Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Muhamad Rafif Herdafa
"Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Pada umumnya bahan pangan hewani diawetkan menggunakan pengawetan suhu rendah, pengawetan ini juga berfungsi untuk menghambat hingga menghentikan pertumbuhan mikroba, reaksi enzimatis dan kimiawi. Teknologi yang paling tepat digunakan untuk proses pengawetan dengan temperatur rendah adalah mesin pendingin atau kulkas. Namun bagi daerah terpencil dan daerah pesisir seperti desa nelayan teknologi tersebut sangat jarang digunakan. Padahal negara Indonesia memiliki potensi sumber daya ikan yang besar. Keterbatasan jumlah pembangkit listrik dan mahalnya biaya operasional pembangkit terutama masih mengandalkan energi fosil juga menjadi penyebabnya. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan energi listrik pada daerah terpencil, pembangkit listrik bahan bakar fosil diganti dengan pembangkit listrik energi baru terbarukan EBT. Namun solusi penggunaan pembangkit listrik energi baru terbarukan sebagai penyuplai kebutuhan listrik daerah tertinggal masih memiliki beberapa kendala, untuk mengatasi hal tersebut, terdapat sebuah solusi yaitu TALIS Tabung Listrik. Penelitian ini ialah untuk menganalisis karakteristik dari baterai TALIS Tabung Listrik dengan beban sebuah mesin pendingin untuk proses pembekuan. Untuk membekukan air dimulai dari suhu 28 C hingga 0,5 C dibutuhkan waktu selama 8,05 jam. Kapasitas baterai yang digunakan untuk melakukan proses pembekuan sebesar 10,6 Ah dengan nilai Depth of Discharge sebesar 82,27. Energi yang dibutuhkan untuk proses pembekuan pada kondisi arus searah sebesar 0,522 kWh dan rugi energi dari penggunaan inverter sebesar 26,8.
Food is a basic human need. In general, animal food is preserved using low temperature preservation, this preservation also serves to inhibit to stop the growth of microbes, enzymatic and chemical reactions. The most appropriate technology used for the process of preservation with low temperatures is the cooling machine or refrigerator. But for remote areas and coastal areas such as fishing villages the technology is very rarely used. Whereas the Indonesian state has huge potential of fish resources. The limited number of power plants and the high cost of operating the power plant, especially still rely on fossil energy is also the cause. Therefore to meet the needs of electrical energy in remote areas, fossil fuel power plants are replaced with renewable energy generation EBT. However, the solution of the use of new renewable energy generation as a supplier of electricity needs of underdeveloped areas still has some constraints, to overcome this, there is a solution that is TALIS Tabung Listrik. This research is to analyze the energy consumption of a cooling machine for freezing process as well as the characteristics of the TALIS Tabung Listrik battery used in the research. To freeze water starting from 28 C to 0,5 C takes 8.05 hours. Battery capacity used for freezing process is 10.6 Ah with Depth of Discharge value of 82.27. The energy required for freezing in direct current conditions is 0.522 kWh and the energy loss from inverter usage is 26.8."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tania Felicia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masalah yang dihadapi Prancis terkait dengan penggunaan mobil listrik untuk menggantikan mobil berbahan bakar minyak, serta tantangan yang dihadapi dalam perkembangannya. Setelah berlangsungnya krisis minyak yang menimpa Prancis pada 1973, pemerintah berusaha untuk menggantikan penggunaan energi minyak dengan energi alternatif untuk melepaskan ketergantungan terhadap energi impor. Energi nuklir dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam sektor industri dan rumah tangga, sementara mobil listrik merupakan alternatif yang cukup menjanjikan untuk sektor transportasi. Perkembangan mobil listrik juga berkaitan erat dengan permasalahan lingkungan yang berupaya diatasi oleh Prancis dan berbagai negara lainnya. Dalam perjalanannya, proses peralihan ke mobil listrik ini masih menemukan sejumlah tantangan, seperti mahalnya harga mobil listrik akibat bahan baterai yang tidak tersedia di Prancis dan permasalahan terkait fasilitas pengisian daya yang belum memadai. Akibatnya, mobil konvensional masih lebih diminati oleh masyarakat Prancis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah dan teori dekonstruksi dari Derrida. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah Prancis belum berhasil mendorong masyarakat untuk meninggalkan energi minyak untuk kendaraan mereka dan menggantinya dengan mobil listrik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
This article aims to explain about the problems of electric cars in France to replace oil-fueled cars, as well as the challenges in the development process. After the1973 oil crisis that hit France, the government attempted to replace the use of oil with alternative energy to end the dependency of imported energy. Nuclear energy was developed to fulfil needs for the industrial and household sectors, while electric cars is a promising alternative for the transport sector. The progress of electric cars is also related to the environmental problems that France and other countries are still working to overcome. On its development, the transition process to electric cars also encounters a number of challenges, such as the high price of electric cars itself as a result of the unavailability of the battery materials in France, also some problems related to inadequate charging facilities. Consequently, conventional cars are still preferred by French people. The method used in this article is the historical method and the deconstruction theory of Derrida. The results of this study indicate that the French government has not succeeded yet in promoting the replacement of oil energy for their vehicles with electric cars to solve the problems that are already present."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fathi Ilham Akbar
"Kebutuhan listrik di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Dalam rangka memastikan ketersediaan listrik yang stabil dan dapat diandalkan, diperlukan sistem manajemen energi yang efektif. Kemajuan digitalisasi dan perkembangan teknologi membuka peluang untuk merancang sistem manajemen energi berbasis Internet of Things (IoT) yang berfungsi sebagai jaringan cerdas. Dalam penelitian ini, sistem manajemen energi yang diusulkan menggabungkan mikrokontroler, sensor, dan kontaktor untuk mengontrol suplai daya dalam jaringan cerdas yang terdiri dari dua sistem PLTS, baterai, dan jaringan induk PLN. Ketika daya yang dihasilkan oleh kedua sistem PLTS lebih rendah daripada kebutuhan beban, mikrokontroler akan menginstruksikan kontaktor baterai untuk menutup, sehingga kelebihan daya dari PLTS dapat digunakan untuk mengisi baterai. Namun, jika total daya dari PLTS tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan beban, kontaktor baterai akan dibuka untuk menyuplai daya tambahan. Baterai dapat melakukan proses discharging selama tingkat State of Charge (SoC) baterai tidak melebihi batas yang ditentukan, yaitu 60%. Setelah SoC baterai melewati batas tersebut, baterai tidak dapat lagi menyuplai daya, dan kekurangan daya akan disuplai oleh jaringan PLN melalui generator asinkron. Selain itu, diimplementasikan juga aplikasi Blynk sebagai alat monitoring data dan pengontrolan manual kontaktor dalam sistem manajemen energi. Hasil pengujian dan analisis data menunjukkan bahwa sistem yang diusulkan dapat mengatasi fluktuasi daya dan memastikan ketersediaan listrik yang memadai untuk memenuhi kebutuhan beban.
The need for electricity in Indonesia continues to increase along with population growth. To ensure the availability of stable and reliable electricity, an effective energy management system is required. Advances in digitalization and technological developments open opportunities to design Internet of Things (IoT)-based energy management systems that function as intelligent networks. In this study, the proposed energy management system combines a microcontroller, sensor, and contactor to control the power supply in an intelligent network consisting of two PV mini-grid systems known as Solar PV System, batteries, and the PLN main grid. When the power generated by the two PV systems is lower than the load requirements, the microcontroller will instruct the battery contactor to close, so that the excess power from the PV system can be used to charge the battery. However, if the total power from the PV system is insufficient to meet the load requirements, the battery contactor will be opened to supply additional power. The battery can carry out the discharging process as long as the State of Charge (SoC) level of the battery does not exceed the specified limit, which is 60%. Once the battery SoC crosses the limit, the battery can no longer supply power, and the power shortage will be supplied by the PLN network via an asynchronous generator. In addition, the Blynk application is also implemented as a data monitoring tool and manual control of contactors in the energy management system. Test results and data analysis show that the proposed system can overcome power fluctuations and ensure adequate electricity availability to meet load requirements."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library