observed with DPPH test, and absorbance were measured using a UV-VIS spectroscopy in 500-520 nm wavelength. Linear regression were employed to determine EC50 from each sample, while statistical significance were challenged using independent t-test. Greatest activity was observed in sample obtained from peel (EC50 0.70%). Radical scavenging activity is influenced by citrus components in 3% v/v (p < 0.001), 6% v/v (p < 0.001) and 12% v/v (p < 0.001), but not in 24% v/v (p = 0.645)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadan Ramadhan Apriyanto
"Latar Belakang: Hepatitic C merupakan penyakit yang disebabkan oleh Virus Hepatitis C (HCV) dan dapat mengakibatkan peradangan hati, biasanya bersifat asimtomatik, bahkan kronik yang ditandai dengan sirosis, kanker hati, kelainan fungsi hati yang dapat menyebabkan kematian. Pengobatan standar dengan PEGinterferon-a dan ribavirin memiliki efek samping yang berat, sehingga diperlukan pengobatan alternatif sebagai anti-HCV. Dimocarpus longan merupakan tanaman yang memiliki khasiat sebagai antijamur, antivirus, antiinflamasi, antioksidan, antibakteri, dan antikanker. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek dan mekanisme kerja ekstrak metanol daun D. longan terhadap virus Hepatitis C.
Metode: Cell line derivate Human hepatocarcinoma (Huh 7it-1) diinfeksikan dengan HCV strain JFH1 dari genotipe 2a yang diinduksikan ekstrak metanol daun D. longan selama dua hari, kemudian diukur virus yang terbentuk ekstraseluler dan intraseluler. Pemeriksaan virus ekstraseluler dengan cara focus forming assay sedangkan intraseluler dengan qRT-PCR, western blot dan relative fluorescence assay. Pengujian sitotoksisitas terhadap Huh 7it-1 dengan metode MTT assay. Ekstrak metanol daun D. longan diuji adanya kandungan saponin, flavonoid, triterpenoid dan steroid, tanin, dan glikosida.
Hasil: Konsentrasi hambatan 50% (IC50) ekstrak terhadap HCVsebesar 13,2 ± 0,52 μg/ml dan toksik 50% (CC50) terhadap sel Huh 7it-1 sebesar 681,9 ± 13,2 μg/ml dengan nilai indek selektivitas (SI) sebesar 51,2. Efek virusidal ekstrak metanol daun D. longan secara langsung terhadap HCV berupa pengurangan titer virus sebesar 99%. Analisis RNA dan protein NS3 HCV intraseluler memperlihatkan adanya hambatan sebesar 20%. Kandungan fitokimia yang terdapat pada ekstrak metanol daun D. longan di antaranya saponin, flavonoid, triterpenoid dan steroid, alkaloid, tanin, dan glikosida.
Kesimpulan: Mekanisme anti-HCV dari ekstrak metanol daun D. longan diduga melalui adanya hambatan pada entry dan post-entry yang bekerja dengan menghambat pada penempelan virus, membunuh virus dengan interaksi langsung, menghambat ekspresi NS3, dan menghambat replikasi. Kandungan fitokimia yang terkandung seperti saponin, flavonoid, triterpenoid dan steroid, tanin, dan glikosida.

Background: Hepatitic C is a disease caused by the hepatitis C virus (HCV). HCV infection can lead to inflammation of liver tend to be asymptomatic, and chronic characterized by cirrhosis, liver cancer, abnormal liver function can cause mortality. Standard HCV treatment with PEG-interferon-a and ribavirin have severe side effects, necessitating alternative treatments as anti-HCV. Dimocarpus longan is a plant that previously reported has antifungal, antiviral, anti-inflammatory, antioxidant, antibacterial, and anticancer activity. The purpose of this study is determine the effects and mechanism of action of the methanol extract of leaves of D. longan against hepatitis C virus.
Methods: A derivate of Human hepatocarcinoma Cell line (Huh 7it-1) was infected with HCV of genotype 2a JFH1 strain which is inducted with methanol extracts of D. longan for two days and then number of virus produced outside of the cell (extracellular) and inside of the cell (intracellular) were measured by focus forming assay, while intracellular virus was measured by qRT-PCR, western blot and relative fluorescence assay. Cytotoxicity against Huh 7it-1 was tested by MTT assay. Examination of phytochemical content D. longan showed the presence of saponins, flavonoids, triterpenoids and steroids, alkaloids, tannins, and glycosides.
Result: D. longan concentration of inhibition 50% (IC50) and Toxic effects of concentration of cytotoxicity 50% (CC50) againts cells Huh 7it-1were obtained 13,2 ± 0.52 ug/ml and 681.9 ± 13.2 ug/ml, respectively and with selectivity index (SI) 51.2. Result of direct virucidal effect was shown inhibition of titer virus 99%. RNA and NS3 protein analysis of HCV were shown inhibition 20%. Phytochemical contains of methanol extracts of Dimocarpus longan Lour. Leaves are saponins, flavonoids, triterpenoids and steroids, tannins, and glycosides.
Conclusion: Anti-HCV mechanisms of methanol extracts of Dimocarpus longan Lour. Leaves are inhibition at entry and post-entry with action at attachment, direct killing, inhibition of expression NS3, and replication. Phytochemical content in the methanol extract of leaves of D. longan were saponins, flavonoids, triterpenoids and steroids, tannins, and glycosides."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Rasta Waty
"Penghambat Angiotensin Converting Enzyme ACE merupakan salah satu golongan obat antihipertensi utama dalam menurunkan tekanan darah. Metabolit sekunder golongan flavonoid telah banyak diteliti dan terbukti memiliki aktivitas penghambat ACE. Herba suruhan Peperomia pellucida L. Kunth. merupakan tanaman yang berpotensi sebagai penghambat ACE. Belum diketahui karakterisasi senyawa yang terdapat dalam herba suruhan dengan aktivitas penghambat ACE.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan aktivitas penghambat ACE yang terdapat dalam ekstrak metanol herba suruhan serta keamanan penggunaan ekstrak metanol herba suruhan. Penentuan karakterisasi senyawa dilakukan dengan metode Liquid Chromatography-Mass Spectrophotometry LC-MS dan uji aktivitas penghambat ACE secara in vitro menggunakan metode Lam, sedangkan uji keamanan ekstrak metanol dengan uji toksisitas akut.
Melalui penelitian ini dihasilkan bahwa nilai IC50 ekstrak metanol herba suruhan adalah 19,356 g/mL dengan karakterisasi senyawa flavonoid dengan aktivitas penghambat ACE yang terdapat dalam ekstrak metanol herba suruhan memiliki nilai [M] m/z 329; 433; 477; 537; 591; 593; 609; dan 623. Uji toksisitas akut ekstrak metanol herba suruhan menunjukkan bahwa tidak terdapat kematian dengan LD50>4000 mg/kg BB, serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai AST dan ALT.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol herba suruhan mengandung senyawa flavonoid dengan aktivitas penghambat ACE yang tidak menimbulkan kematian dan perubahan pada organ hati hewan coba.

Inhibition of Angiotensin Converting Enzyme ACE is one of therapeutic treatment of hypertension in decreasing blood pressure. Many evident and research done for flavonoid as one of secondary metabolite that has ACE inhibitor activity. Peperomia pellucida L. Kunth. herb is one of the Indonesian potential plant as an ACE Inhibitor. It is not known characterization of the active substances with ACE inhibitor activity. Many flavonoids substances have ACE inhibitor activity.
The present study was aimed at investigating the characterization of flavonoid substances with ACE inhibitor activity in Peperomia pellucida methanolic extracts. Substances characterization conducted using Liquid Chromatography Mass Spectrophotometry LC MS while in vitro ACE inhibitor test performed using Lam method and acute toxicity test for safety assessment. Peperomia pellucida methanolic extracts showed ACE inhibitor activity with IC50 value 19,356 g mL. Substances characterization analysis revealed the presence of flavonoid with M m z 329 433 477 537 591 593 609 623.
Acute toxicity test analysis showed that there was no death with LD50 value more than 4000 mg kg BW. Blood analysis for aspartate aminotransferase AST and alanine aminotransferase ALT showed no significant differences between normal group and dose group in male and female mice.
From this study, it is suggested that Peperomia pellucida methanolic extracts have many flavonoid substances with ACE inhibitor activity that did not cause mortality and liver function changes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T47240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Dara Kharisma
"Kayu manis (Cinnamomum burmannii B.) merupakan tanaman asli Indonesia yang biasa digunakan sebagai rempah dan obat tradisional. Perbedaan lokasi tumbuh C. burmannii di Indonesia memiliki potensi untuk memengaruhi senyawa bioaktifnya yang bermanfaat bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan metabolit ekstrak metanol kayu manis (C. burmannii), serta mengevaluasi aktivitas antioksidan dan toksisitas ekstrak C. burmannii dari lima provinsi di Indonesia. Senyawa metabolit dianalisis dengan teknik kromatografi cair-spektrometri massa (LC-MS). Kandungan total fenolik (TPC), kandungan total flavonoid (TFC), nilai antioksidan, dan nilai toksisitas secara berturut-turut diukur menggunakan metode Folin-Ciocalteu, kolorimetri AlCl3, 2-Diphenyl-1-picrylhidrazyl (DPPH), dan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Partial Least Squares Discriminant Analysis (PLS-DA) yang dibangun mengelompokkan sampel ke dalam tiga kelompok yang signifikan dengan nilai R2X (cum) = 0,775, R2Y (cum) = 0,992, dan Q2 (cum) = 0,875. Senyawa dengan ID N1543 dan N31 teridentifikasi sebagai senyawa yang terdapat di semua sampel. Ekstrak C. burmannii dari lokasi tumbuh yang berbeda memiliki kandungan total fenolik dan flavonoid secara berturut-turut sebesar 82,42 ± 3,4–316,26 ± 20,94 mg GAE/g dan 18,08 ± 0,23–96,10 ± 7,97 mg QE/g, serta aktivitas antioksidan dan toksisitas secara berturut-turut sebesar 43,85 ± 1,09–170,54 ± 24,61 µg/mL dan 341,95 ± 32,24–826,10 ± 57,79 µg/mL. Kandungan metabolit sekunder aktif dalam ekstrak kayu manis, yaitu senyawa fenolik dan flavonoid, ditemukan berkorelasi pada sifat antioksidannya.

Cinnamon (Cinnamomum burmannii B.) is a native Indonesian plant commonly used as a spice and traditional medicine. The variations in the growing locations of C. burmannii in Indonesia can potentially affect its beneficial bioactive compounds. This study aims to identify and categorize the metabolites of cinnamon (C. burmannii) methanol extracts and evaluate the antioxidant activity and toxicity of C. burmanniiextracts from five provinces in Indonesia. The metabolite compounds were analyzed using Liquid Chromatography-Mass Spectrometry (LC-MS) technique. The total phenolic content (TPC), total flavonoid content (TFC), antioxidant value, and toxicity value were measured using Folin-Ciocalteu method, AlCl3 colorimetric assays, 2-Diphenyl-1-picrylhidrazyl (DPPH), and Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), respectively. The results showed that the constructed Partial Least Squares Discriminant Analysis (PLS-DA) model categorized the samples into three significant groups with R2X (cum) = 0.775, R2Y (cum) = 0.992, and Q2 (cum) = 0.875. The compound with ID N1543 and N31 were identified as a compound present in all samples. The C. burmannii extracts from different growing locations had total phenolic and flavonoid contents ranging from 82.42 ± 3.4–316.26 ± 20.94 mg GAE/g and 18.08 ± 0.23–96.10 ± 7.97 mg QE/g, as well as antioxidant activity and toxicity ranging from 43.85 ± 1.09–170.54 ± 24.61 µg/mL and 341.95 ± 32.24–826.10 ± 57.79 µg/mL, respectively. The presence of active secondary metabolites, such as phenolic and flavonoid compounds in cinnamon extracts correlated with its antioxidant properties."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novalia Nikita
"Penelitian mengenai uji aktivitas antioksidan pada bintang laut Linckia laevigata telah dilakukan. Tujuan penelitian adalah mengetahui aktivitas antioksidan dan menguji keberadaan saponin pada ekstrak metanol bintang laut Linckia laevigata beserta fraksi-fraksinya. Uji aktivitas antioksidan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode DPPH, sedangkan uji keberadaan saponin dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol Linckia laevigata dan fraksi-fraksinya memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah dengan nilai IC50, yaitu masing-masing sebesar 696,13 µg/ml untuk ekstrak metanol, 1484,35 µg/ml untuk fraksi air, 176,36 µg/ml untuk fraksi n-heksan, dan -10,75 µg/ml untuk fraksi etil asetat. Uji saponin menunjukkan hasil positif pada ekstrak metanol, fraksi air, dan fraksi n-heksan, sedangkan fraksi etil asetat menunjukkan hasil negatif. Hal tersebut membuktikan bahwa senyawa antioksidan bintang laut Linckia laevigata berupa saponin dan senyawa bioaktif lainnya.

Research about antioxidant activity on sea star Linckia laevigata was done. The purpose of this study is to determine the antioxidant activity and to test the presence of saponins in the methanol extract of seastar Linckia laevigata and its fractions. Antioxidant activity test was conducted qualitatively and quantitatively by 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl (DPPH) method and the presence of saponins test was conducted qualitatively. The results showed that the methanol extract of Linckia laevigata and its fractions had very weak antioxidant activities. Their IC50 values were 696.13 µg/ml in the methanol extract, 1484.35 µg/ml in water fraction, 176.36 µg/ml in n-hexane fraction, and -10.75 µg / ml in ethyl acetate fraction. The presence of saponins test showed that metanol extract, water fraction, and n-hexane contained saponins, whereas ethyl acetate fraction contained other compounds because its had the negative result. It indicated that the antioxidant compunds in the sea star Linckia laevigata was saponins and another compounds."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diki Prawisuda
"ABSTRAK
Terapi Highly Active Antiretroviral Therapy HAART untuk AIDS akibat infeksi HIV dilakukan dengan kombinasi obat-obat yang menghambat salah satu tahap dari siklus reproduksi virus HIV. Sumber alternatif baru protease inhibitor sebagai komponen terapi AIDS dibutuhkan untuk menyediakan stok obat dan mengatasi apabila terdapat resistensi terhadap protease inhibitor yang lama. Kayu Ules Helicteres isora diketahui pada penelitian in vitro dan in silico sebelumnya memiliki kandidat senyawa yang berpotensi digunakan sebagai sumber protease inhbitor alami, namun penelitian aktivitas protease inhibitor ekstrak metanol Helicteres isora secara in vitro dengan protease assay belum dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat potensi Kayu Ules sebagai protease inhibitor dengan menggunakan kultur sel HT-29 yang diinfeksi virus HIV-1 untuk propagasi virus dan protease assay untuk melihat pengaruh Kayu Ules sebagai protease inhibitor. Analisis imunofluoresen dan RT-PCR mengindikasikan virus HIV-1 yang diproduksi oleh sel HT-29 setelah transfeksi. Enzim tripsin dan sel HT-29 diketahui dapat digunakan sebagai, masing-masing, enzim standar Protease assay dan sel inang virus HIV-1 NL4-3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol buah Kayu Ules Helicteres isora L. memiliki aktivitas protease inhibitor protease HIV-1 yang optimal pada konsentrasi 15,625 ?g/mL.

ABSTRACT
Highly Active Antiretroviral Therapy HAART for AIDS disease caused by HIV are performed with drug cocktail that inhibit virus replication cycle. Alternative source of protease inhibitor are needed to decrease viral resistancy to the current protease inhibitor. Kayu Ules Helicteres isora , from previous in vitro and in silico studies, known for its potency as a natural source of protease inhibitor, however methanolic extract protease inhibitor activity in vitro study using protease assay has not yet conducted. This research is aimed to study the potential of Kayu Ules as protease inhibitor. We used HT 29 cell lines for HIV 1 NL4 3 propagation and protease assay to know the effect of Helicteres isora as protease inhibitor. Immunofluorescence microscopy and RT PCR results showed the presence of HIV in HT 29 cell culture after transfection. This study demonstrate reliable utility of HT 29 and trypsin for HIV 1 NL4 3 virus generation cell host and for standard protease assay enzyme, respectively. From this experiment, fruit of Kayu Ules methanolic extract are showed to have HIV 1 protease inhibitor activity with its optimum concentration at 15,625 g mL."
2017,
S69902
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harxylen Kinanti Purnomo
"Lamun memiliki banyak senyawa aktif dan potensial di bidang kesehatan dan pengobatan. Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii dikoleksi dari Pulau Pramuka TNKpS dan Karang Sewu TNBB. Sampel kemudian dipisahkan berdasarkan daun, rimpang dan akar. Setiap bagian dibuat menjadi simplisia dan diesktraksi menggunakan metanol (1:3; b/v). Semua ekstrak dikarakterisasi menggunakan HPLC dan diuji aktivitas larvasida terhadap larva instar III Aedes aegypti. Sebanyak 25 larva instar III Aedes aegypti dipindahkan ke 250 mL botol sampel yang berisi 100 mL ekstrak 1%. Terdapat dua kontrol yaitu akuades dan abate 1%. Mortalitas larva dicatat pada 12, 24 dan 48 jam. Ekstrak daun T. hemprichii memiliki persentase mortalitas tertinggi yaitu 100% pada 12 jam. Konsentrasi LC50 ekstrak daun T. hemprichii yaitu 0,56%. Hasil kromatogram organ spesies C. rotundata dan T. hemprichii menunjukkan tidak ada perbedaan. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa ekstrak daun T. hemprichii memiliki aktivitas yang paling potensial sebagai larvasida Ae. aegypti.

Seagrass contains bioactive compounds that are potential to be developed in health and medicinal application. Cymodocea rotundata and Thalassia hemprichii was collected from Pramuka Island TNKpS and Karang Sewu TNBB. Samples were cut into different parts i.e. leaf, rhizome, and root. Each part was dried as a powdered simplicia and extracted using methanol (1:3; w/v). All the extracts were characterized using HPLC and tested as larvicide against the larvae of Aedes aegypti. Batches of 25 early 3rd instar larvae of Ae. aegypti were transferred into 250 mL sample bottles containing 100 mL 1% extract. There are two control groups: abate (1%) and aquadest. The mortality of larvae was observed after 12, 24, and 48 hours. The leaves extract of T. hemprichii showed the highest mortality 100% after 12 h with LC50 concentration 0.56%. Chromatogram results from different species of C. rotundata and T. hemprichii showed a similar pattern of peaks. The results suggested that leaves extract of Thalassia hemprichii have the highest potential to be used as a larvicide against Ae. aegypti larvae.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S70061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library