Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Birgitta Sekar Winda Saputra
Abstrak :
Meningkatnya kadar emisi CO merupakan salah satu indikator penurunan kualitas lingkungan. Pembangunan perekonomian suatu negara melalui berbagai sektor sebagai wujud pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Selain ditopang dari kemampuan dalam negeri, investasi menjadi kerja sama yang baik bagi negara investor maupun negara yang menerima investasi tersebut. Penanaman Modal Asing Langsung atau Foreign Direct Investment dapat diimplementasikan melalui pembangunan perusahaan maupun transfer teknologi yang secara tidak langsung dapat menghasilkan residu yang dapat mencemari lingkungan, salah satunya emisi CO2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penanaman modal asing langsung atau foreign direct investment (FDI) terhadap emisi gas karbon dioksida (CO2) di negara anggota G-20. Data yang digunakan adalah FDI, emisi CO2, GDP per kapita sektor industri dan GDP per kapita sektor transportasi dari negara anggota G-20. Pada penelitian ini menggunakan data panel dengan pendekatan metode Generalized Method of Moments (GMM), periode analisis dari tahun 2005 sampai tahun 2021. Hasil estimasi GMM menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari FDI terhadap emisi CO di negara anggota G20. ......The increased CO2 indicator is one of the factor environments degrading quality. Economic development of a country through various sectors shows implementation of its governments to build the wellbeing of society. However, the factors it’s not only supported by domestic, investment being the great cooperation between the investor country and the investing country. Foreign direct investment shall be implemented through company development and technology transfer that indirectly results in residues which are able to pollute the environment, one of the causes is CO2. The purpose of this study is to analyze the impact of foreign direct investment carbon dioxide (CO2) emission in the member of G-20 countries. The data collected from this study are, FDI, CO2 emission, GDP per capita of industry sector, and GDP per capita of transportation sector of G-20 member countries. This study utilizes a data panel with Generalized Method of Moments (GMM) method, sampled from analysis period 2005 until 2021. GMM estimates that there are significant impacts of FDI to CO2 emission in members of G-20 countries.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aminuddin Isnain
Abstrak :

Dalam penelitian ini, dikembangkan optimisasi untuk mendapatkan portofolio pembangkitan di regional Sumatera hingga tahun 2026 yang mempertimbangkan emisi dan biaya. Optimisasi dilakukan dengan meminimalisasi biaya produksi yang didalamnya termasuk biaya emisi yang dihasilkan oleh pembangkit. Biaya emisi dihitung dengan menggunakan faktor emisi dengan biaya CO2 yang divariasikan. Optimasi dijalankan dengan dua skenario yaitu skenario tanpa mempertimbangkan emisi dan skenario dengan memperimbangkan emisi dan dibandingkan dengan RUPTL 2017-2026. Hasil dari optimisasi menunjukan terdapat perbedaan bauran batubara dibandingkan dengan RUPTL 2017-2026 yaitu sebesar 58% (skenario tanpa mempertimbangkan emisi) dan 42,3% (skenario mempertimbangkan emisi). Untuk tingkat emisi, terdapat perbedaan sebesar 5% (skenario tanpa mempertimbangkan emisi) dan 13% (skenario mempertimbangkan emisi) dibandingkan dengan RUPTL 2017-2026. Pada skenario ini Pada skenario ini juga disimpulkan tarif CO2 per ton yang optimum sebesar
15,5 USD/ton.


In this study, an optimization was developed to obtain a generation portfolio in the Sumatra region until the year 2026 which considers emissions and costs. Optimization is done by minimizing the costs of production of electricity, including the cost of emissions generated by the plant. The cost of emissions is calculated using the emission factor per plant with the CO2 cost varied. Optimization is carried out with two scenarios, namely scenarios without considering emissions and scenarios by considering emissions and comparison with RUPTL 2017-2026. The results of the optimization show the difference between coal compared to the 2017-2026 RUPTL, which is equal to 58% (scenario without consideration of emissions) and 42.3% (scenario considering emissions). For emissions levels, approximately 5% (scenario without consideration of emissions) and 13% (scenario considering emissions) compared to RUPTL 2017-2026. This scenario was also concluded that the optimal CO2 tariff per tonne was 15.5 USD/ton.

2019
T52152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrianto Arrashif
Abstrak :
Sektor industri merupakan pengguna energi terbesar di Indonesia dan menghasilkan emisi CO2 ketiga terbesar dengan persentase sebesar 27% dari total emisi CO2 di keseluruhan sektor. Dengan itu, banyak negara-negara yang melakukan segala cara untuk dekarbonisasi dari mulai penerapan kebijakan energi hijau, Untuk Indonesia pengimplementasi dekarbonisasi sektor industri masih terbatas pada peningkatkan energi efisiensi. Tesis ini dibuat bertujuan melakukan dekaarbonisasi sektor industri pupuk dan industri baja dengan cara melalui pemanfaataan energi hijau. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini terbagi atas dua cara yang pertama adalah bedasarkan Teknologi yaitu pada industri pupuk mengganti suplai listrik PLTG ke PLTA dan pada industri baja mengganti suplai listrik dari grid ke PLTA dan REC. Dan yang kedua bedasarkan Non-Teknologi seperti Membuat skenario BAU, RE, REC dengan tujuan agar mendapatkan hasil penurunan pada jejak karbon yang terbanyak dan biaya pokok produksi / biaya energi yang murah. Hasilnya pada Urea & Ammonia Industry di dapatkan CO2 emissions sebesar 9498056 ton CO2/tahun tapi jika membandingkan antara skenario REC vs BAU terjadi Pengurangan Emisi CO2 sebesar 24,23%, jika membandingkan antara skenario RE vs BAU terjadi Pengurangan Emisi CO2 sebesar 57,47%. Untuk industri Pupuk terkait biaya produksi bedasarkan banyaknya energi yang dikonsumsi, Jika menggunakan skenario REC dan dibandingkan dengan skenario BAU biayanya bertambah 2,3%, Jika menggunakan skenario RE dan dibandingkan dengan skenario BAU biayanya lebih terjangkau 10,8%. Pada Steel & Iron Making Industry di dapatkan CO2 emissions sebesar 9516796 ton CO2/tahun tetapi jika membandingkan antara skenario REC vs BAU terjadi Pengurangan Emisi CO2 sebesar 29,08%, jika membandingkan antara skenario RE vs BAU terjadi Pengurangan Emisi CO2 sebesar 49,08%. Untuk industri Pembuatan Besi dan Baja terkait biaya produksi bedasarkan banyaknya energi yang dikonsumsi, Jika menggunakan skenario REC dan dibandingkan dengan skenario BAU biayanya bertambah 2,9%, Jika menggunakan skenario RE dan dibandingkan dengan skenario BAU biayanya lebih terjangkau 25,15%. ......The industrial sector is the largest energy user in Indonesia and produces the third largest CO2 emissions with a percentage of 27% of total CO2 emissions in the entire sector. With that, many countries are doing everything possible to decarbonize from the start of implementing green energy policies, for Indonesia the implementation of industrial sector decarbonization is still limited to increasing energy efficiency. This thesis aims to decarbonize the fertilizer industry and steel industry sectors through the use of green energy. The method used in this study is divided into two ways, the first is based on technology, namely in the fertilizer industry replacing the electricity supply of PLTG to hydropower plants and in the steel industry replacing electricity supply from the grid to hydropower plants and REC. And the second is based on Non-Technology such as Creating BAU, RE, REC scenarios with the aim of getting results in reducing the largest carbon footprint and low cost of production / energy costs. The result in the Urea & Ammonia Industry is that CO2 emissions are obtained of 9498056 tons of CO2 / year, but if you compare between the REC vs BAU scenario, there is a CO2 Emission Reduction of 24.23%, if you compare between the RE vs BAU scenario, there is a CO2 Emission Reduction of 57.47%. For the Fertilizer industry related to production costs based on the amount of energy consumed, If using the REC scenario and compared to the BAU scenario the cost increases by 2.3%, If using the RE scenario and compared to the BAU scenario the cost is 10.8% more affordable. In the Steel & Iron Making Industry, CO2 emissions of 9516796 tons of CO2 / year are obtained, but if you compare between the REC vs BAU scenario, there is a CO2 Emission Reduction of 29.08%, if you compare between the RE vs BAU scenario, there is a CO2 Emission Reduction of 49.08%. For the Iron and Steel Making industry related to production costs based on the amount of energy consumed, If using the REC scenario and compared to the BAU scenario the cost increases by 2.9%, If using the RE scenario and compared to the BAU scenario the cost is more affordable by 25.15%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hero Gunawan
Abstrak :
Sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam meningkatkan capaian bauran energi nasional dari sektor energi baru terbarukan khususnya dibidang energi surya, pada tahun 2020 pemerintah telah melakukan pembangunan PLTS rooftop di beberapa gedung usulan pemerintah daerah yang meliputi gedung perkantoran, rumah sakit, sekolah, tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Penelitian ini mengambil 12 gedung pada paket pekerjaan pertama yang beratapkan datar dengan kapasitas 25 kWp dan 50 kWp sebagai obyek penelitian untuk menganalisi dampak keteknikan dan ekonomi akibat pengunaan dan perubahan tilt modul PV. Nilai investasi Rp/kWp pada kapasitas terpasang 25 kWp nilai tertinggi dimiliki oleh Gedung Islamic Center sebesar Rp. 16.458.600 dan 50 kWp dimiliki gedung RSUD Ternate dengan nilai Rp. 15.275.750 dimana faktor lokasi menjadi salah satu penyebab tingginya nilai investasi tersebut. Dari penelitian ini didapatkan bahwa nilai PVout yang dihasilkan per tahun dengan penggunaan tilt optimum pada aplikasi GSA sebesar 647.830 kWh lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil simulasi PVSYST sebesar  630,342 kWh dan pada penggunaan tilt sebesar 150 didapatkan output total PLTS rooftop sebesar 615.039 kWh dengan nilai NPV terbesar terletak pada gedung Bupati Sumenep sebesar Rp. 634.312.639 dengan  PBP terkecil selama 6.7  tahun  dan ROI sebesar 250.1 %. Penurungan emisi CO2 (PEy) untuk simulasi dengan pada tilt 150 didapatkan nilai sebesar  477,94 tCO2 sedangkan pada tilt optimum sebesar 481,33 tCO2. ......As a form of government commitment in increasing the achievement of the national energy mix from the renewable energy sector, especially in the field of solar energy, in 2020 the government has carried out the construction of PLTS Rooftop in several local government buildings which include office buildings, hospitals, schools, places of worship and other public facilities. spread over several regions in Indonesia. This research sampled 12 buildings in the first work package with a flat roof with a capacity of 25 kWp and 50 kWp as research objects to analyze the technical and economic impacts of using and changing the tilt of the PV module. The investment value of Rp/kWp at an installed capacity of 25 kWp, the highest value was obtained at the Islamic Center Building of Rp. 16,458,600 and 50 kWp in the Ternate Hospital building with a value of Rp. 15,275,750 where the location distance is one of the causes of the high investment value. From this study it was found that the PVout value generated per year with the use of optimum tilt in the GSA application of 647,830 kWh is higher than the PVSYST simulation results of 630,342 kWh and on the use of tilt of 150 the total output of  PLTS Rooftop is 615,039 kWh with the largest NPV value located in the Sumenep Regent Building  for Rp. 634,312,639 with the smallest PBP for 6.7 years and an ROI of 250.1%. The CO2 emissions reduction (PEy) in the simulation with tilt 150 is 477.94 tCO2, while at tilt the optimum is 481.33 tCO2.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina
Abstrak :
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (PLTH) adalah integrasi sistem pembangkit listrik berbasis energi fosil (tak terbarukan) dan pembangkit listrik terbarukan. Tujuan utamanya untuk menghemat pemakaian bahan bakar dan mengurangi emisi terutama CO2. Secara menyeluruh, integrasi pada sistem PLTH ini merupakan sistem yang multi variabel sehingga digunakan bantuan perangkat lunak, dalam hal ini HOMER versi 2.67. perangkat lunak ini mengoptimasi berdasarkan nilai NPC terendah. Dengan studi kasus optimasi sistem PLTH di Pulau Sebesi propinsi Lampung Selatan, diintegrasikan PLTD, PLTB dan PLTS. Hasil simulasi dan optimasi berbantuan PL HOMER menunjukkan bahwa secara keseluruhan PLTH yang optimum untuk diterapkan di area studi di atas adalah integrasi antara PLTB dan PLTD. Pada kondisi yang optimum ini, kontribusi PLTB sebesar 57% dan PLTD 43% dengan nilai bersih sekarang (net present cost, NPC) sebesar $ 943.957, biaya pembangkitan listrik (cost of electricity, COE) sebesar $ 0,492 per kWh, konsumsi BBM pertahun 42.630 liter, emisi CO2 yang dihasilkan sistem sebesar 112.258 kg/tahun atau berkurang sebesar 43,4%, kelebihan energinya selama setahun sebesar 44.984 kWh. ...... Hybrid power system is the integration of power system based on fossil fuel energy and renewable energy. The main purpose of the system is to save the fossil fuel and reduce the environmental effect, especially CO2 emission. The hybrid system is a multi-variable system. HOMER version 2.67, a micropower optimization modeling software is used to analyze data for both wind speed and solar radiation, simulating hybrid system configurations at once and rank them according to its lowest net present cost. The configuration of the hybrid system in Sebesi island consist of a diesel generating unit, photovoltaic modules (PV) and wind turbines. The optimum hybrid system from the simulation and optimization result is consist of wind and diesel generating set. Contribution of wind turbin is 57% and the contribution of diesel generating set is 43%. The optimum hybrid system has $ 943.957 of the total Net Present Cost (NPC), Cost of Electricity (COE) is $ 0,492 $/kWh , fuel consumption in a yearly is 42.360 litre, CO2 emission is 112.258 kg/year or decrease 43,4% from the first condition, excess electricity is 44.984 kWh/year.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25909
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saleh Siswanto
Abstrak :
Pemanfaatan energi terbarukan sudah sangat mendesak guna mereduksi emisi gas CO2 di atmosfir. Salah satunya adalah pemanfaatan biomassa sebagai energi alterntif pengganti energi fosil. Kabupaten Lampung Tengah sebagai sentra produksi gula nasional memiliki potensi bagase yang melimpah, yang dapat dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dengan sistem gasifikasi. Saat ini komplek perkantoran Pemda Lampung Tengah masih mengoperasikan PLTD guna memenuhi kebutuhan energinya karena keandalan jaringan grid KLP SSM sangat terbatas. Untuk itu perlu analisa biaya energi yang dikeluarkan bila menerapkan PLT Biomassa sebagai pengganti PLTD. Dalam analisa ini menggunakan bantuan perangkat lunak HOMER versi 2.68 beta yang dapat mengoptimasi sistem pembangkit dari nilai NPC dan COE terendah. Dari analisa hasil simulasi didapat bahwa dengan mennggunakan PLT Biomassa biaya energi akan turun sebesar 23% dari USD$0.187/kWh menjadi USD$0.144/kWh. Terjadi penghematan pemakaian BBM sebesar 111.625 liter/tahun dan menurunkan emisi gas CO2 sebesar 47,5% dari 603.034 kg/tahun menjadi 316.577. Pada harga grid sesuai BBP TR Provinsi Lampung sebesar Rp.860/kWh maka PLT Biomassa akan dapat bersaing bila harga bagase sebesar USD$ 12/ton.
Utilization of renewable energy is very urgent to reduce emissions in the atmosphere. One of the utilization of biomass is as an alternative energy substitute for fossil energy. Central Lampung District as the center of the national sugar production has the potential bagase abundant, which can be utilized as Biomass Power Plant with gasification system. Recently the local government office complex of Central Lampung still operate diesel generator to meet its energy needs because the supply capacity grid network of KLP SSM only 70%. It is necessary to analyze cost of energy incurred when applying Biomass power plant substitute for diesel generator. The analysis using Homer software version 2.68 beta, to optimize the systems of power plant according to the lowest NPC and COE. The result of analysis shows that cost of energy Biomass power plant will drop from USD$ 0.187/kWh to USD$ 0.144/kWh. It will save of fuel consumption 111.625 liters/year and reduce CO2 emissions 286.457 kg/year. For gid energy purchase USD$ 0.086/kWh, Biomass power plant will be competitive if bagasse price of USD $ 12/ton.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27542
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfadini Annisa
Abstrak :
Emisi gas rumah kaca yang berkontribusi besar terhadap perubahan iklim, sebagian besar berasal dari negara berkembang. Organisasi Kerjasama Islam, sebagai bagian substansial dari negara berkembang, selain memiliki kenaikan emisi gas rumah kaca yang besar (lebih dari 100%) selama periode 1990 sampai dengan 2013 juga memiliki kenaikan tingkat CO2 yang tinggi (7%). Hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Selain itu, negara OKI juga dihadapkan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang cepat dan membutuhkan lebih banyak energi untuk kegiatan produksi, pada akhirnya akan menghasilkan emisi yang lebih besar. Namun, profil bauran energi negara OKI masih didominasi oleh bahan bakar fosil (97%). Oleh karena dibutuhkan implimentasi kebijakan untuk mengurangi emisi di negara OKI. Menurut Internasional Energi Agency, perbaikan tingkat energi efisiensi dan pemanfaatan energi terbarukan merupakan solusi untuk memitigasi dan membatasi perubahan iklim akibat pemanasan global. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dan besarnya dampak efisiensi energi dan pemanfaatn energi terbukan untuk mengurangi emisi CO2 di negara OKI menggunakan model STIRPAT dan pendekatan model estimasi random effect dari data tahun 2010 hingga 2017. Hasilnya menunjukkan bahwa efisiensi energi dan energi terbarukan berdampak negatif terhadap CO2 dan implementasi energi terbarukan memiliki dampak yang besar dalam mengurangi emisi CO2 dibandingkan efisiensi energi.
Greenhouse gas emissions, which highly contributes to the climate change, largely come from developing country. Organization of Islamic Cooperation (OIC), as a substantial part developing countries, despites having a significant increase of greenhouse gas emission (over 100%) during 1990 to 2013, also has a high increase in share of CO2 from their total greenhouse gas emissions (7%). This is manily due to combustion of fossil fuel. Moreover, OIC is also faced with a fast growing economy, this means there will a need of more energy input to produce, which in turn lead to larger emissions. However, energy mix of OIC is still dominated by fossil fuel (97%). Therefore, OIC needed to implement a set of policy to reduce their CO2 emissions. According to Internasional Energi Agency, improving energi efficiency and utilzation of renewble energi are solution to mitigate and limitate the global warming. This study aims to examine the impact of implementation of energy efficiency and utilization of renewable energi to reduce CO2 emissions in OIC using STIRPAT model and random effect model of estimation from 2010 to 2017 data. The result show that both energi efficiency and renewable energi have a negative impact on CO2 emissions dan implementation of renewable energy has larger impact than improving energi efficiency.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eza Novia Putri
Abstrak :
Aktivitas bongkar muat peti kemas menjadi salah satu lini yang menyumbang emisi CO2 terbesar pada area pelabuhan. Tiap pelabuhan mulai menerapkan konsep Green Port sebagai upaya mitigasi emisi CO2. Malaysia merupakan salah satu negara yang memiliki pelabuhan dengan pelayanan peti kemas terbesar di dunia dan sudah beberapa kali mendapatkan  penghargaan dari The APSN (APEC Port Services Network) Green Port Award System. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan emisi CO2 pada terminal peti kemas yang ada di Indonesia dan Malaysia, kemudian dilakukan analisis dari hasil perhitungan untuk mendapatkan strategi penurunan emisi CO2. Model perhitungan pada penelitian kali ini menggunakan metode Bottom-Up yang menjadikan nilai konsumsi bahan bakar sebagai hasil perhitungan dengan rumus dari Teori Pergerakan Peti Kemas. Objek penelitian berupa 10 terminal peti kemas yang tersebar di wilayah Indonesia dan Malaysia, dimana masing-masing negara diwakili oleh 5 terminal peti kemas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Westport Container Terminal (Port Klang) merupakan penyumbang emisi CO2 tertinggi sebesar 171 ribu ton CO2 dan terminal dengan efisiensi pelayanan peti kemas terbaik  berdasarkan emisi CO2 per Teu’s adalah NPCT 1 sebesar 9,8 kg emisi CO2 per Teu’s. Alat bongkar muat yang menyumbang emisi CO2 terbanyak pada masing-masing terminal adalah Quay Crane kecuali TPK Tanjung Perak yang mendapati hasil Terminal Truck yang merupakan penyumbang emisi CO2 terbanyak. Efisiensi layout terminal dan Elektrifikasi alat bongkar muat merupakan strategi yang paling baik berdasarkan analisis hasil dari penelitian ini. ......Loading and unloading activities of containers are among the largest contributors to CO2 emissions in port areas. Ports worldwide have begun to implement the Green Port concept as an effort to mitigate CO2 emissions. Malaysia is one of the countries with the largest container port services globally and has received several awards from The APSN (APEC Port Services Network) Green Port Award System. This study aims to compare CO2 emissions at container terminals in Indonesia and Malaysia, followed by an analysis of the calculation results to develop strategies for reducing CO2 emissions. The calculation model in this study employs the Bottom-Up method, which uses fuel consumption values as inputs based on the Container Movement Theory. The research includes 10 container terminals distributed across Indonesia and Malaysia, with each country represented by 5 container terminals. The results indicate that the Westport Container Terminal (Port Klang) is the largest contributor to CO2 emissions, amounting to 171 thousand tons CO2. The terminal with the highest container service efficiency based on CO2 emissions per TEU is NPCT 1, with 9.8 kg of CO2 emissions per TEU. The equipment contributing the most CO2 emissions at each terminal is the Quay Crane, except for TPK Tanjung Perak, where the Terminal Truck is the largest contributor to CO2 emissions. The most effective strategies based on the analysis results of this study are terminal layout efficiency and the electrification of loading and unloading equipment.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak dinamika penduduk terhadap lingkungan yang diukur dengan jumlah emisi CO2 pada lima negara pendiri ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Dengan metode multilevel fixed effect untuk data kelima negara tersebut tahun 1970-2010, ditemukan bahwa semua variabel bebas, yaitu jumlah penduduk, angka urbanisasi, proporsi penduduk usia kerja dan kontribusi industri dalam PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap emisi CO2. Yang berpengaruh paling besar terhadap jumlah emisi CO2 adalah proporsi penduduk usia kerja sedangkan yang berpengaruh paling kecil adalah jumlah penduduk. Temuan ini membuktikan bahwa dinamika penduduk berpengaruh terhadap lingkungan. ......This research aims to analyze the impact of population dynamics on environment measured by the size of CO2 emissions using the data of five ASEAN countries, which are Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore and Thailand. The results of multilevel fixed effect method on the data of these five countries from 1970-2010 show that all the independent variables?population size, urbanization rate, proportion of working-age population, and share of industry in GDP?have positive impact on CO2 emissions. Proportion of working-age population has the strongest impact, while population size has the weakest impact. These results prove the impact of population dynamics on the environment.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Dewanda Dawangi
Abstrak :
Meskipun kajian mengenai bahan bakar dan penggerak alternatif sudah banyak, namun target dan aplikasinya dalam pengurangan emisi CO2 di pelabuhan masih kurang mendapat perhatian terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Penelitian ini menggunakan machine learning dalam memperkirakan emisi CO2 dari aktivitas kapal di tujuh pelabuhan di Indonesia kemudian dicari variable yang berpengaruh pada total emisi sebagai fokus dalam pengembangan Ship Energy Efficiency Management Plan (SEEMP). Dilakukan prediksi total emisi CO2 menggunakan regresi hutan acak kemudian keefektifannya diverifikasi menggunakan validasi silang k-fold, hasil prediksi kemudian dibandingkan dengan total emisi perhitungan metode bottom-up. Hasil analisis attribute weight berdasarkan correlation menunjukkan bahwa daya mesin dan waktu operasi kapal di pelabuhan memiliki pengaruh yang lebih besar dalam menghasilkan emisi CO2. Prediksi total emisi menunjukkan bahwa model memiliki akurasi yang cukup rendah akibat banyaknya data yang kosong meskipun algoritma model sudah tergolong bagus. Akhirnya, operasi hemat bahan bakar dibahas dengan fokus pada tenaga dan bahan bakar alternatif serta peningkatan efisiensi kerja, penggunaan bahan bakar bersih dari hidrogen dan biofuel mamiliki potensi pengurangan yang paling tinggi dengan cold ironing sebagai alternatif yang dapat memenuhi syarat pengurangan emisi per tahun sebesar 20%. Dibutuhkan data yang lengkap untuk melakukan prediksi total emisi yang akurat serta pengembangan teknis dan ketersediaan sumber daya pada metode yang telah dibahas agar dapat di implementasikan kedalam Rencana Pengelolaan Efisiensi Energi Kapal. ......Although there are many studies on alternative fuels and drivers, the target and their application in reducing CO2 emissions at ports have received little attention, especially in developing countries such as Indonesia. This study uses machine learning to estimate CO2 emissions from ship activities at seven ports in Indonesia and then looks for variables that affect total emissions as a focus in developing a Ship Energy Efficiency Management Plan (SEEMP). Total CO2 emissions were predicted using random forest regression, their effectiveness was then verified using k-fold cross-validation, the prediction results were then compared with the total emissions calculated using the bottom-up method. The results of attribute weight analysis based on correlation show that engine power and ship operating time in port have a greater influence in producing CO2 emissions. Prediction of total emissions shows that the model has a fairly low accuracy due to the large number of blank data despite the model algorithm exelency. Finally, fuel-efficient operations are discussed with a focus on alternative power and fuels as well as improving work efficiency, the use of clean fuels from hydrogen and biofuels has the highest reduction potential with cold ironing as an alternative that can meet the requirements of 20% annual emission reduction. Complete data is needed to make accurate predictions of total emissions as well as technical development and resource availability on the methods discussed so that they can be implemented into the Ship Energy Efficiency Management Plan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>