Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
"Dental record is one of the ways to identify human identity. Identification requires a system, which is able to recognize each human tooth automatically. Teeth and gums becomes an important issue be-cause they have a high similarity in a dental radiograph image. This similarity tends to influence the segmentation error. This paper proposes a new contrast enhancement by using parameter sigmoid transform to improve the segmentation accuracy. The five main steps are: 1) preprocessing to improve the image contrast using our proposed method, 2) teeth segmentation using horizontal and vertical in-tegral projection, 3) feature extraction, 4) teeth classification using Support Vector Machine (SVM) and 5) teeth numbering. Experimental results using our proposed method have an accuracy rate of 88% for classification and 73% for teeth numbering.

Data rekaman gigi adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi manusia. Pengidentifikasian membutuhkan sebuah sistem yang mampu mengenali tiap gigi secara otomatis. Intensitas gigi dan gusi yang hampir sama menjadi masalah utama pada citra dental radiographs karena dapat menga-kibatkan kesalahan dalam proses segmentasi. Pada paper ini diusulkan sebuah metode perbaikan kontras yang baru dengan menggunakan parameter sigmoid transform untuk meningkatkan keaku-ratan hasil segmentasi. Lima tahapan utama yaitu: 1) praproses untuk memperbaiki kontras gambar menggunakan metode yang diusulkan, 2) segmentasi gigi menggunakan horizontal dan vertical inte-gral projection, 3) ekstraksi fitur, 4) klasifikasi meggunakan Support Vector Machine (SVM) dan 5) penomoran gigi. Hasil eksperimen menggunakan metode yang diusulkan menunjukkan tingkat keaku-ratan hasil klasifikasi sebesar 88% dan penomoran gigi sebesar 73%."
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Faculty of Information Technology, Department of Informatics Engineering, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jahroo Nabila Marvi
"Sifat lingkungan bawah air yang kompleks menjadi sebuah tantangan untuk analisis citra bawah air. Citra bawah air sering mengalami distorsi warna dan visibilitas buruk karena penyerapan dan penghamburan. Hal ini menyebabkan kualitas citra menjadi buruk dan sulit dimengerti, sehingga membuat sistem analisis citra sulit diterapkan di bawah air. Banyak metode yang telah dikembangkan untuk mengatasi tantangan ini. Akan tetapi, setiap metode memiliki keterbatasannya masing-masing. Metode konvensional, seperti metode berbasis physical dan non-physical, sering kali tidak cukup untuk mencakup beragam kondisi bawah air. Sementara itu, metode deep learning cenderung memiliki beban komputasi berat. Metode ini juga berpotensi untuk tidak dapat beradaptasi pada data yang berbeda karena parameter yang sudah tetap setelah pelatihan. Untuk mengatasi keterbatasan kedua metode, penelitian ini mengadopsi pendekatan hybrid GL-Net+CHE yang merupakan model restorasi yang menggabungkan metode konvensional dan deep learning. Modifikasi dari model tersebut, Mod GL-Net+CHE, dilakukan pada komponen deep learning. Dari hasil evaluasi kuantitatif pada data uji UIEB, Mod GL-Net+CHE memperoleh nilai terbaik dengan SSIM 0.9015, PSNR 21.6835, dan 00 9.4205. Namun, berdasarkan hasil evaluasi kualitatif pada data UIEB dan uji robustness pada data UCCS, perbedaan antara model baseline (GL-Net+CHE) dan model modifikasi (Mod GL-Net+CHE) tidak signifikan. Pada ablation studies, ditemukan bahwa hasil kuantitatif Mod GL-Net+CHE lebih baik ketika hanya menggunakan komponen deep learning saja. Akan tetapi, observasi dari beberapa sampel menunjukkan bahwa hasil kuantitatif tidak selalu merefleksikan hasil kualitatif. Hingga saat ini, membandingkan performa model restorasi dan mengukur kualitas citra masih menjadi tantangan.

The complex nature of underwater environments poses a challenge in underwater image understanding. Underwater images often have color distortion and poor visibility due to absorption and scattering. These phenomenons negatively affect the quality and the interpretability of the images, which becomes a hindrance in underwater vision-related tasks. Many methods have been developed to overcome this problem. However, each of them has its own limitations. Conventional methods, such as physical-based and non-physical based, are often not sufficient enough to cover a wide variety of underwater scenes. Deep learning methods, on the other hand, have a heavy computational cost. It might also be unable to adapt to different datasets due to its fixed parameters after training. To overcome the limitations of both approaches, this research adopts a hybrid approach, GL-Net+CHE, a restoration model that combines conventional and deep learning methods. A modification of this model, named Mod GL-Net+CHE, is proposed, which modifies the deep learning component of the baseline model. Based on the quantitative evaluation on the UIEB dataset, Mod GL-Net achieves the best SSIM, PSNR, and ΔE00 with value 0.9015, 21.6835, and 9.4205 respectively. However, based on the qualitative evaluation, there are no significant differences between the baseline and modified model. Ablation studies also show that Mod GL-Net+CHE performs better when only the deep learning component is used. However, further observation shows that quantitative results do not always reflect qualitative result. To this day, comparing the performance of underwater images restoration models and measuring the quality of underwater images remains challenging."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Suparno
"Peningkatan Produksi pertanian di Jember Lebih banyak terjadi setelah dikenalkannya teknologi Pancausaha Tani oleh Pemerintah. Walaupun teknologi itu baru dikenal dan dilaksanakan oleh petani di Jember pada tahun 1969, tetapi kualitas dan pengetahuan petani dengan cepat menunjukkan adanya peningkatan.
Meningkatnya kualitas dan pengetahuan membawa pengaruh terhadap kinerja petani, yang nantinya dapat meningkatkan produksi pertanian sebagai akibat dari penguasaan teknologi.
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini ialah Bagaimanakah produksi pertanian di Jember dengan diterapkannya Pancausaha Tani?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Produksi pertanian di Jember sampai dengan akhir tahun 1984, serta ingin meneliti dan menganalisis pengaruh yang ditimbulkan oleh teknologi Pancausaha Tani, terhadap kualitas dan kinerja petani selama tahun 1963 -1984_ Manfaat yang diharapkan ialah dapat memberi sumbangan, guna memperkaya khasanah ilmu pengetahuan sejarah nasional.
Penelitian ini dilakukan bulan September 1998 sampai dengan bulan Juni 1999, dengan studi lapangan. Tempat penelitian ini ialah di Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur. Langkah yang ditempuh ialah mengumpulkan data dengan menggunakan metode dokumenter, disertai wawancara dengan nara sumber terpilih, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik logika komparatif induktif.
Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan pembahasan ialah dengan diperkenalkannya teknologi Pancausaha Tani dan berbagai perangkatnya, menjadikan meningkatnya produksi pertanian, meningkatnya pendapatan petani, dan membaiknya perekonomian di Jember pada umumnya.

the Technology of Agriculture and the Development of the Peasant's Economy in JemberThe enhancement of agricultural production in Jember increases more rapidly after the technology of the peasants- five efforts, the so called `Pancaussaha Tani' is introduced by the government. Although the technology was recognized and brought into action by the peasants in jember 1969, their knowledge and quality show rapid progress.
The enhancement of quality and knowledge may influence the intensity of the peasants work that will increase the agricultural production as the effect of their mastery of technology.
The problem to discuss in the research deal with how the agricultural production in Jember is as the `Pancaussaha Tani' has been applied.
The research purpose is to know The enhancement of the agricultural production in Jember up to the end of 1984, and to investigate and analyse the effect of the `Pancaussaha Tani' on the quality and intensity of the peasants' work during period of 1963-1984. The expected use is to contribute the enrichment of the scientific knowledge about the national history.
The research fieldwork was conducted in September 1998 - June 1999. The research lacotion was in the regency of Jember, east Java. The researh procedures are to collect the data by the documentary method and the interview with some selected expert, and then analyse the data by using the method of inductive - comparative logic.
The obtained conclusion is based on the on the discussion of the technological inovation of the `Pancaussaha Tani' and all its instruments that result in The enhancement of agricultural production and increase of the peasants' income, and in general the economical improvement in Jember.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miskadi
"ABSTRAK
Lapas Narkotika adalah Lapas khusus bagi narapidana kasus narkoba. Narapidana narkoba tidak hanya sebagai pelaku kejahatan tetapi juga sebagai korban, sehingga mengalami ketegantungan. Karena itu, narapidana narkoba perlu mendapatkan pembinaan khusus. Mereka tidak hanya mendapatkan pembinaan bidang kepribadian dan kemandirian yang umum di Lapas, tetapi juga pembinaan rehabilitasi yaitu pemulihan kondisi fisik, mental-psikologis, dan sosial.
Motivasi narapidana untuk mengikuti program rehabilitasi merupakan salah satu faktor penting bagi keberhasilan proses rehabilitasi. Proses meningkatkan motivasi narapidana untuk mengikuti program rehabilitasi, dilakukan melalui program motivasional enhancement group counseling. Program ini sebagai penunjang dan satu kesatuan dengan program rehabilitasi yang telah ada di Lapas. Selain itu, program ini juga berperan dalam mengatasi ketimpangan jumlah dan kapabilitas petugas dengan narapidana.
Prinsip-prinsip dasar motivational enhancement adalah terapi melalui suatu pendekatan konseling yang berpusat pada narapidana untuk memulai perubahan perilaku dengan menolong narapidana untuk memecahkan masalah melalui peningkatan motivasi internal dan memandu menyusun langkah-langkah perubahan. Sementara itu, group counseling (konseling kelompok) memelihara pertumbuhan orientasi yang berfokus pada proses penemuan sumber-sumber kekuatan internal. Kelompok menyediakan empati dan dukungan yang dibutuhkan untuk menciptakan suasana (atmosfer) kepercayaan untuk memulai sharing dan ekplorasi mengenai perubahan perilaku tersebut
Motivational enhancement group counseling untuk meningkatkan motivasi narapidana mengikuti program rehabilitasi diharapkan berhasil membimbing narapidana agar dapat menyusun langkah-langkah perubahan untuk sembuh dari ketergantungan narkoba dan tidak kembali menyalahgunakannya (relapse), sehingga tidak kembali menjadi narapidana (residivis)."
2007
T 17813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Coryati
"Tesis ini menguraikan dan menganalisis tentang masalah-masalah dalam peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen dengan mengambil studi kasus Partai Amanat Nasional (PAN) dalam pemilu 2004. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui kendala-kendala dalam peningkatan keterwakilan perempuan di DPR RI.
PAN mempunyai rumusan konseptual mengenai posisi perempuan dalam politik yang dituangkan dalam platformnya. PAN juga merupakan kekuatan politik signifikan di parlemen yang turut berperan aktif mendukung peningkatan keterwakilan perempuan dengan mendorong pemberian kuota kepada perempuan yang kemudian tertuang dalam Undang-Undang Politik. PAN mengikuti pemilu 2004 dengan mengajukan caleg perempuan lebih dari 30% sebagaimana yang disyaratkan oleh Undang-Undang tersebut. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa dalam pemilu 2004 caleg perempuan yang terpilih sangat jauh dari angka 30%. Caleg PAN yang terpilih menjadi anggota DPR RI berjumlah 53 orang dan hanya ada 7 di antaranya yang berjenis kelamin perempuan.
Teori-teori yang digunakan sebagai landasan pijak tesis ini adalah teori demokrasi dan keadilan, sistem pemilu dan kuota, patriarki dan jender, dan rekrutmen. Dengan menggunakan metode kualitatif berdasarkan teknik deskriptif, analisis mengenai masalah peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen ini dapat diuraikan secara jelas dengan cara mempelajari sumber-sumber kepustakaan yang membahas tentang peran politik perempuan, terutama yang menyangkut tentang PAN, hasil-hasil rapat DPP PAN, dan wawancara mendalam dengan 15 informan yang terdiri atas 9 perempuan dan 6 laki-laki yang merupakan pengurus dan caleg-caleg perempuan PAN.
Temuan penelitian ini adalah bahwa dominasi laki-laki dan budaya patriarki masih kental dalam kepengurusan PAN. Kemauan politik (political will) elite PAN juga sangat lemah untuk memperjuangkan peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen. Selain itu, ditemukan pula kesenjangan antara semangat yang terdapat dalam konsep PAN dengan prakteknya. Sedangkan masalah yang paling menentukan dalam upaya peningkatan keterwakilan adalah keberpihakan partai kepada perempuan, karena partailah yang mempunyai kewenangan memberikan posisi nomor urut dan daerah pemilihan seorang caleg.
Implikasi dari teori-teori yang dikemukakan dalam tesis ini sesuai untuk rnenganalisis dan mendeskripsikan kondisi keterwakilan perempuan dalam PAN. PAN pada prakteknya terlihat sebagai partai yang belum mempunyai komilmen nyata dalam peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen.

This thesis describes and analyzes the problems related to the women representation enhancement in parliament on Partai Amanat Nasional (PAN) during 2004 election as a case study. The main purpose of this research is to know the hindrances of women representation enhancement in the House of People's Representatives (DPR-Rl).
PAN has a conceptual draft on women political position in its platform. PAN is also a significant political power within the parliament which involved in supporting women representation enhancement by granting quota for women through a political law. PAN ran for 2004 election with more than 30% women candidates as stated in the regulation. However, during the 2004 election, the women candidates elected are far less than 30%. PAN's candidates elected as members of people's representatives in 2004 accounted to 53 persons and only 7 of them are women.
Theories used as a foundation for this thesis were theories of democracy and justice, election and quota system, patriarchy and gender, and recruitment. By using qualitative method based on descriptive technique, the analysis on the problem of women representative enhancement in parliament can be describe clearly by studying the literature resources that discuss women's political role, particularly related to PAN, meetings' transcripts of DPP PAN, and in-depth interview with 15 informants comprised of 9 women and 6 men, whom were also PAN's leaders and women candidates.
This result of this research is that the male dominance and patriarchy's culture are still dominating PAN's leadership. The political will of PAN's political elite was also weak in urging women representative enhancement within the parliament. There was also a gap between the spirit of PAN's foundation and the practice. The most crucial problem in the effort to enhance representation is the low support of party for women candidates, which was caused by the position of the party in deciding the position and district of a candidate.
The theories posed in this thesis imply an accordance to be used to analyze and describe the condition of women representation in PAN. PAN has been proven to be not having a real commitment in enhancing women representation within the parliament.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Fatima Azzahra
"Latar belakang: Kondisi penyakit periodontal dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan klinis dan radiografi.Pada teknik radiografi digitaldapat dilakukan image enhancement untuk memperbaiki kualitas gambar dengan mengoptimalkan brightness dan contrast. Tujuan :Mengetahui batasan valueyang dapat ditoleransi pada pengaturan brightnessdan contrast pada kasus periodontitis mild - moderate.Metode :Dilakukan image enhancementdengan mengubah brightnessdan contrastpada 100 radiograf dengan kasus periodontitis mild-moderatedengan interval poin -20,-10, +10 dan +20 pada setiap sampel pada masing-masing kelompok menggunakan program software Digora for Windows. Hasil :Valueyang dapat ditoleransi pada pengaturan brightness pada kasus periodontitis mild-moderateberkisarpada valuedibawah +10 dan yang dapat ditoleransi dalam pengaturan contrastberkisardari valuediatas -20.Kesimpulan :Pengaturan brightnessdan contrastdilakukan pada valuetersebut tidak akan mempengaruhi ataupun mengubah interpretasi radiografik periodontitis mild - moderatejika dilakukan pada value toleransinya.

Background :Periodontal disease condition can be checked by clinical and radiograph examination. In digital radiography techniques, image enhancement can be done to improve image quality by optimizing brightness and contrast. Objective :To determine the limit of values that can be tolerated in brightness and contrast setting in mild-moderate periodontitis cases. Methods :Adjust the image enhancement setting by changing the brightness and contrast of 100 radiographs with mild-moderate periodontitis with points intervals of -20, -10, +10 and +20 each sample in each group using the Digora for Windows. Result :Values that can be tolerated in brightness setting in interpretation of mild-moderate periodontitis rangeat values below +10 and values that can be tolerated in contrast setting rangefrom values above -20. Conclusion :Brightness and contrast adjustment made at these values will not affect the radiographic interpretation of mild-moderate periodontitis if carried out at their tolerance values."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hotmedi Listia Doriana
"Penyebaran demam berdarah dengue (DBD) Asia Tenggara semakin luas. Tiga negara di Asia Tenggara yaitu Indonesia, Myanmar dan Thailand merupakan negara yang termasuk tingkat endemisitas kategori A. (WHO. 2006). Walaupun terapi DBD sudah banyak berkembang, masih terdapat pasien yang pada awal perawatan termasuk derajat I, II berkembang menjadi tejadi renjatan dilaporkan sebanyak 20%- 40% (Gubler. l998). Oleh karena itu, untuk mencapai target CFR di bawah 1% Indonesia perlu meningkatkan manajemen diagnosis klinis dan laboratorium di masa yang akan datang (Depkes. 2004).
Dua teori yang digunakan untuk menjelaskan perubahan patogenesis pada DBD dan SSD yaitu hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) dan hypothesis antibody dependent enhancement (ADB) (Gubler. 1997). Penelitian sero epidemiologi yang dilakukan Haalstead dkk selama tahun 1960 menimbulkan sangkaan ada hubungan antara infeksi sekunder dengan peningkatan risiko menderita DBD sehingga Haalstead 1988 mengatakan bahwa infeksi sekunder oleh virus dengue kasusnya menjadi lebih berat dibandingkan infeksi primer. Teori ini sampai sekarang masih menjadi kontroversial.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis infeksi terhadap kejadian syok sindrom dengue (SSD) di rumah sakit. Desain penelitian ini adalah studi kasus kontrol, dengan perbandingan 1:3 menggunakan data sekunder bersumber dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan diperoleh dari bagian anak dan penyakit dalam di tiga rumah sakit yaitu : Koja di DKI Jakarta, dr. Kariadi Semarang Jawa Tengah dan dr. Pirngadi Medan Sumatra Utara. Populasi studi berjumlah 96 (24 kasus dan 72 kontrol) adalah pasien yang telah didiagnosa DBD. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dan multivariat dengan uji chi square (x2) dan multivariat dengan analisis multiple logistik regresi ganda.
Hasil analisis bivariat penelitian ini tidak cukup bukti adanya hubungan infeksi sekunder dengan kejadian SSD (OR=l,O86 pada 95% CI: 0,350 - 3,364). Demikian juga tidak cukup bukti adanya hubungan jenis kelamin laki-laki dengan kejadian SSD (OR=1,321 pada 95% CI: 0,523 - 3.337). Umur <= 8 tahun mempunyai risiko terpapar SSD 2,6 kali dibandingkan yang tidak SSD (crude OR=2,600 pada 95% CI: l.004-6,739). Status gizi lebih mempunyai risiko terpapar SSD 1,7 kali dibandingkan yang tidak SSD (crude OR=l,706 pada 95% CI: 593-4,905). Trombosit lebih berisiko SSD 5,163 kali dibandingkan dengan yang tidak SSD (crude OR=5,l63 pada 95% CI: l,l 18-23.844). Hematokrit mempunyai risiko terpapar DSS 4,545 kali dibandingkan yang tidak SSD (crude OR=4,545 pada 95% Cl: 1,696-l2,18l). Perdarahan mempunyai risiko terpapar SSD 4,896 kali dibandingkan yang tidak SSD (crude OR=4,896 pada 95% CI: 1,814-l3,21l).
Hasil multivariat bahwa infeksi sekunder tidak berhubungan dengan kejadian SSD (adjusted OR=1,086 pada 95% CI: 0,350 - 1364) tanpa pengaruh confounding atau efek modifier dari kovariat yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyarankan kepada rumah sakit perlu lebih berhati-hati/waspada pada penderita DBD usia anak dengan status gizi baik agar tidak jatuh ke dalam kondisi yang semakin parah; early diagnostic bagi tersangka/penderita DBD agar mendapat penanganan yang lebih tepat maka rumah sakit dapat menggunakan Rapid Dengue Test (RDT) bila rumah sakit tidak melakukan pemeriksaan Hemaglutinasi Inhibisi mengingat pemeriksaan ini membutuhkan 2 sampel darah fase akut dan konvalense; diharapkan hasil pemeriksaan Hemaglutinasi Inhibisi dikirim ke Dinas Kesehatan dan Departemen Kesehatan guna data sero epidemiologi di Indonesia. Kepada pembuat kebijakan untuk memperkuat jejaring dengan rumah sakit dan laboratorium (regional) sehingga mendapatkan data hasil laboratorium yang sangat penting sebagai data dasar perencanaan program.

Spreading of dengue hemorrhagic fever (DHF) in South-East Asia increasing widely. Indonesia. Myanmar, and Thailand are three countries which have endcmisity rank of A category (WI-IO. 2006). Although DHF therapy has been improved a lot, in the first treatment still there is patient placed in I, II degree growing up to shock has been reported a number of 20%-40% (Gubler. 1998). Therefore, Indonesia has to intensify clinical diagnostic management and laboratory in the future to achieve the target of CFR under 1% (Depkes. 2004). Two theories applied to explain change of pathogenesis of DBD and SSD are secondary infection hypothesis (theory of secondary heterologous infection) and hypothesis of antibody dependent enhancement (ADE) (Gubler. 1997). Research of sero epidemiology done by Haalstead and friends during of year 1960 make a presumption of relation between secondary infection and increasing of suffering DHF forward Haalstead 1988 said that secondary infection caused by dengue virus became more severe than primer infection. Until now this theory is still controversial.
This study aim to investigate of the effect of type of infection to case of dengue shock syndrome (DSS) in hospital. Design of this research is control case study, with comparison 1:3 using secondary data stems from Board-of Research and Health Development of Health Department taken from department of pediatric and interna at three of hospital that are Koja in DKI Jakarta, dr. Kariadi in Semarang Center of Java and dr. Pirngadi in Medan - North Sumatra. Study of population of patient diagnosed IJHF are amount of 96 (24 cases and 72 controls). Analysis used are bivariat and multivariate analysis with chi square test (x2) and analysis of logistic multiple logistic of double regretion for multivariate.
Result of bivariat analysis is less evidence of correlation between secondary infection and case of DSS (OR=l ,086 at 95% Cl: 0,350-3,364). Likewise less of between male gender (0R=l,32l at 95% CI: 0,523-3337). Age 5 8 years old is more risk of DSS suffering 2,6 times than who not DSS (crude OR=2,60O at 95% Cl: 1.004-6,739). Nutrient status is more risk of 1,7 times than (crude 0R= l,706 at 95% CI: 593- 4_905). Trombocyte is more risk of 5.163 times than (crude OR=5,l63 at 95% Cl: l.l I8-23,844). Hematocryte gets more risk of 4,545 times than (crude OR=4,545 at 95% Cl: l_696-l2,l8l). Bleeding is more risk of 4.896 times than (crude OR=4,896 at 95% Cl: l,8l4-13,21 1).
Result of multivariate shows that there is not correlation between secondary infection and case of DSS (adjusted ORHI ,086 at 95% CI: 0,350-3,364) without confounding and modifier effect from kovariat investigated. Based on the result of this research author offer suggestion to hospital to be carefully to DHF patient of good nutrient status child age in order not to get more risk severely; early diagnostic for DHF suspected/patient need to be treated correctly using Rapid Dengue Test (RDT) in case of hospital not doing inspection Hernaglutinacy Inhibition correspond to this inspection needed 2 samples of acute phase blood and konvalense; it‘s supposed inspection result of Hemaglutinacy Inhibition given to Health Agency or Health Department for sero epidemiology need in Indonesia. For the policy maker to make a great networking with other regional hospital and laboratory in order to get data of important laboratory result as a basic data of program planning.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T33964
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Miskadi
"ABSTRAK
Program Molivational Enhancement Group Counseling Untuk
Meningkatkan Motivasi Narapidana Mengikuti Program Rehabilitasi
Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Cirebon?.
(83 halaman + xiv halaman, 10 Tabel, 4 Gambar, dan 4 Lampiran).
Lapas Narkotika adalah Lapas khusus bagi narapidana kasus narkoba
Narapidana narkoba tidak hanya sebagai pelaku kejahatan tetapi juga
sebagai korban, schingga mengalami ketegantungan. Karena im, narapidana
narkoba perlu mendapatkan pembinaan khusus. Mereka tidak hanya
mendapatkan pcmbinaan bidang kepribadian dan kemandirian yang umum
di Lapas, tetapi juga pembinaan rehabilitasi yaitu pemulihan kondisi fisik,
mental-psikologis, dan sosial.
Motivasi narapidana untuk mengikuti program rehabilitasi
merupakan salah satu faktor penting bagi keberhasilan proses rehabilitasi.
Proscs meningkatkan motivasi narapidana untuk mengikuti program
rehabilitasi, dilakukan melalui program motivasional enhancement group
counseling. Program ini sebagai penunjang dan satu kesatuan dengan
program rehabilitasi yang telah ada di Lapas. Selain itu, program ini juga
berperan dalam mengatasi ketimpangan jumlah dan kapabilitas pemgas
dengan narapidana.
Prinsip-prinsip clasar motivational enhancement adalah terapi
melalui suatu pendekatan konseling yang berpusat pada narapidana untuk memulai petubahan perilaku dengan menolong narapidana untuk
mernecahkan masalah melalui peningkatan motivasi internal dan memandu
menyusun langkah-langkah perubahan. Sementara itu, group counseling
(konseling kelompok) memelihara pertumbuhan orientasi yang berfokus
pada proses penemuan sumber-sumber kekuatan internal. Kelompok
menyediakan empati dan dukungan yang dibutuhkan untuk menciptakan
suasana (atmosfer) kepercayaan lmtuk memulai sharing dan el-rplorasi
mengenai perubahan perilaku tersebut
Motivational enhancement group counseling untuk rneningkatkan
motivasi narapidana m gikuti program rehabilitasi diharapkan berhasil
membimbing narapidana agar dapat menyusun langkah-langkah perubahan
untuk sembuh dari ketergantungan narkoba dan tidak kombali
menyalahgunakannya (relapse), sehingga tidak kembali menjadi narapidana.

"
2007
T34133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>