Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Charles A. Coppel
Abstrak :
Indonesia's motto (Bhinneka Tunggal Ika), like that of the United States (E pluribus unum), suggests a multicultural unity in diversity appropriate to such a large nation comprising hundreds of ethnic groups (suku bangsa). Not every ethnic group has been treated in the same way, however. Ethnic Chinese Indonesians have been classified as people of foreign descent (keturunan asing) rather than as a suku bangsa, although many peranakan Chinese families have been settled in Indonesia for centuries and have indigenous as well as Chinese ancestry. Why was itso difficult for peranakan Chinese to gain acceptance as Indonesians? Why were their counterparts, the mestizo Chinese, accepted so readily as Filipinos? The paper will consider the timing of the rise of the relevant national consciousnesses (Chinese, Filipino, Indonesian) and their interactions, as well as the policies of the relevant governments (colonial and Chinese) toward the ethnic Chinese population in the two countries. Partha Chatterjee has written about nationalist thought in the Third World as a derivative discourse. It will be argued that Indonesian nationalist thought, in its attitudes to the ethnic Chinese, has been heavily influenced by the policies and mentality of the Dutch colonial government.
2003
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Sulistyawati
Abstrak :
The Usage of Hakka Chinese-Language at Singkawang West Kalimantan : A study towards Hakka Chinese-Language and Indonesian LanguageFocus of this sociolinguistic study is the usage of Hakka language at Singkawang, pointed out to the backgorund factors that resulting the language as daily language of Chinese ethnic bilingual society. At the local area, Hakka language is well known as Khek language, and the people also named themselves as Khek people. This ethnic group is already lived in Singkawang city by century, even, according to history they're already lived there since XVI century. Study towards the usage of language by Chinese bilingual, is being carried out by utilizing 'ranah' concept which first popularized by Fishman, covering the usage of language in family, education, working, goverment, neighbourhood, trade, and religious ranah. Things that need to be pointed out are: Do bilingual Chinese ethnic always use Hakka Chinese-language, more often talks in Chinese language, both use Chinese and Indonesia Ianguage in the same proportion, more often talks in Indonesia language or always use Indonesian language to communicate each other. Other factors that being considered as mind-influencing factor in choosing the language are sex, age, level of education, permanent-living time and homogeneity. Sex is divided into male and female; age is divided into less than 30 and more than 30. Level education can be broke down into Elementary, High School, and University level. Permanent-living time is seen from the time they start to live in the city, which is divided into two times : before aculturation process promoted by government in 1977 and after 1977. Homogenity covered the surrounding neighbourhood of Chinese ethnic group, do they all hang out with Chinese ethnic, Chinese friends are more than Indonesian, amount of Chinese friends are in equal with Indonesian, Chinese friends are lesser than Indonesian or all their friends are Indonesian? According to the study, the usage of Hakka Chinese-language and Indonesian language by Singkawang Chinese bilingual is generated by : 1. The level of education (higher/lower) 2. Permanent living time in the city 3. Homogenity If the Hakka Chinese ethnic bilingual person only enjoyed elementary-level education, living in the city before year 1977 and always get together with Chinese ethnic group, so he has a tendency to speak in Chinese rather than in Indonesia language, and vice versa. Those facts are being gathered from the questionnaire, interview and undercover observation data, which the result is being calculated qualitatively by using T. Student on level of confidence 95%.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seda, Joanessa Maria Josefa Sipi
Abstrak :
Masalah kewarganegaraan etnis Cina di luar Cina merupakan masalah yang sangat pelik, bagi pemerintah Cina dan pemerintah di negara-negara Asia Tenggara. Masalah ini muncul sebagai akibat dari adanya upaya pemerintah Cina, dari jaman dinasti Qing sampai jaman pemerintah RRC, untuk mengklaim potensi ekonomi dan sumber daya manusia yang dimiliki etnis Cina di luar Cina, bagi kepentingan dalam negerinya. Maksudnya ini diwujudkan pemerintah Cina dalam bentuk peraturan dan hukum kewarganegaraan, yang berpegang pada asas ius sanguinis. Sedangkan pada saat yang bersamaan, etnis Cina tersebut, yang sudah menetap di Iuar Cina, terutama di negara-negara Asia Tenggara, juga sudah diklaim sebagai warganegara dari negara-negara di mana mereka menetap, melalui peraturan dan hukum kewarganegaraan di negara mereka masing-masing, yang juga berpedoman pada asas ius sanguinis. Akibat dari adanya peraturan-peraturan dan hukum kewarganegaraan ini ialah munculnya masalah dwi kewarganegaran bagi etnis Cina di luar Cina, yang kemudian menimbulkan benturan kepentingan antara pemerintah Cina dengan negara-negara Asia Tenggara. Masalah ini akan semakin berlarut-Iarut, seandainya pemerintah RRC tidak terdesak oleh kepentingan luar negerinya, untuk membiarkan etnis Cina di luar Cina, memilih kewarganegaraan mereka, atas kemauan sendiri, melalui Perjanjian Dwi Kewarganegaraan 1955, yang kemudian lebih ditegaskan dalam bentuk Undang-Undang yakni Undang-Undang Kewarganegaraan RRC. Karena dengan adanya Undang-Undang ini, berarti pemerintah RRC tidak dapat Iagi secara legal, memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki etnis Cina di luar Cina, demi kepentingan dalam negerinya, sehingga masalah dwi kewarganegaraan dari etnis Cina di luar Cina, dapat dikatakan sudah teratasi. Namun, dilancarkannya gerakan modemisasi di RRC, yang merupakan dampak dari berkembangnya globalisasi ekonomi di dunia internasional, menyebabkan meningkatnya kebutuhan pemerintah RRC akan modal finansial serta sumber daya manusia yang potensial pula, bagi pembangunan dalam negerinya. Oleh karena itu, pemerintah RRC memutuskan untuk menjalankan dua kebijakan yang, saling bertentangan tetapi juga saling menguntungkan, pada saat bersamaan. Di satu pihak, pemerintah RRC tetap mempertahankan isi dari Undang-Undang Kewarganegaraannya. Namun di lain pihak, ia tetap mendorong etnis Cina di luar Cina, hingga scat ini, untuk terus mengkontribusikan potensi mereka bagi kepentingan dalam negeri RRC, melalui kcbijakan-kebijakan yang bersifat memupuk patriotisme yang tinggi di kalangan mcreka. Nampaknya, masalah kewarganegaraan etnis Cina di luar Cina ini, tidak akan pernah tuntas, selama pemerintah RRC, tidak dapat melepaskan anggapan mereka bahwa etnis Cina di luar Cina bukan lagi merupakan bagian integral dari bangsa Cina. Dengan kata lain, masalah kewarganegaraan etnis Cina di luar Cina, tidak akan berhenti menjadi masalah bagi hubungan RRC dengan negara-negara Asia Tenggara, selama pemerintah RRC tidak dapat melepaskan anggapannya bahwa etnis Cina di luar Cina adalah nationals-nya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T19837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurika Arianti Permanasari
Abstrak :
Skripsi ini membahas pelaksanaan tradisi perayaan tahun baru Imlek oleh masyarakat etnis Cina di Kota Bogor dewasa ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penulisan deskriptif. Data-data diperoleh melalui dua metode, yaitu kepustakaan dan wawancara. Responden berjumlah 25 orang mewakili wilayah administratif, usia, religi, tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat etnis Cina di Kota Bogor merayakan tahun baru Imlek; telah terjadi perubahan dalam pemahaman dan pelaksanaan tradisi perayaan tahun baru Imlek bagi etnis Cina di Kota Bogor. Penulis berpendapat bahwa faktor penguasaan bahasa dan pemahaman akan tradisi budaya Cina serta keadaan lingkungan sosial budaya, sebagai penyebab berbagai perubahan yang terjadi.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13910
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Sakina
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kehidupan kuli Cina di perkebunan Sumatera Timur pada tahun 1870-1930. Perkebunan swasta yang banyak dibuka di Sumatera Timur telah menimbulkan kebutuhan akan tenaga kerja yang besar. Etnis terbanyak yang didatangkan untuk menjadi kuli kontrak adalah kuli Cina yang memiliki kehidupan yang tidak jauh berbeda dari negara asalnya. Keadaan negeri Cina yang pada saat itu tertimpa bencana menjadi salah satu faktor yang menyebabkan orang Cina harus keluar dari negaranya dan mencari penghidupan yang lebih layak. Perekrutan kuli Cina ke Sumatera Timur dilakukan dengan dua cara, yakni melalui Penang dan Singapura dan perekrutan langsung ke dataran Cina. Skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah. Hasil dari penelitian ini adalah menggambarkan kualitas kerja kuli Cina yang disukai oleh para tuan kebun meskipun mereka memiliki sifat yang lebih emosional sehingga seringkali menyebabkan kerusuhan di dalam perkebunan. Serta kehidupan kuli kontrak Cina yang sengaja dipermainkan oleh para tuan kebun dengan memperkenalkan mereka terhadap candu dan judi. Sehingga, hal ini mengakibatkan mereka harus berhutang dan tidak dapat kembali ke Negara mereka dan harus menjadi kuli abadi. ......The aim of this research is to describe Chinese Coolie Contract's life in East Sumatera plantation (1870-1930). The opening of private sector plantation in East Sumatera had one important impact, the needed of labour. Chinese was the most wanted labour in that time to be coolie contract. In that period,the condition of China was destroyed by natural disaster. Because of this, Chinese people should find the alternative way to continued their life. Coolie Chinese recruitment to plantation in East Sumatera had two ways, first indirect recruitment by Penang and Singapore and second by direct recruitment from China. This thesis uses historical method research. The result of this research is to describe work ability from Chinese Coolie that made plantation owner felt satisfied, even Chinese Coolie more emotional than the other labour. Because of their emotional character, they made disturbance oftentimes. In addition, the life of Chinese Coolie intend to be fooled by plantation owner with introducing them to gambling and opium. These things made they had not enough money anymore to go back to their hometown, and finally made them to be lasting coolie in plantation.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42010
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
Abstrak :
Orang Cina datang ke Indonesia sekitar abad ke-9, ketika utusan dari Cina menjalin kerja hubungan dengan kerajaan-kerajaan di wilayah nusantara. Pemukiman-pemukiman kecil mereka sudah ada jauh sebelum bangsa Eropa datang, seperti di kota-kota pelabuhan perdagangan di sepanjang pantai utara Jawa, seperti Tuban, Gresik, Surabaya, dan Batavia. Pada tahun 1596 ketika Belanda datang ke Batavia sudah terdapat kampung yang didiami oleh orang-orang Cina di tepi sungai Ciliwung. Mereka adalah imigran-imigran generasi pertama yang datang secara berombongan, sebagian besar dari mereka adalah pekerja-pekerja bujangan yang kemudian berintegrasi dengan penduduk setempat, menikah dengan perempuan pribumi dan menetap. Kelompok inilah yang secara kultural makin jauh dari kultur asli negara leluhurnya dan bahasa yang mereka pergunakan pun merupakan bahasa campuran, atau lebih dikenal sebagai bahasa Melayu Cina. Maka terbentuklah suatu kelompok yang dalam banyak buku disebut "golongan peranakan".
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Bahasa Indonesia yang dituturkan oleh kelompok masyarakat tertentu ternyata memiliki kekhasan dalam wujudnya. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor di antaranya yakni latar belakang penutur dan komponen tutur.
490 KAN 7:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Idaman
Abstrak :
Penelitian mengenai Eskalasi Hubungan Pertemanan Antara Etnis Cina dan Etnis Bugis/Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang bagaimana eskalasi hubungan yang terjadi. Serta mengungkap berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan pertemanan antar mereka.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah, yang dikenal dengan penetrasi sosial (Altman dan Taylor, 1973). Teori ini terdiri dari empat tahapan pengembangan hubungan yaitu; tahap orientasi menuju ke tahap penjajakan afektif, tahap pertukaran afektif dan tahapan pertukaran stabil.

Hubungan pertemanan yang terjadi di antara mereka, pada tahap orientasi, beberapa pasangan mengalami hambatan, karena masih terdapat prejudis yang mempengaruhi mereka. Juga pengalaman lingkungan mereka tidak mendukung sehingga memerlukan waktu untuk menjadi akrab (stabil).

Tahap penjajakan afektif dan pertukaran afektif, hubungan mulai bergerak ke tahap yang lebih akrab untuk mengungkapkan topik-topik tertentu yang terpilih dan memusatkan perasaan pada tingkat yang lebih akrab (Budyatna,1993)

Tahap akhir dari pembentukan hubungan adalah pertukaran stabil, hubungan pada tahap ini menekankan keterbukaan, dukungan, empaty, rasa positif dan kesetaraan (Devito, 1995). Kemudian ditandai oleh derajat keakraban yang tinggi para partisipan berhak untuk memprediksi prilaku pasangannya dan memberikan respon (Budyatna,1973).

Pada teori pertukaran sosial, bila estimasi tentang hasil dari hubungan antarpribadi terbentuk selama proses pembentukan, dan, pengembangan membuat hubungan tersebut menyenangkan maka akan terbentuk hubungan menjadi akrab dan stabil. Ketika hubungan pertemanan tersebut menjadi akrab. Perhitungan imbalan (reward) dan biaya (cost) bukan lagi hal dipertentangkan.

Strategi informasi oleh (Berger dan Calabrace, 1975) menawarkan strategi pasif, aktif dan interaktif, digunakan oleh masing-masing pasangan untuk memperoleh data-data diri dari setiap pasangan.

Untuk menyelesaikan konflik, digunakan negosiasi dan klarifikasi (Wilmot dan Hocker). Konflik di dalam hubungan antarpribadi adalah suatu yang normal, bahkan memperlancar pertumbuhan antarpribadi (Altman dan Taylor, 1973). Konflik terjadi terutama mengenai masalah kesalahpahaman, perbedaan sikap, perbedaan pendapat salah dalam mempersepsikan perilaku pasangan, namun dapat diselesaikan dengan baik (konstruktif), kecuali bila menyangkut prinsip/ harga diri.

Penelitian yang menggunakan, persfektif interaksi simbolik, merupakan penelitian kwalitatif (non- positivistik interpretatif) dimana pendekatan kepada latarbelakang kehidupan indnvidu secara holistik (utuh). Metode kualitatif menggunakan data yang bersifat deskriptif, dikumpulkan dari hasil pengamatan dan wawancara secara mendalam.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T3036
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>