Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ririn Hariani
Abstrak :
Menarche dini merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara yang berhubungan dengan lama pajanan estrogen. Penelitian mengenai faktor-faktor risiko menarche dini belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan gizi, antropometri dan komposisi tubuh, serta aktivitas fisik dengan kadar estradiol dan menarche dini. Desain penelitian ini adalah potong lintang dengan subjek remaja putri 13-15 tahun di Jakarta, sejak Januari 2014 sampai Januari 2015. Analisis asupan gizi dilakukan dengan metode 24-hour recall dan Food Frequency Questionnaires (FFQ) semikuantitatif. Variabel antropometrik dan komposisi tubuh meliputi berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), dan persentase lemak tubuh. Namun ditambahkan pengukuran lingkar lengan atas (LLA) dan lingkar pinggang (LP). Aktivitas fisik dinilai dengan Physical Activity Questionnaire (PAQ). Kadar estradiol serum diukur pada fase folikuler. Menarche dini adalah usia saat menstruasi pertama kali kurang dari 12 tahun. Terdapat 189 remaja putri usia13-15 tahun yang dilibatkan dari 8 SMP di Jakarta. Asupan gizi remaja putri berdasarkan PUGS cukup karbohidrat, kurang protein, tinggi lemak, dan rendah serat. Berdasarkan kriteria z-score IMT/U dari WHO, ditemukan sebanyak 3,2% gizi kurang, 73,5% normal, 18% mengalami overweight dan 5,3% mengalami obese. Lebih dari 90% subjek penelitian memiliki aktivitas fisik rendah. Proporsi menarche dini pada penelitian ini 22,8%. Kadar estradiol berkorelasi positif dengan asupan energi, protein, dan lemak. Berdasarkan kategori asupan, median estradiol berhubungan dengan asupan karbohidrat dan lemak. Terdapat korelasi negatif antara kadar estradiol dan LLA, LP serta z-score IMT/U. Terdapat hubungan antara menarche dini dan variabel-variabel antropometrik LLA dan LP serta z-score IMT/U. Tidak terdapat hubungan antara menarche dini, asupan gizi, aktivitas fisik, dan kadar estradiol. Faktor determinan kadar estradiol adalah asupan energi, protein, lemak dan zscore IMT/U, sedangkan faktor determinan menarche dini adalah LP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa untuk menurunkan faktor risiko kanker payudara, perlu memperhatikan faktor-faktor yang terkait kadar estradiol dan menarch. ......Early menarche has been known as a risk factor of breast cancer because its association with the length of exposure time to estrogen. There are not much studies has been done on risk factors of early menarche. The aim of this study was to know the association among nutritional intake, anthropometry and body composition, physical activity, estradiol level and early menarche. This was a cross-sectional study involving adolescent girls aged 13-15 years in Jakarta, between January 2014 and January 2015. Interview on nutritional intakes were done by using the 24-hour recall and semiquantitative Food Frequency Questionnaires (FFQ). The anthropometric and body composition variables included body weight, body height, body mass index (BMI) and body fat percentage; however, additional variables were also measured, i.e. mid-upper arm circumference (MUAC) and waist circumference (WC). Physical activity was assessed by using the Physical Activity Questionnaires (PAQ). Serum estradiol levels was measured during follicular phase. Early menarche was defined if the first menstruation occurred before the age of 12 years. There were 189 adolescent girls enrolled in this study from 8 junior high schools in Jakarta. Based on guidelines of balanced nutrition, nutritiotional intake of adolescent girls were adequate carbohydrate intake, low protein intake, high fat intake, and low fiber intake. based on the WHO z-scores of BMI per age, there was 3,2% underweight, 73,5% normal, 18% overweight and 5,3% obese subjects. More than 90% of the study subjects had mild physical activity. The proportion of early menarche was 22.8%. Estradiol level was positive correlated with the intakes of energy, protein, and fat. Based on the diet intake category, median estradiol level was associate with the intakes of carbohydrate and fat. There was a negative correlation between estradiol level and MUAC, WC, and z-scores BMI per age. There was an association between early menarche and antrophometric measures (MUAC and WC) and z-scores BMI per age. No association was found between early menarche and nutritional intake, physical activity, or estradiol level. Determinant factors of estradiol level were the intakes of energy, protein, fat, and z-score BMI per age; while determinant factor of early menarche was waist circumference. To conclude, in order to reduce breast cancer risk, we should paid attention on factors associated with increased estradiol level and early menarche i.e. fat intake, physical acitivity and normal body weight.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patria Pradana
Abstrak :
Tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia telah lama menjadi perhatian khususnya dalam perannya sebagai faktor risiko berbagai penyakit sistemik. Pada berbagai penelitian ditunjukkan terdapat perbandingan positif antara tekanan darah dan kadar estradiol di dalam darah. Penelitian mengenai topik ini pada perempuan usia subur dengan gangguan menstruasi belum dijumpai pada penelusuran literatur ilmiah. Penelitian ini merupakan studi cross sectional komparatif pada perempuan usia subur (15-45 tahun) yang mengalami gangguan menstruasi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan laboratorium serta kuesioner SCL-90 pada penelitian "Peranan Adiponektin terhadap Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) dan Hubungannya dengan Faktor Genetik, Endokrin, dan Metabolik". Variabel bebas yang diuji adalah gejala mental emosional, aktivitas fisik, obesitas, kadar kolesterol, status SOPK, serta status hipertensi. Berdasarkan analisis, didapatkan bahwa kadar estradiol pada perempuan dengan hipertensi sistolik memiliki median yang lebih tinggi (90,5: 32 - 190) dibandingkan dengan perempuan tanpa hipertensi (38: 10 - 231). Secara statistik, perbedaan tersebut bermakna dengan p = 0,020. Sementara itu, tidak terdapat perbedaan statistik yang bermakna kadar estradiol berdasarkan aktivitas fisik, kadar kolesterol, status gizi, gejala mental emosional, serta status SOPK pada perempuan dengan gangguan menstruasi. Dapat disimpulkan bahwa terdapat peranan hipertensi dalam perbedaan kadar estradiol pada perempuan dengan gangguan menstruasi. ...... The high prevalence of hypertension in Indonesia has long been a center of attention, specifically on it?s role on being one of the major risk factors of the occurence of many systemic complications. It?s high complicability and it's mortality rate has made myriads of studies concerning its prevention have been conducted. In most of the the studies, it is shown that there is a positive correlation between blood pressure and the estradiol levels. Studies concerning this issue are rarely conducted on women with abnormality in menstrual cycle. This study is an comparative cross-sectional study on women in reproductive age (15-45 years old) with abnormalities in menstrual cycle. The study is conducted using secondary data from the outcome from laboratory findings and interview instrument of SCL-90 from the study "Peranan Adiponektin terhadap Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) dan Hubungannya dengan Faktor Genetik, Endokrin, dan Metabolik". The independent variables used in thi study consist of mental and emotional symptoms, physical activity, obesity, total cholesterol levels, PCOS state, and hypertensive state. It is found that women with hypertensive blood pressure has more levels of estradiol (90,5: 32 - 190) than women without hypertension (38,0: 10 ? 231). Statistically, this difference made huge significance with p=0.020. Meanwhile, there are no significane differences on the independent variables shown in stress and mental state, physical activity, obesity, PCOS state and total cholesterol. It can be concluded that there is a positive correlation between hypertension state and estradiol levels.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Fadjar Nurtjahjono
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1986
T59046
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yona Harianti Putri
Abstrak :
Reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) adalah salah satu penyebab akseptor menghentikan penggunaan kontrasepsi. Penghentian kontrasepsi dapat meningkatkan kejadian kehamilan yang tidak dikehendaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kejadian ROTD dari penggunaan kontrasepsi suntik tunggal (Depo Medroksi Progesteron Asetat) dan kontrasepsi suntik kombinasi (MPA/Estradiol Sipionat). Desain penelitian adalah kohort prospektif  uji dua populasi. Jumlah sampel sebanyak 57 akseptor kontrasepsi suntik tunggal dan 57 akseptor kontrasepsi suntik kombinasi. Kejadian ROTD dianalisis menggunakan Chi-Square dan uji regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan kejadian ROTD gangguan menstruasi lebih banyak terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal (91.2%) dibanding akseptor kontrasepsi suntik kombinasi (49.1%) dengan P-value <0.001. Kejadian ROTD sakit kepala pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal (75.4%) dan kombinasi sebanding (70.2%) dengan P-value 0.528. Kejadian ROTD mudah marah lebih banyak terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal (89,5%) dibanding akseptor kontrasepsi suntik kombinasi (78.9%) dengan P-value 0.123. Kejadian ROTD kurang gairah seksual lebih banyak terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal (71.9%) dibanding akseptor kontrasepsi suntik kombinasi (52.6%) dengan P-value 0.034. Kejadian ROTD gangguan menstruasi sepuluh kali lebih berisiko terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal dibanding kombinasi. Kejadian ROTD kurang gairah seksual tiga kali lebih berisiko terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal dibanding kombinasi. ...... Adverse drug reaction (ADR) is one of the causes of discontinuing contraception. Discontinuation of contraception will increase the incidence of unintended pregnancy. This study aimed to compare the incidence of ADR between single injectable contraceptive acceptors (DMPA) and a combination of injectable contraceptive acceptors (MPA/Estradiol Cypionate). The study design was a cohort prospective test of two populations. The sample consisted of 57 acceptors for every single injectable contraceptive and combined of injectable contraceptives (CICs). The ADRs were analyzed using Chi-Square and logistic regression multivariate tests. The results showed that ADRs incidence of menstrual disorders was very common in single injectable contraceptive acceptors (91.2%) than CICs acceptors (49.1%) with P-value <0.001. The incidence of headaches in a single injectable contraceptive acceptors (75.4%) dan CICs acceptors (70.2%) with P-value 0.528. Irritable is more common in single injectable contraceptive acceptors (89.5%) than CICs acceptors (78.9%) with P-value 0.123. Lack of sexual desire is more common in single injectable contraceptive acceptors (71.9%) than CICs acceptors (52.6%) with P-value 0.034. The incidence of menstrual disorders ten times more occurs in single injectable contraceptive acceptors than CICs acceptors. Lack of sexual desire three times more occurs in single injectable contraceptive acceptors than CICs acceptors.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T52345
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Ayu Rahmawati
Abstrak :
Kontrasepsi suntik menimbulkan masalah kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrasepsi pil dan implan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki ROTD pada penggunaan kontrasepsi suntik tunggal Depot Medroksi Progesteron Asetat/DMPA dengan kombinasi DMPA dan estradiol cypionate/E2C . Desain penelitian adalah cross sectional uji dua populasi. Sampel terdiri dari 88 akseptor pada masing-masing kelompok yang diambil secara consecutive sampling pada bulan Maret-Mei 2015. Kejadian ROTD dianalisis menggunakan Chi Square dan uji regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan persentase terbesar kejadian ROTD pada penggunaan kontrasepsi suntik adalah sakit kepala 69,9 , dan gangguan menstruasi 65,9 . Penggunaan kontrasepsi suntik tunggal lebih berisiko 10,0 kali mengalami gangguan menstruasi dibanding akseptor kontrasepsi suntik kombinasi. Gangguan menstruasi meningkat pada akseptor yang gemuk dengan risiko 3,8 kali dibandingkan akseptor tidak gemuk. Penggunaan kontrasepsi suntik tunggal lebih berisiko 2,1 kali mengalami sakit kepala dibanding akseptor kontrasepsi suntik kombinasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan kontrasepsi suntik tunggal lebih berisiko menimbulkan ROTD terutama gangguan menstruasi dan sakit kepala dibandingkan penggunaan kontrasepsi suntik kombinasi. ...... Injectable contraceptives raise health problems risk than oral or implan contraceptive. This study aimed to compare the incidence of adverse drug reactions ADRs single injectable contraceptive use Depot medroxyprogesterone acetate DMPA with a combination of injectable contraceptive CICs use DMPA and Estradiol cypionate E2C . The study design was a cross sectional two population comparison. The sample consisted of 88 acceptors in each group which taken by consecutive sampling in March to May 2015. The ADRs were analyzed using Chi Square and logistic regression multivariate. The largest percentage ADR events were headache 69.89 and menstrual disorders 65.91 . The menstrual disorders in single injectable contraceptive usage were 10.0 fold hinger than in CICs group. Additionally, the menstrual disorders in overweight acceptors were 3,1 fold hinger compare to non overweight acceptors. Futhermore, headache in single injectable contraceptive usage was 2,1 folds hinger than in CICs group. The results of this study showed that the use of single injectable contraceptive tends to have a higher number of ADRs particularly headaches and menstrual disorders, compared to the use of CICs.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T47232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Wiradharma
Abstrak :
Pemeriksaan estradiol di laboratorium pusat RSUPNCM menggunakan serum. Walaupun pemeriksaan estradiol kurang memerlukan TAT yang cepat, namun seringkali pemeriksaan estradiol bersamaan pemeriksaan lain yang membutuhkan TAT cepat. Penggunaan plasma dapat menjadi alternatif karena TAT lebih cepat. Penelitian ini ingin mengetahui perbandingan kadar estradiol menggunakan serum dan plasma tanpa dan dengan gel pemisah serta melihat gambaran kadar estradiol pada laki-laki, perempuan pasca menopause dini, dan lanjut yang belum ada datanya di Indonesia. Pemeriksaan estradiol menggunakan alat Cobas c601 metode ECLIAs dari 60 subjek masing-masing ditampung dengan tiga tabung penampung berbeda, sampel serum dari tabung penampung dengan clot activator tabung I dan sampel plasma baik dari tabung penampung tanpa gel pemisah tabung II , dan dengan gel pemisah tabung III . Karakteristik kadar estradiol pada pria, wanita pasca menopause dini, dan lanjut disajikan secara deskriptif analitik. Median, nilai minimum ndash; maksimum, kadar estradiol tabung I 24,55 5 ndash; 472,60 pg/mL, tabung II 24,16 5 ndash; 468,60 pg/mL, tabung III 22,99 5- 438,8 pg/mL. Perbedaan kadar estradiol pada ketiga tabung penampung sampel didapatkan nilai p = 0,89. Pada penelitian ini kadar estradiol pada laki-laki memiliki median, nilai minimum-maksimum, 21,5 5 ndash; 40,33 pg/mL, perempuan pasca menopause dini dan lanjut masing-masing memiliki median 5 5 ndash; 191,7 pg/mL, dan 5 5 ndash; 34,8 pg/mL. Kesimpulan, tidak terdapat perbedaan bermakna kadar estradiol dari ketiga tabung penampung. ......Examination of estradiol at central laboratory of RSUPNCM using serum. Although the examination of estradiol requires less rapid TAT, but often the examination of estradiol coincides with other tests requiring rapid TAT. The use of plasma can be an alternative because TAT is faster. This study wanted to know the comparison of estradiol levels using serum and plasma without and with gel separation and to see the estradiol content of male, early, and late post menopausal women who had no data in Indonesia. Examination of estradiol using the Cobas c601 method of ECLIAs of 60 subjects each was accommodated with three different tube containers, serum samples from the collecting tube with clot activator tube I and plasma samples from tubes without gel separator tube II , and with gel separator tube III . Characteristics of estradiol levels in men, early and late postmenopausal women presented in descriptive analytic. Median, maximum value maximum, tubular estradiol value I 24.55 5 472.60 pg mL, tube II 24.16 5 468.60 pg mL, tube III 22.99 5 438 , 8 pg mL. Differences of estradiol levels in the three sample container tubes obtained p value 0.89. In this study estradiol levels in males had median, maximum maximum values, 21.5 5 40.33 pg mL, early and late postmenopausal women had a median of 5 5 191.7 pg mL, and 5 5 34.8 pg mL respectively. In conclusion, there was no significant difference in estradiol levels from the three container tubes.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58570
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Kusmana
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan melihat pengaruh penyuntikan dua dosis kombinasi ethinyl estradiol dan testosteron enanthat terhadap kesuburan mencit jantan. Mencit yang digunakan berumur 2 sampai 3 bulan, berat antara 20 sampai 30 gram disuntik secara infra muskular dengan ethinyl estradiol (EE) dosis tunggal 0,2 atau 2 mg/kg berat badan (bb) ditambah testosteron enanthat (TE) sebanyak 5 mg/kg bb. Untuk kontrol hanya diberi pelarut sebanyak 1 ml/100 g bb. Pengambilan data dilakukan pada hari ke 39 setelah penyuntikan, yaitu satu siklus spermatogenesis ditambah 5 hari masa perkawinan dengan betina. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh terhadap jumlah sperma total, jumlah sperma abnormal, berat testis, berat epididimis, berat vesika seminalis, diameter tubulus seminiferus, dan jumlah anak yang dihasilkan. Kesimpulan, penyuntikan dua dosis kombinasi EE dan TE yang diberikan hanya sekali tidak berpengaruh terhadap kesuburan ataupun libido mencit jantan galur CBR.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Kusmardi
Abstrak :
Menurut beberapa peneliti salah satu faktor penyebab timbulnya kanker, adalah terapi dengan betaestradiol dosis tinggi, atau dosis adekuat yang tidak terkontrol. Terapi ini telah digunakan selama 30 tahun terakhir terutama kaitannya dengan menopause prematur, hysterektomi total, salpingo-ooforektomi, kontrasepsi, dll. Namun demikian tidak mudah melakukan penilaian keuntungan yang diperoleh serta efek sampingnya. Terlebih lagi bila pemanfaatan estradiol dilakukan pada penderita kanker payudara. Sehingga perlu dicari dosis yang masih aman pada keadaan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah implantasi estradiol sekali selama penelitian dengan dosis 7 mg berpengaruh terhadap perangai pertumbuhan sel tumor transpiantabel kelenjar susu mencit GR, serta terhadap imunitas humoral mencit tersebut. Mencit yang digunakan adalah mencit betina yang pada awal penelitian berumur 6 bulan dan ditumbuhi (diinokulasi) sel tumor kelenjar susu. Mencit dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok kelola yang terdiri atas mencit bertumor kelenjar susu tidak diimplantasi estradiol dan kelompok perlakuan yang diimplantasi estradiol. Dengan menganalisa data volume tumor pada saat tumor berumur 1 minggu dan 2 minggu, diketahui bahwa implantasi estradiol tidak meningkatkan pertumbuhan tumor. Sedangkan dari analisa kadar imunoglobulin diketahui bahwa tidak ada pengaruh implantasi estradiol terhadap kadar Ig G dalam serum mencit. Sebaliknya transplantasi tumor ada pengaruhnya terhadap kadar Ig G serum mencit. Pengaruh implantasi estradiol terhadap kadar Ig A pada serum mencit juga tidak bermakna. Tetapi transplantasi sel tumor justru menurunkan kadar Ig A dalam serum mencit. Kadar Ig M serum tidak dipengaruhi baik oleh implantasi estradiol maupun transplantasi sel tumor.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pentagamavunon-0 or [2,5-bis-(4-hydroxy-3-methoxy- benzylidene), was determined on its on its cytotoxicity,antiproliferative and antiangiogenesis effects in comparation to the effect of its analogue,curcumin(1,7-bis-(hydroxy-3-methoxyphenyl)-1,6 heptadiena-3,5-dion) againts 17-b-estradiol(E) induced human breast cancer cells T47D
610 SKJ 19:1 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The research aim to know optimal dose of aromatase inhibitor (AI) usage to oocyte development in goldish...
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>