Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hudan Ali Yusar
Abstrak :
Dewasa ini, dalam menghadapi tantangan krisis energi, berbagai pengembangan teknologi dilakukan sebagai upaya penghematan energi. Salah satu sektor yang paling banyak menggunakan energi yaitu industri otomotif. Berdasarkan hal tersebut, industri otomotif dituntut untuk melakukan inovasi dalam mengatasi masalah energi ini. Teknologi pembuatan material thin wall ductile iron (TWDI) sedang dikembangkan sebagai komponen otomotif pengganti alumunium karena sifat mekanis dan biaya produksinya lebih murah serta proses pembuatannya relatif mudah. Tantangan yang dihadapi dalam proses pembuatan material TWDI yaitu terbentuknya lapisan kulit (skin effect) pada permukaan logam hasil pengecoran yang dapat menurunkan sifat mekanis. Pada penelitian ini, studi pengaruh perbedaan kadar carbon equivalent terhadap sifat mekanis dan struktur mikro, khususnya pembentukan skin effect, pada thin wall ductile iron dilakukan. Metode pengujian yang dilakukan adalah pengujian komposisi kimia, pengamatan makro, pengamatan mikro dan pengujian tarik. Pengamatan struktur mikro dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, dengan menggunakan software NIS Elements Image Analysis sedangkan kecepatan pendinginan dianalisis secara kualitatif. Hasil dari penelitian ini didapat bahwa dengan meningkatnya nilai carbon equivalent ketebalan lapisan kulit yang terbentuk semakin rendah sehingga sifat mekanis yang dihasilkan lebih baik. Sampel P2M1 dengan carbon equivalent 4,66% memiliki tebal lapisan kulit rata ? rata 21,01μm sedangkan P3M2 dengan carbon equivalent 4,32% memiliki tebal 37,47μm dan P4M1 dengan carbon equivalent 4,26% memiliki tebal 105,90μm. Dari karakteristik nodul, P2M1 memiliki nodularitas tertinggi sebesar 80% lalu diikuti P3M2 sebesar 76% dan P4M1 sebesar 72%. P2M1 memiliki 1405 nodul/mm2, P3M2 577 nodul/mm2 dan P4M1 1099 nodul/mm2. Kontras dengan jumlah nodul, diameter nodul P2M1 10,41μm, P3M2 14,94μm, P4M1 12,16μm. Matriks yang didapat dari pengamatan mikro struktur yaitu ferit dan karbida. Tingkat keparahan karbida dari yang rendah sampai yang tinggi yaitu P2M1, P4M1 dan P3M2. Untuk sifat mekanis, Ultimate Tensile Strength (UTS) tertinggi didapat oleh P2M1 dengan 450 MPa lalu P3M2 dengan 392 MPa dan P4M1 dengan 343 Mpa. Sedangkan untuk elongasi, P4M1 3,25%, P2M1 3% dan P3M2 1,5%.
Nowadays, in challenging the energy crisis issue, an array of advance technology is being developed in order to tackel this problem. The sector spending most energy is automotive industry. Regarding the fact, this industry is forced to solve this problem by inventing new sophisticated material which can reduce the consumption of energy. The process of thin wall ductile iron (TWDI) making is being developed in order to replace the utilization of alumunium. TWDI has better efficiency compared to alumunium, both on mechanical properties and cost production. The obstacle confronted in TWDI is the formation of skin effect on the surface of casting product. This phenomena can lead to the decrease of mechanical properties. In this research, the effect of different carbon equivalent addition on mechanical properties, microstructure, particularly on skin formation, is conducted. The testing methods perfomed are chemical composition, visual observation, microstructure observation and tensile testing. While, Microstructure observation is carried out qualitatively and quantitatively, Cooling rate analysis is carried out qualitatively. NIS Elements Image Analysis is used to analysis microstructure. In this research, it is acquired that as the carbon equivalent increases, the thickness of skin decreases, as a result, the mechanical properties improve. P2M1, with carbon equivalent 4,66%, has the biggest skin thickness at 21,01μm. P3M2, with carbon equivalent 4,32%, has the skin thickness at 37,47μm. P4M1, with carbon equivalent 4,26%, has the smallest skin thickness at 105,90μm. For nodule characteristics, P2M1 has the nodularity as high as 80% and then followed by P3M2 with 76% and P4M1 with 72%. While, P2M1 has 1405 nodule/mm2, P3M2 and P4M1 has 577 and 1099 nodul/mm2, respectively. In contrast with nodule count, P3M2 has the biggest nodule diameter with 14,94μm, the next is P4M1 with 12,16μm and then P2M1 with 10,41μm. Ferrite and Carbide is found in the matrix. The severity level of carbide, from the lowest to the highest, is P2M1, P4M1 and P3M2. From mechanical aspects, the highest Ultimate Tensile Strength (UTS) is obtained by P2M1 with 450 Mpa, then followed by P3M2 with 392 MPa and P4M1 with 343 Mpa. Where as, for the elongation, P4M1 is 3,25%, P2M1 is 3% and P3M2 is 1,5%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alwan Rais
Abstrak :
Laporan magang ini membagas prosedur audit untuk akun kas dan setara kas PT CBT Indonesia yang memiliki pisah batas pada tanggal 25 Desember untuk tahun 2018. Terdapat beberapa prosedur tambahan yang dilakukan serta terdapat beberapa permasalahan yang muncul akibat tanggalnpisah batas tersebut. Seperti permasalahan pada surat konfirmasi maupun pergerakan yang terjadinpada alun kas dan setara kas dalam periode pisah batas yaitu 25 Desember dan penerbitan laporan keuangan pada 31 Desember 2018. ......The internship report discuses the audit procedure for PT CBT Indonesias Cash and Cash Equivvalent which had cut off date on December 25th for 2018. There are several additional procedures and problems that occurs due to the abnormal cut off date. For example, confirmation letters and movement in cash and cash equivalent during cutoff sate in December 25th and financial report date in December 31st.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efektifitas dan prediktabilitas prosedur Laser in situ Keratomileusis (LASIK) pada miopia ringan dan miopia sedang, yang dikerjakan oleh tiga pembedah. Bersifat retrospektif, data diambil dari rekam medis 68 penderita (129 mata) yang menjalani prosedur LASIK. Prosedur LASIK dilakukan oleh 3 pembedah (X, Y dan Z) dengan menggunakan instrumen dan prosedur pembedahan yang sama. Pasien dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A (kurang dari S-6.00 dioptri) dan kelompok B (S-6.00 – S-10.00 dioptri). Evaluasi tindak lanjut dilakukan pada hari ke-1, ke-7, bulan ke-1 dan ke-3. Hasil : Efektifitas dan prediktabilitas dinilai berdasarkan tajam penglihatan tanpa koreksi dan status refraksi (dalam ekuivalen sferis) yang dicapai. Sebaran korelasi antara koreksi yang diharapkan dan yang diperoleh dihitung dengan menggunakan koefisien determinasi (R2). Uji statistik menunjukkan hasil yang relatif sama untuk ketiga pembedah. Ternyata efektifitas dan prediktabilitas prosedur LASIK yang dilakukan oleh tiga pembedah menunjukkan hasil yang relatif sama. Faktor pembedah tampaknya tidak mempengaruhi hasil prosedur LASIK. (Med J Indones 2003; 12: 148-54)
The purpose of this study was to evaluate the effectiveness and predictability of Laser in situ Keratomileusis (LASIK) procedure performed by three surgeons in low and moderate myopia. One hundred twenty nine eyes from 68 patients underwent LASIK procedure, performed by three different surgeons (X, Y, Z) using the same procedure and same instruments were reviewed. These patients are divided into two groups, group A ( below – 6.00 diopters ) and group B ( between – 6.00 and –10.00 diopters ). Patients were observed on day 1, day 7, 1st month and 3rd month. Results: The evaluation of effectiveness and predictability is based upon uncorrected visual acuity (UCVA) and spherical equivalent refraction, respectively. The variation dispersion between attempted correction and achieved correction is measured using coefficient of determination (R2). The statistical analysis shows indifferent results for the three surgeons. The conclusion was that the effectiveness and predictability of LASIK procedure performed by the three surgeons in both groups are indifferent. Hence, this study suggests that the surgeon factor does not affect the result of LASIK procedure. (Med J Indones 2003; 12: 148-54)
Medical Journal of Indonesia, 12 (3) Juli September 2003: 148-154, 2003
MJIN-12-3-JulSep2003-148
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abid Ar Robbani
Abstrak :
Praktek Profit Distribution Management (PDM) bank syariah ditunjukkan dari kegiatan bank syariah dalam memberikan tingkat bagi hasil atau equivalent rate of return (ERR) kepada nasabah mereka. Bank syariah yang berada dalam dual banking system akan menghadapi risiko Displaced Commercial Risk (DCR), yaitu risiko bank syariah harus memberikan tingkat bagi hasil yang mirip dengan tingkat bunga pasar. Memperhatikan tingkat bagi hasil dan risiko DCR bagi bank syariah sangatlah penting. Apabila bank syariah mengabaikan memperhatikan tingkat bagi hasil dan risiko DCR maka dapat menyebabkan terjadinya withdrawal risk, dimana nasabah menarik dana mereka dari bank syariah karena tingkat bagi hasil yang diberikan tidak sesuai dengan ekspektasi atau tidak sesuai dengan tingkat return yang ditawarkan di pasar. Penelitian ini akan menganalisa mengenai pengaruh faktor makroekonomi dan bank specific dalam mempengaruhi penentuan tingkat bagi hasil bank syariah dan risiko DCR. Penelitian ini berkontribusi mengisi gap dari beberapa penelitian sebelumnya, terutama mengembangkan model risiko DCR yang menggunakan pendekatan Guiadance Note 4 IFSB. Metode yang digunakan adalah analisis data panel. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa baik faktor makroekonomi maupun bank specific memiliki pengaruh terhadap tingkat bagi hasil dan risiko DCR bank syariah. ...... The practice of Profit Distribution Management (PDM) in Islamic bank represented by the way of Islamic bank give the profit-sharing rate or equivalent rate of return (ERR) to their customers. Islamic bank, which are in Dual Banking System, facing the risk of Displaced Commercial Risk (DCR) which the risk where Islamic bank should pay its equivalent rate of return following the interest rate in market. Paying good attention upon equivalent rate of return and DCR risk is very important thing to do by Islamic bank, because if the its ignore the risk, Islamic bank would face the withdrawal risk where their customer will take out their money and replace their saving bank due to the profit-sharing rate being under expectations or not similar to what market has to offer. This research will analyize the factor of macroeconomic and bank specific towards equivalent rate of return and DCR risk. This research will contribute to full fill the gap from previous similar topiks, esspecially in term of DCR risk model using the approach from IFSB Guidance Note 4. The method used in this paper is panel data regression. The result shows that both macroeconomic and bank specific factors affect the equivalent rate of return and DCR risk in Islamic Bank.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Syahdjoni Putra
Abstrak :
Pangan, khususnya beras merupakan komoditas yang penting dan strategis, karena merupakan kebutuhan pokok manusia yang hakiki yang setiap saat harus dapat dipenuhi. Kebutuhan pangan perlu diupayakan ketersediaannya dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman dikonsumsi, dan mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian menyerahkan komoditas pangan khususnya beras ke mekanisme pasar adalah kebijakan yang kurang tepat, hal ini sangat terkait dengan ketahanan pangan (food security) rumah tangga. Meskipun harus diakui bahwa mekanisme pasar sendiri tidak mampu berfungsi secara sempurna, tetapi pengalaman empiris membuktikan kegagalan pemerintah memberikan dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan kegagalan mekanisme pasar sendiri. Namun demikian, tidak semua intervensi pemerintah memberikan hasil yang negatif terhadap perekonomian. Dalam keadaan tertentu untuk mengurangi dampak buruk kepada perekonomian, diperlukan campur tangan pemerintah untuk memperbaikinya. Beberapa permasalahan beras nasional antara lain: (i) luas areal tanaman padi yang cenderung menurun, (ii) subsidi harga input dicabut, (iii) dana penelitian tanaman padi yang terbatas, (iv) kebijakan harga dasar yang semakin tidak efektif karena keterbatasan dana pemerintah, (v) penduduk meningkat, (vi) pendapatan masyarakat meningkat, serta (vii) impor beras yang semakin meningkat akibat peningkatan produksi lebih lambat dari peningkatan konsumsi. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh kebijakan harga dasar gabah dan kebijakan tarif bea masuk impor terhadap pendapatan petani akibat diserahkannya kebijakan perdagangan beras dari monopoli Bulog ke kebijakan mekanisme pasar. Spesifikasi model dalam penelitian ini menggunakan model persamaan simultan dan diduga dengan metode Two Stage Least Squares (2 SLS). Menggunakan data sekunder dengan rentang waktu (time series) dari tahun 1971-2002. Keterbatasan utama peneiitian ini adalah melakukan simulasi peramalan hanya dengan variabel harga gabah absolut, luas lahan, volume beras impor, laju inflasi dan nilai kurs serta tidak menentukan kebijakan yang tepat dalam perberasan Indonesia. Hasil pendugaan model adalah sebagai berikut: Bahwa pendapatan usaha tani tanaman padi dipengaruhi secara positif oleh produksi beras domestik, harga beras domestik, harga gabah absolut dan tidak dipengaruhi oleh kebijakan mekanisme pasar dan kebijakan penerapan tarif bea masuk beras impor. Kebijakan harga dasar gabah yang didekati dengan harga gabah absolut (selisih harga gabah di tingkat produsen dan harga dasar gabah yang ditetapkan oleh pemerintah) berpengaruh positif dalam meningkatkan pendapatan petani. Penyerahan kebijakan perberasan ke mekanisme pasar akan mengancam petani domestik sebab mereka belum slap berkompetisi dengan petani Iuar negeri yang mempunyal luas lahan pertanian lebih luas serta didukung oleh teknologi yang lebih modern (canggih) dibandingkan dengan petani Indonesia yang sebagian besar petani gurem dan cars bercocok tanam masih bersifat subsisten. Produksi beras domestik dipengaruhi secara positif oleh luas lahan, kebutuhan total beras nasional dan bedakala produksi beras domestik berarti luas lahan, kebutuhan total beras nasional dan bedakala produksi beras domestik berbanding lurus dengan produksi beras domestik. Harga beras domestik dipengaruhi secara positif oleh total konsumsi beras nasional, harga beras impor, laju inflasi umum dan harga beras domestik tahun lalu. Harga beras impor yang berlaku di Indonesia dipengaruhi secara negatif oleh volume beras impor dan secara positif oleh nilai kurs Rupiah terhadap US dollar. Kebutuhan beras secara nasional dipengaruhi secara positif oleh penduduk dan dipengaruhi negatif oleh konsumsi makanan jadi/makanan lain. Dengan demikian total kebutuhan beras secara nasional cenderung meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan konsumsi makanan lain/jadi dapat menjadi barang substitusi dari beras. Hasil simulasi kebijakan dengan menaikkan harga gabah sebesar 17 persen, luas lahan 15 persen, dengan asumsi volume beras impor naik 12 persen, inflasi naik 8 persen serta nilai kurs Rupiah terhadap US$ turun 3 persen pada skenario moderat akan meningkatkan pendapatan sebesar 0,0589 persen. Ada pun saran dari hasil penelitian ini antara lain: Kebijakan perberasan melalui penetapan tarif bea masuk perlu dibarengi pula dengan penegakan hukum (law enforcement) mengingat wilayah geografis Indonesia yang luas karena kecenderungan terjadi penyelundupan beras ke negara Indonesia sangat besar. Dalam jangka panjang pemerintah perlu memikirkan program pemberian income support to the farmer, yaitu memberikan transfer uang secara Iangsung kepada petani berdasarkan jumlah produksi yang dijual kepada Pemerintah. Seperti model yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia. Walaupun kebijakan ini merupakan kebijakan yang mahal dari sudut pandang ekonomi, kebijakan ini merupakan bentuk keseriusan keberpihakan pemerintah kepada petani domestik yang sebagian besar hidup dari bercocok tanam padi. Apabila petani padi tidak diberi perlindungan maka jumiahnya akan semakin berkurang karena tidak mampu bersaing dengan sektor non padi dan sektor industri. Dalam jangka panjang hal tersebut akan meningkatkan ketergantungan impor yang besar sehingga dapat mengganggu ketahanan pangan nasional. Perlindungan tersebut tidak dapat dilakukan secara terus menerus karena dihadapkan dengan berbagai kesepakatan internasional yang telah dibuat dengan WTO (World Trading Organization) seperti di dalam Agreement on Agriculture, Asia Pacific Economic Corporation (APEC) dan Asean Free Trade Association (AFTA).
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Niosom adalah vesikel surfaktan non ionik yang memiliki potensi sebagai pembawa obat yang bersifat hidrofobik atau ampifilik. Struktur yang dimiliki niosom mampu mengenkapsulasi obat yang dibawanya. Untuk menghindari masalah kestabilan fisik suspensi niosom (agregasi, fusi, kebocoran obat terjerap) selama penyimpanan, dibuat formulasi kering niosom, proniosom, yang dapat dihidrasi menjadi niosom sesaat sebelum digunakan. Proniosom dipreparasi dari maltodekstrin yang merupakan hasil hidrolisa pati sebagian, tingkat hidrolisanya digambarkan dengan nilai dekstrosa ekuivalen (DE). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai penjerapan dan laju disolusi ketoprofen dalam proniosom yang berbasis maltodekstrin DE 5-10 dan DE 15-20. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa proniosom berbasis maltodekstrin DE 5-10 memiliki nilai penjerapan yang lebih besar dan persentase pelepasan ketoprofen yang lebih lambat dibandingkan proniosom yang berbasis maltodekstrin DE 15-20.
Universitas Indonesia, 2005
S32528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhajati Budi Lestari
Abstrak :
Tugas akhir ini membahas masalah penjadwalan n job yang akan diproses melalui 2 buah mesin A dan 3 dengan transportasi tak hingga terdapat diantara kedua buah mesin. Tujuannya adalah mendapatkan urutan job yang optimal yang dapat memberikan total waktu penyelesaian yang minimal. Penjadwalan ini mempunyai kekhususan yaitu diantara n job tersebut terdapat k job (k≥2) yang dikelompokkan (diblok) dan dianggap sebagai 1 job yaitu job β. Waktu proses job β di mesin A dan B diperoleh dengan menggunakan teorema Equivalent Job untuk Job Block. Sedangkan untuk mendapatkan urutan yang optimal, disusun sebuah algoritma baru yang dikembangkan berdasarkan algoritma Johnson.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Nur Fitriani
Abstrak :
Laporan magang ini membahas mengenai proses audit yang dilakukan oleh KAP ABC terhadap akun Kas dan Setara kas PT TOP Indonesia untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2016. Pembahasan meliputi teori dasar, prosedur audit, serta analisis atas proses audit KAP ABC. Berdasarkan hasil audit, KAP ABC menemukan adanya temuan yang cukup signifikan pengaruhnya terhadap opini auditnya. Namun demikian, setelah melakukan proses audit yang ketat dan telah mendapatkan bukti tambahan audit yang cukup, KAP ABC akhirnya memberikan opini wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan PT TOP Indonesia. Selain itu, KAP ABC telah menjalankan prosedur audit atas akun Kas dan Setara Kas sesuai dengan teori dan standar yang berlaku. ......The report is aimed to explain the KAP ABC rsquo s audit process of Cash and Cash equivalent rsquo s accounts of PT TOP Indonesia for the period ended December 31st, 2016. The discussion covers basic theories, audit procedures as well as analysis of the audit process of KAP ABC. Based on the audit result, KAP ABC found significant findings to its audit opinion. However, after a rigorous audit process and has obtained sufficient audit evidence, KAP ABC finally provided unqualified opinion on the TOP Indonesia financial statements. Furthermore, public accountant firm has performed the audit procedures of cash and cash equivalent accounts that complied with the theory and standards prevailed.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rayhani Fadhila
Abstrak :
Latar belakang: Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi masih menjadi penyebab tersering gangguan penglihatan di dunia terutama di area terpencil. Phoropter lipat merupakan alat baru yang diciptakan untuk memeriksa kelainan refraksi secara mandiri. Tujuan: Mengetahui validitas phoropter lipat dibandingkan dengan refraksi subjektif konvensional (baku emas) pada miopia dan astigmatisme pada populasi dewasa muda. Metode: Desain potong lintang pada pasien miopia dan astigmatisme yang berusia 18-<40 tahun. Seluruh subjek diperiksa status refraksinya dengan refraksi subjektif konvensional yang dilanjutkan dengan pengukuran refraksi menggunakan phoropter lipat. Validitas phoropter lipat dianalisis dengan kurva ROC dan Bland Altman. Hasil: Terdapat 134 subjek (203 mata) yang terdiri dari miopia (92,6%) dan astigmatisme (62,6%). Rerata sferikal ekuivalen (SE) antara refraksi subjetif konvensional dan phoropter lipat adalah -2,160D (1,68) dan -2,468D (1,64) pada miopia, sedangkan pada astigmatisme -2,252D (1,76) dan -2,585D (1,75). Phoropter lipat memiliki sensitivitas yang tinggi (96,77%) serta spesifisitas yang rendah (61,11%). Nilai area under the curve (AUC) phoropter lipat sangat baik, 0,966. Perbedaan rerata antara hasil refraksi subjektif dan phoropter lipat sekitar 0,308 – 0,359 dengan rentang LoA -1,562 – 2,219 pada miopia dan LoA -1,707 – 2,373 pada astigmatisme. Kesimpulan: Phoropter lipat memiliki validitas yang baik dalam mengukur kelainan refraksi berbasis SE penderita miopia dan astigmatisme dewasa muda. ......Background: Uncorrected refractive error remains the main cause of vision impairment particulary in remote areas. The Folding Phoropter device is a new self-refraction tool that allows users to determine their own refractive error. Objective: To determine the validity of the folding phoropter compared with conventional subjective refraction (gold standard) in myopic and astigmatism young adults. Method: A cross-sectional study in myopic and astigmatism patients aged 18-<40years. All subjects had their refractive status checked using conventional subjective refraction followed by refraction measurements using a folding phoropter. The validity of the folding phoropter was analyzed by ROC curves and Bland Altman. Results: The 134 participants (203 eyes) enrolled consisted of myopia (92.6%) and astigmatism (62.6%). Mean spherical equivalent (SE) measured by conventional subjective refraction and folding phoropter were -2.160D (1.68) and -2.468D (1.64), respectively in myopia, while in astigmatism, mean SE were and -2.252D (1.76) and -2.585 D (1.75). The folding phoropter had high sensitivity (96.77%) and low specificity (61.11%). The folding phoropter had very good AUC, 0.966. The average difference between the results of subjective refraction and folding phoropter was around 0.308 – 0.359 with a range of LoA -1.562 – 2.219 in myopia and LoA -1.707 – 2.373 in astigmatism. Conclusion: The folding phoropter has good validity in measuring SE-based refractive errors in young adults with myopia and astigmatism.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>