Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Washington: National Academy Press, 1981
370 PRO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iting Shofwati
Abstrak :
Latar belakang dari penelitian ini adalah bahwa peristiwa kebakaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja serta menimbulkan kerugian ekonomi maupun non ekonomi. Alasan pemilihan lokasi penelitian, yaitu karena rumah sakit merupakan bangunan umum yang rawan terhadap kebakaran dan penghuninya bervariasi dalam hal kondisi fisik, sehingga pada keadaan darurat diperlukan suatu penanganan khusus. Mengingat kondisi tersebut d iatas, maka perlu dilakukan suatu upaya pencegahan kebakaran dengan pemasangan perangkat proteksi kebakaran untuk menanggulangi secara dini suatu kejadian yang tidak diinginkan dan menghindari suatu keadaan "catasthropic". Pada penelitian ini akan dilakukan studi evaluasi terhadap kebutuhan dan tata letak daripada sistem proteksi kebakaran yang ada khususnya fire detector. Karena sistem peringatan awal kebakaran yang cukup dan sesuai merupakan cara yang efektif untuk menghindari kebakaran yang lebih besar. Penelitian ini dimulai dengan identifikasi elemen-elemen penyalaan api yang terdiri dari bahan bakar (material pembentuk fasilitas yang ada di ruang rawat inap) , sumber panas (energi listrik) dan oksigen dari udara bebas. Tahap selanjutnya yaitu analisa untuk menentukan jenis detektor kebakaran yang dibutuhkan berdasarkan tipe hasil pembakaran material pembentuk fasilitas yang terdapat pada masing-masing ruangan dan peraturan yang berlaku. Kemudian dilanjutkan dengan tahap evaluasi terhadap kebutuhan dan tata letak deteksi kebakaran, berdasarkan data-data pendukung diantaranya adalah luas ruangan, tinggi langit-langit, suhu ruangan dan spesifikasi teknis dari detektor yang akan dipasang. Pengkajian teknis dilakukan berdasarkan standar NFPA 72. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan perumahsakitan yang berlangsung khususnya di ruang rawat inap dan koridor berpotensi terjadinya bahaya kebakaran. Hal ini dikarenakan terpenuhinya ketiga elemen dari teori segitiga api dalam suatu tempat dan saat yang bersamaan. Sedangkan jenis detektor yang terpasang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, hal ini dikarenakan pada ruang rawat inap tersebut menggunakan sistem springkler dan sebagian besar material pembentuk peralatan yang ada terbuat dari kayu dan busa, dimana apabila terjadi proses pembakaran akan menghasilkan asap. Sehingga detektor kebakaran yang sesuai untuk ruang rawat inap dan koridor tersebut adalah detektor asap. Jumlah dan tata letak dari detektor yang akan dipasang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan yang berdasarkan standar NFPA yang disesuaikan dengan kemampuan untuk melindungi suatu area tertentu dari detektor yang dipilih.
The background of this research is that the fire can occur anytime, anywhere and can cause economic and non-economic effect. Beside that, the reason choice the hospital became the location of the research, because the hospital is the public building that very potential for occurrence of fire and the physical condition of the patient is very various, so in an emergency condition need special handling. According to that condition, so need the effort of fire protection to prevent the unexpected event and prevent "catastrophic" condition. This research will evaluate the need and the location of fire protection system specially fire detector. Because a fire detection system detects the beginning of the fire and alerts personal so they can evacuate the area immediately or attempt to extinguish the fire. The first step of this research is to identify the elements of fire ignition that consist of fuel, heat and oxygen. The second step is to analyze a kind of fire detector that suitable according to the inpatient room's facilities and its standard regulation. The last step is to evaluate the need and the location of fire detector according to supporting data such as coverage area, height of ceiling, ambient temperature and technical specification of detector that will be set. Engineering estimation is refer to NFPA 72 standard The conclusion of this research that the hospital's activities especially in area study (inpatient room and corridor) is very potential for fire hazard. It cause of the valuable of the three elements of fire triangle in one place and at the same time. About the hospital's fire detector, it is not suitable with the standard regulation. Because in that area study use the sprinkler system and a lot of equipment are made from wood and foam rubber that if fire happen that material can produce smoke. So the suitable detector for corridor and the room for hospitalize is smoke detector. The amount and the location of the detector that will be set is the result from engineering calculation according to NFPA standard that suited with detector's capability to coverage area.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 8573
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rany Avianti
Abstrak :
Era reformasi telah membawa banyak perubahan bagi dunia bisnis di Indonesia. Salah satu dampak adalah dilakukannya perubahan besar-besaran terhadap BUMN di Indonesia. Perubahan ini dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme perusahaan, antara lain dengan cara menempatkan eksekutif professional yang telah melewati fit and proper test pada posisi penting dalam perusahaan. Hal ini juga terjadi di Garuda Indonesia. Manajemen baru Garuda Indonesia telah melakukan perubahan besar-besaran dalam perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Perubahan manajemen yang dilakukan di Garuda Indonesia ternyata membawa beberapa perubahan yang positif. Di antaranya pada bulan September 1998, Garuda Indonesia mengumumkan untuk pertama kalinya memperoleh laba, setelah selama bertahun-tahun sebelumnya BUMN ini terkenal selalu merugi. Untuk perbaikan kinerja selanjutnya, manajemen baru mencanangkan tahun 1999 sebagai tahun rehabilitasi, tahun 2000 sebagai tahun pelayanan dan komunikasi, dan tahun 2001 sebagai tahun efisiensi. Sebagai hasilnya, pada akhir tahun 2000 Garuda Indonesia berhasil meningkatkan on time performance-nya menjadi 89,93%, berada di atas standar internasional sebesar 85%, dan berhasil mengalahkan 80 perusahaan penerbangan tainnya. Prestasi manajemen bam ini cukup signifikan dan setidaknya memunculkan optimisme kepada seluruh jajaran Oaruda Indonesia untuk tetap A'wrvrve dan memberikan kepastian pelayanan terbaik dalam upaya meningkatkan daya saing perusahaan, terutama dalam menghadapi era pasar bebas nanti. Peningkatan kinerja perusahaan tidak akan berarti tanpa adanya dukungan dari konsumen. Garuda Indonesia tidak akan dapat maju tanpa adanya kepercayaan dari konsumen untuk menggunakan pelayanan yang ditawarkan, dan kepercayaan ini hanya dapat timbul bila Garuda Indonesia memiliki image yang baik di mata konsumennya maupun masyarakat umum. Di sinilah masalah pelik yang dihadapi oleh Garuda Indonesia. Berdasarkan riset pendahuluan yang telah dilakukan oleh penufis, image Garuda Indonesia di mata konsumen dan masyarakat pada umumnya masih kurang baik. Konsumen Garuda Indonesia masih merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan, dan perasaan tidak puas ini terbentuk tidak saja dari pengalaman pribadi, namun juga diperoleh dari pandangan umum yang telah melekat kuat di masyarakat selama ini mengenai Garuda Indonesia. Kenyataan tersebut menyebabkan manajemen harus bekerja ektra keras untuk memperbaiki image~ny&. Image merupakan refleksi dari persepsi pasar. Memperbaiki image berarti merubah persepsi yang ada di masyarakat. Berbeda dengan strategi komunikasi untuk produk baru, strategi komunikasi dengan tujuan merubah persepsi konsumen sedikit berbeda karena tujuan dari proses komunikasinya bukan untuk membentuk melainkan untuk merubah image produk di mata konsumen. Strategi komunikasi yang diluncurkan memiliki tujuan untuk pertama, menyampaikan informasi bahwa manajemen Garuda Indonesia telah berhasil melakukan peningkatan kinerja yang berarti. Kedua, untuk merubah persepsi tentang pelayanan yang diberikan oleh Garuda Indonesia. Berdasarkan dari perubahan persepsi tersebut, untuk jangka panjang diharapkan konsumen akan bersedia untuk melakukan perubahan pada perilaku pembelian mereka. Pada trimester terakhir di tahun 2000, Garuda Indonesia telah melancarkan campaign baru yang dttujukan untuk merubah image negatif tersebut. Riset ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi iklan media cetak PT Garuda Indonesia, yaitu untuk mengetahui efek dari campaign yang dilakukan oleh perusahaan, apakah campaign tersebut telah berhasil merubah persepsi dan sikap masyarakat terhadap Garuda Indonesia. Secara lebih spesifik hal-hal yang ingin diketahui dari riset ini adalah: 1. Evaluasi terhadap 3 materi campaign Garuda Indonesia yang dimuat di media cetak pada awal masa campaign. 1. Image masyarakat terhadap Garuda Indonesia. 3. Mengukur adanya indikasi perubahan sikap konsumen terhadap Garuda Indonesia diakibatkan oleh campaign baru B. Tujuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bag! pihak perusahaan mengenai keberhasilan dari campaign yang dilakukan dan selanjutnya hasil ini dapat dijadikan landasan untuk mengembangkan campaign berikutnya. C. Metode Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sikap dan persepsi masyarakat terhadap masalah yang diteiiti. Pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian dilakukan melalui: - Data primer: interview, kuesioner - Data sekunder: studi literatur, kajian hasil riset, data-data perusahaan. D. Sistematika Penulisan Bab I berisi latar belakang dan dilakukannya riset, tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan riset, permasalahan utama yang ingin diatasi, penjelasan secara singkat mengenai metode penelitian yang akan diterapkan dalam riset ini, serta sistematika penulisan. Pada Bab II, pertama-tama akan disinggung mengenai latar belakang perusahaan, kemudian akan membahas secara mendalam teori-teori yang akan digunakan dalam riset ini yaitu teori-teori komunikasi pemasaran dan perilaku konsumen. Bab III berisi hipotesis yang akan diuji dalam penelitian dan metode riset yang akan digunakan, yaitu metode pengumpulan data dan metode pengolahan data. Bab IV akan menjelaskan hasil yang diperoleh dari proses pengumpulan data yang dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai hasil yang diperoleh dikaitkan dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang telah disinggung pada Bab II. Bab V merupakan bagian akhir dari thesis yang berisi kesimpulan hasil penelitian, disertai dengan saran-saran bagi perusahaan maupun saran bagi penelitian berikutnya.
2001
T794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Dias Pambudhi
Abstrak :
Hasil survei SANS-INSTITUTE, menyatakan bahwa terdapat kenaikan signifikan pada jumlah perusahaan yang mengembangkan kapabilitas cyber threat intelligence (CTI). Hingga saat ini terdapat urgensi akan sebuah cara untuk mengukur efektifitas program CTI. Penerapan model maturitas merupakan salah satu cara untuk mengukur efektivitas dari sebuah proses atau program. Terdapat beberapa model maturitas yang berfokus pada domain CTI, namun belum terdapat penelitian yang mengevaluasi model-model tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi model maturitas CTI dari sisi teoretis dan praktikalnya. Hasil evaluasi teoretis menyimpulkan bahwa model maturitas CTIM merupakan model yang paling komprehensif dibandingkan model-model maturitas CTI lainnya. Dari evaluasi secara praktikal, model maturitas CTIM juga mendapatkan umpan balik positif pada saat diterapkan di PT. XYZ. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model CTIM dapat dijadikan referensi untuk perusahaan yang ingin mengukur tingkat maturitas program CTInya. Penelitian ini juga menghasilkan enam poin rekomendasi perbaikan untuk model maturitas CTIM agar kualitasnya dapat lebih baik lagi. ......The SANS-INSTITUTE survey showed a significant increase in companies developing cyber threat intelligence (CTI) capabilities. Until now, there is an urgency for a way to measure the effectiveness of the CTI program. The application of the maturity model is one way to measure the effectiveness of a process or program. Several maturity models focus on the CTI domain, but there needs to be research that evaluates these models. This study evaluates the CTI maturity model from a theoretical and practical perspective. The results of the theoretical evaluation concluded that the CTIM maturity model is the most comprehensive compared to other CTI maturity models. The CTIM maturity model received positive feedback from practical evaluations when implemented at PT. XYZ. This study concludes that the CTIM model can be used as a reference for companies that wish to measure the maturity level of their CTI program. This study also produced six recommendations for improving the CTIM maturity model so that the quality could be even better.
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library