Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anisa Putri Haniyah
"Dalam Tugas Akhir ini membahas strategi penerjemahan lagu yang digunakan dalam penerjemahan teks lagu We Don’t Talk About Bruno dan terjemahannya ke bahasa Jerman, juga metode penerjemahan yang digunakan dalam penerjemahan, serta kaitannya dengan unsur bahasa dan nonbahasa dalam teks, lagu ini berasal dari film produksi Walt Disney yang berjudul Encanto. Data diteliti dengan teori strategi penerjemahan lagu dari Åkerström (2009) dan V diagram dari Newmark (1988). Penelitian ini ditulis dengan metode deskriptif kontrastif, dan merupakan penelitian kualitatif. Kesimpulan dari penelitian menunjukan bahwa penerjemahan lagu ini mengutamakan jumlah kata yang serupa antara teks sumber dan teks sasaran (TSu: 528 suku kata dan TSa: 504 suku kata) karena dalam penerjemahan teks terjemahan lagu teks terjemahan harus bisa dinyanyikan kembali dengan ritme nada musik dari TSu. Strategi penerjemahan lagu yang dominan digunakan pada penerjemahan teks ini adalah strategi penggunaan parafrasa pada teks terjemahan, sementara strategi yang paling sedikit digunakan adalah strategi penggunaan bahasa inggris. Selain itu, ada dua strategi yang tidak ditemukan sama sekali yaitu strategi penggunaan metafora dan strategi reorganisasi kata dan larik pada teks terjemahan. Metode penerjemahan yang diaplikasikan pada teks adalah metode bebas.

This study focuses on analyzing the song translation strategy used in translating the lyrics of the song “We Don't Talk About Bruno” from the Walt Disney film Encanto, into German, also analyzing the translation methods used in the text, also its relation with elements of language and nonlanguage in text. The data were analyzed with translation strategy theory from Åkerström (2009) and Newmark’s V-Chart method.  This research was conducted qualitatively using contrastive descriptive methods. The results show that this song translation prioritizes similarity in the number of syllables between the source text and the target text (Source text: 528 syllables and target text: 504 syllables) because the translated text must be able to be sung again with the rhythm of the source tone music. The song translation strategy that is most often used in this translation is the use of the paraphrases strategy. While the least used strategy is the use of English words in translation. In addition, two strategies were not found in the text: the use of metaphors and the reorganization of words and lines. The main method used for translating the text is the free method."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Auryn Adhwa Tertia
"Artikel ini mengeksplorasi bagaimana film Disney Encanto berfungsi sebagai metode inovatif untuk strategi pencitraan tempat guna meningkatkan citra negara Kolombia. Selama berabad-abad, Kolombia digambarkan oleh media sebagai negara yang terkait dengan perdagangan narkoba dan perang gerilya. Pertimbangan etis dalam menggambarkan sesuatu negara atau budaya sangatlah penting, karena representasi tersebut membentuk persepsi penonton, terutama bagi mereka yang belum pernah berinteraksi atau mengunjungi negara tersebut secara langsung. Representasi yang salah dapat berdampak negatif terhadap reputasi suatu negara dan memperkuat stereotip. Encanto memberikan gambaran inovatif dengan menampilkan sisi keajaiban dan semaraknya negara Kolombia. Dengan memanfaatkan kerangka pencitraan tempat oleh Kavaratzis (2004), artikel ini menunjukkan bagaimana Encanto mengintegrasikan berbagai elemen komunikasi dalam film, sehingga memperkuat upaya komunikasi yang lebih luas yang secara positif memengaruhi citra Kolombia. Melalui tinjauan literatur dan observasi, penelitian ini mengungkapkan bahwa Encanto berhasil menjadi alat komunikasi sekunder yang inovatif dan berhasil meningkatkan citra Kolombia dengan menghadirkan komunikasi utama negara tersebut secara autentik. Meskipun kehilangan beberapa elemen komunikasi utama, Encanto berhasil melampaui kerangka tersebut, dimana mereka menekankan kekayaan kultural negara tersebut. Visual, karakteristik, cerita, dan detail rumit dari film ini menggambarkan bagaimana film seperti Encanto dapat meningkatkan reputasi suatu negara secara efektif, menyelaraskan dan melampaui kerangka branding tempat Kavaratzis.
This article explores how the Disney movie Encanto serves as an innovative tool for a place branding strategy to enhance Colombia's image. For centuries, Colombia has been depicted by the media as a country associated with drug trafficking and guerilla warfare. Ethical considerations in portraying a country or culture are crucial, as these representations shape the audience's perceptions, particularly for those who have not directly interacted with or visited the country. Misrepresentations can negatively impact a country's reputation and reinforce stereotypes. Encanto provides a groundbreaking portrayal by showcasing Colombia's magical and vibrant aspects. Utilising Kavaratzis' Place Branding framework (2004), this article demonstrates how Encanto integrates various communication elements within the movie, thereby bolstering broader communication efforts that positively influence Colombia's image. Through literature review and observation, this study reveals that Encanto successfully became an advanced secondary communication tool that improves Colombia's image by authentically presenting the country's primary communication. Despite missing some primary communication elements, Encanto has interestingly managed to go beyond the framework where it highlights the country's cultural richness. The movie's visuals, characteristics, story, and intricate details illustrate how films like Encanto can effectively enhance a nation's reputation, aligning with and surpassing Kavaratzis' place branding framework."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library