Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiwin Wiarsih
Abstrak :
Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan akibat penurunan fungsi sistem tubuh. Salah satu perubahan tersebut adalah perubahan kejiwaan. Masalah kesehatan jiwa lansia yang sering muncul adalah gangguan proses pikir yangditnadai dengan lupa, pikun, bingung dan curiga; gangguan perasaan diantaranya ditandai dengan kelelahan, acuh tak acuh, mudah tersinggung; gangguan fisik/somatik tanpa penyebab yang jelas meliputi gangguan pola tidur, gangguan makan dan minum; ganggugan perilaku ditandai dengan enggan berhubungan dengan orang lain dan ketidakmampuan merawat diri sendiri. keluarga merupakan masyarakat terkecil dimana lansian berada. Perubahan kejiwaan pada lansia akan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Oleh karena itu keluarga dan lansia perlu mengetahui perubahan kejiwaan pada lansian agar dapat mencegah terjadinya gangguan jiwa pada lansia. Keterlibatan keluarga akan menentukan keberhasilan perawatan kesehatan jiwa lansia yang digambarkan pada tulisan ini.
Changing in physical and psychosocial in elderly associated with aging. The observed changes represent the cummulative effects of heredity, environment, nutrition, rest, activity and altered health state while the most observed changes in psychosocial state of the elderly such as forgetfulness, memory loss, narrowed, attention spans, confusional states and impairment of their mind and emotional states increased accompany with their physical state. Family is the closest person around the elderly, a caring attitude, calm conversation and promotion of the comfort contribute to the relief of confusional states, and also emotional support helps the family cope with the elderly persons disorientation and confusion. Family is the most important person to help the elderly in maintaining their health states physically and psychosocially.
1999
JJKI-2-7-Sept1999-253
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Wandra
Abstrak :
Hingga dewasa ini demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan yang utama di Indonesia, karena masih banyak menimbulkan kesakitan dan kematian yang tinggi serta menimbulkan berbagai dampak yang sangat merugikan keluarga baik ditinjau dari aspek sosial maupun ekonomi. Cara yang dianggap tepat untuk memberantas sarang nyamuk DBD atau untuk mencegah DBD adalah membasmi jentik Aedes aegypti dengan cara 3M (M1: Menguras tempat penampungan air seperti bak airlwc, tempayan, dan drum ;M2 : Memberi tutup yang rapat pada tempat penampungan air; dan M3 : Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas, sehingga tidak menjadi sarang atau tempat bertelur dan berkembang-biaknya nyamuk penular penyakit DBD) dan ini sangat memerlukan partisipasi seluruh masyarakat/keluarga. Kegiatan 3M yang bertujuan untuk membasmi jentik nyamuk penular penyakit DBD tersebut dikenal dengan istilah pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue atau disingkat PSN DBD. Di Indonesia upaya pemberantasan DBD belum berhasil karena kita menghadapi masalah yang luas dan kompleks. Partisipasi keluarga dalam pemberantasan tempat-tempat perindukan vektor DBD, baik yang berada di dalam rumah maupun di luar rumah masih kurang. Kenyataan ini dilaporkan oleh berbagai survei entomologi dan perilaku yang pernah dilakukan oleh Departemen Kesehatan. Hal ini juga terbukti dengan adanya penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di salah satu RW di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas pada tahun 1998, sebagian besar dari 50 keluarga yang diteliti (80%) belum berpartisipasi dalam PSN DBD atau dengan kata lain hanya 20% saja yang berpartisipasi dalam PSN DBD. Atas dasar penelitian terdahulu, terdapat faktorfaktor yang mungkin ada hubungannya dengan partisipasi keluarga dalam PSN DBD di salah satu RW di Kelurahan Depok tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi keluarga yang berpartisipasi dalam PSN DBD, anggota keluarga yang menjadi pengambil keputusan (decision maker) dalam keluarga dalam hal PSN DBD dan faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi keluarga dalam PSN DBD di tiga buah RW di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kabupaten Bogor tahun 1999. Jenis disain penelitian ini adalah cross sectional study, dengan jenis data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan. Dari data yang sudah terkumpul dihitung proporsi keluarga yang berpartisipasi dalam PSN DBD dan anggota keluarga yang menjadi pengambil keputusan dalam keluarga dalam hal PSN DBD. Kemudian dihitung distribusi frekuensi keluarga menurut kategori variabel penelitian serta dianalisis hubungannya dengan partisipasi keluarga dalam PSN DBD menggunakan analisis bivariat dan multivariat. Peneliti menyimpulkan bahwa partisipasi keluarga dalam PSN DBD di tiga buah RW di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas masih rendah, sedangkan anggota keluarga yang paling menentukan perlu tidaknya keluarga melakukan PSN DBD (pengambil keputusan) adalah ibu rumah tangga. Pada umumnya pengetahuan ibu rumah tangga yang menjadi pengambil keputusan ini terhadap pemberantasan vektor DBD masih rendah dan hampir seluruhnya mempunyai tingkat pendidikan menengah kebawah. Oleh karena itu untuk meningkatkan partisipasi keluarga dalam PSN DBD dimasa datang, ibu rumah tangga merupakan sasaran penyuluhan yang sangat strategis di lapangan. Materi penyuluhan seyogyanya disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan disampaikan di tempat-tempat serta dengan Cara yang lebih efektif. Dalam kaitan itu, maka keberhasilan program peningkatan partisipasi keluarga dalam PSN DBD tergantung pada sejauh mana pecan yang dapat diberikan oleh tokoh masyarakat. Hal ini karena tokoh masyarakat diyakini mampu meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga terhadap pemberantasan vektor DBD dan sekaligus sebagai tokoh yang dapat mendorong partisipasi ketuarga datam PSN DBD.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laode Saltar
Abstrak :
Latar Belakang: Kontrol glikemik yang buruk merupakan kontributor utama terjadinya neuropati perifer diabetes (NPD), dan berkaitan dengan efikasi diri klien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model intervensi holistik terintegrasi cempaka terhadap efikasi diri, kontrol glikemik dan perbaikan NPD klien DM tipe 2. Metode: Disain penelitian ini menggunakan mix method dengan strategi pendekatan eksploratoris sekuensial yang dilakukan dalam dua tahap. Penelitian tahap satu menguraikan pengembangan model dan modul intervensi keperawatan. Penelitian tahap dua adalah uji efektivitas model dengan menggunakan desain quasi-experimental dengan pendekatan pretest-posttest kontrol group design melibatkan 92 responden. Uji efektivitas menggunakan Generalized Estimating Equations (GEE). Hasil: Hasil penelitian tahap satu menghasilkan model intervensi yang holistik terintegrasi dengan intervensi coching kesehatan, latihan mindfulness dan partisipasi keluarga. Hasil uji efektivitas menunjukan model intervensi cempaka efektif meningkatkan efikasi diri pada bulan ke-3 sebesar 9,89 dan bulan ke-6 sebesar 11,52; menurunkan nilai HbA1c pada bulan ke-6 sebesar 0,9%; dan meningkatkan perbaikan neuropati perifer pada bulan ke-3 sebesar 23,98 dan bulan ke-6 sebesar 24,25. Kesimpulan: Model intervensi Cempaka terbukti meningkatkan efikasi diri, kontrol glikemik, dan perbaikan neuropati perifer, sehingga model ini layak direkomendasikan untuk diterapkan secara luas pada populasi klien DM tipe 2 dengan NPD usia dewasa di Indonesia. ......Background: Poor glycemic control is a major contributor to diabetic peripheral neuropathy (NPD) and is related to the self-efficacy of type 2 DM clients. This study aims to determine the effectiveness of the Cempaka integrated holistic intervention model in improving self-efficacy, glycemic control, and peripheral neuropathy conditions in clients with type 2 diabetes mellitus. Methods: The design of this study used a mixed method with a sequential exploratory approach strategy carried out in two stages. Phase one study describes the development of nursing intervention models and modules, literature studies, preliminary studies, expert tests, and readability tests. The second phase of the study was to test the effectiveness of the model using a quasi-experimental design with a pretest-posttest control group design approach involving 92 respondents. Test effectiveness using Generalized Estimating Equations (GEE). Results: The first phase of the study resulted in a holistic intervention model integrated with health coaching interventions, mindfulness exercises and family participation. The results of the effectiveness test showed that the Cempaka intervention model was effective in increasing self-efficacy in the 3rd month by 9.89 and 11.52 in the 6th month; lowered the HbA1c value in the 6th month by 0.9%; and increased the improvement of peripheral neuropathy at the 3rd month of 23.98 and the 6th month of 24.25. Conclusion: The Cempaka intervention model has been proven to increase self-efficacy, and glycemic control, and improve peripheral neuropathy, so this model is worthy of being recommended for wide application in the adult population of type 2 DM clients with NPD in Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmalisa
Abstrak :
Salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan yaitu perawatan diri. Pemberdayaan keluarga dalam program peran serta aktif keluarga dalam perawatan diri pasien di ruang rawat inap diperlukan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan pelaksanaan program peran serta aktif keluarga dalam perawatan diri pasien di ruang rawat inap. Desain penelitian deskriptif korelasi terhadap 38 perawat pelaksana di ruang rawat inap dan 103 keluarga pasien dan pasien. Analisis data dilakukan dengan chi-square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian didapatkan faktor yang berhubungan yaitu dukungan organisasi (p=0,009), struktur organisasi (p=0,012), komitmen organisasi (p=0,008), penghargaan (p=0,007), sikap keluarga pasien (p=0,000), dan usia pasien (0,035). Faktor yang paling dominan yaitu komitmen organisasi (OR=23,497) dan sikap keluarga pasien (OR=5,920). Program ini perlu dilegalkan dalam bentuk Surat Keputusan Direktur, dilanjutkan dengan sosialisasi berkelanjutan, standar prosedur operasional dan monitoring evaluasi berkelanjutan.
One of the indicators quality nursing care is self-care. Family empowerment in Program active families participation on inpatients's self-care unit are needed to improve the quality of nursing services. This research aimed to know the determinant of the program active families participation in the care of the patient in the inpatient unit. Descriptive research design correlation with 38 nurses in the inpatient unit and 103 patient and the patient's family. Data were analyzed using chi-square and multiple logistic regression. Results showed that the factors associated with the implementation of the program active families participation in the care of the patient are organizational support (p= 0.009), organizational structure (p=0.012), organizational commitment (p=0.008), reward (p=0.007), family attitudes (p= 0.000), and age of the patient (p=0.035). The most dominant factor that have associated are organizational commitment factor (OR = 23.497) and the family attitude (OR = 5.920). This program needs to be legalized in the form Decree of the Director, Socialization sustainable, and monitoring and evaluation.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library