Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desy Yohana Putri D
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5291
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adriana Venny Aryani
"Disertasi ini bertujuan untuk mengkaji posisi perempuan dalam mitos-mitos nusantara, yang dalam hal ini terkandung dalam dongeng-dongeng asli Indonesia, melalui pemikiran tokoh Poststrukturalis Julia Kristeva. Dongeng yang ditelaah ada empat puluh tujuh (47) judul dan selanjutnya dipilah lagi menjadi tujuh miteme (tema mitos): kekerasan dalam bahasa, kompleks Oedipus, pengusiran dan keterasingan, yang profan yang berkorban, daya magis ibu, metabahasa dalam mitos, dan menulis sebagai menegaskan.
Disertasi ini juga menemukan bahwa mitos-mitos lama termasuk yang mendiskriminasikan perempuan hingga saat ini masih lestari, terbukti dari publikasi media tentang hal itu, misalnya mitos kutukan Bandung Bondowoso, ataupun legenda di balik terbentuknya danau, pulau, atau gunung.
Pemikiran Kristeva, juga membantu peneliti untuk menyimpulkan bahwa teks-teks mitos yang ternyata berjenis kelamin. Karena penulisan menurut Kristeva adalah apa yang dibawa pencipta teks dalam ketidaksadarannya. Ada suatu dorongan dalam penciptaan teks dimana laki-laki termotivasi sementara di sisi lain perempuan tidak termotivasi.
Beberapa saran/ rekomendasi yang diajukan oleh peneliti adalah dengan mengenali berbagai cerita mitos nusantara, memulihkan dan jika perlu mendekonstruksi cerita-cerita tersebut sehingga lebih ramah terhadap perempuan dan anak.

This thesis aims to analyze the position of women in the myths of the archipelago, contained in the folktales, through Post-structuralist thinker: Julia Kristeva. Author analyzed 47 folktales and then sorted into seven of mytheme (theme of myth): violence through language, the Oedipus Complex, eviction and alienation, the profane who make sacrifices, magical power of the maternal body, and writing as affirmation.
This tesis also found that ancient myths which discriminate women is still preserved. As evidences by media coverage about this such as a myth of Bandung Bondowoso?s curse, or the legend behind the creation of a lake, island or mountain.
The concepts from Kristeva helps author to conclude that the text in Indonesian folktales are gender based, through Kristeva?s writing. There is an urge in the creation of text in which men are motivated while on the other hand women are not motivated.
Some suggestion/ recommendations made by the author is to identify a variety of folktales all over Indonesia, recover it and if necessary to deconstruct a story so become more friendly to women and children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
D1268
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pita Cindriyani Utami
"Pesatnya perkembangan Korean Wave di Indonesia menjadi kesempatan baru bagi industri kecantikan dalam membangun strategi pemasaran. Salah satunya adalah Whitelab, yang telah menjadikan Sehun–seorang anggota boyband EXO asal Korea Selatan–sebagai Brand Ambassador mereka. Whitelab berusaha memanfaatkan ketertarikan dan loyalitas penggemar Sehun untuk menyebarkan brand awareness, membangun engagement, dan menaikkan angka penjualan melalui pengadaan merchandise serta event. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana fenomena commodity fetishism pada penggemar EXO dimanfaatkan melalui strategi komunikasi pemasaran merek produk kecantikan lokal Whitelab. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari studi literatur dan qualitative content analysis. Hasil analisis menemukan bahwa fenomena commodity fetishism terbentuk melalui penerapan strategi komunikasi pemasaran Whitelab yang ditandai dengan pengadaan merchandise serta event. Hal ini disebabkan oleh tingginya nilai yang diberikan penggemar Sehun EXO terhadap merchandise serta event, yang kemudian dapat menggiring penggemar pada sebuah kesadaran dan kebutuhan palsu (false consciousness).

The rapid development of the Korean Wave in Indonesia has become a new opportunity for the beauty industry to develop marketing strategies. One of them is Whitelab, which has made Sehun – a member of the boy band EXO from South Korea – as their Brand Ambassador. Whitelab tries to gain benefits from fans' loyalty to build brand awareness, intensify engagement, and increase sales figures by procuring merchandise and events. This study seeks to find out how Whitelab utilizes the phenomenon of commodity fetishism among EXO fans through a marketing communication strategy. By combining literature studies and qualitative content analysis, the study finds that Sehun fans are highly interested in merchandise and events related to the idol. Thus, leading to false consciousness and need."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Try Dharma Mulia
"Peran sebagai fasilitator pembangunan menyingkap berbagai tantangan dalam setiap prosesnya, baik dari segi peraturan program, pemangku kepentingan, maupun masyarakat. Makalah ini membahas dinamika pembangunan rumah layak huni, khususnya melalui Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Fasilitator tidak hanya bertugas memfasilitasi dan memberdayakan masyarakat, tetapi juga harus mengelola kompleksitas birokrasi dan administrasi program. Administrasi sangat penting karena menjadi prasyarat untuk melanjutkan setiap tahapan program. Fasilitator sering berhadapan dengan aktor lokal yang memanfaatkan kesempatan dalam proses pembangunan. Program ini menunjukkan fetisisme terhadap dokumen sebagai alat untuk mempresentasikan hasil. Namun, sering terjadi manipulasi data untuk melengkapi dokumen dan mengabaikan fakta di lapangan. Hal ini berkaitan dengan teori "governing by numbers," yang menjelaskan bahwa fetisisme administrasi dan budaya audit dipercaya merepresentasikan data lapangan tetapi justru memicu manuver oleh aktor terkait. Data diubah menjadi angka yang dapat dimanipulasi karena adanya kebebasan pengelolaan yang diberikan oleh aktor pembangunan. Proses fasilitator dalam menghadapi aktor lokal dan mengelola administrasi dapat menciptakan ethical dilemma. Makalah ini merupakan refleksi dari pengalaman magang saya sebagai fasilitator pemberdayaan BSPS di Desa Babussalam, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

The process of becoming a development facilitator faces various challenges, both in terms of program regulations, stakeholders, and the community. This paper discusses the dynamics of decent housing development, particularly through the Self-Help Housing Stimulant Program (BSPS). Facilitators are not only tasked with facilitating and empowering the community, but must also manage the complexity of bureaucracy and program administration. Administration is very important because it is a prerequisite for continuing each stage of the program. Facilitators are often confronted with local actors who take advantage of opportunities in the development process. The program shows a fetishization of documents as a tool to present results. However, there is often manipulation of data to complete documents and ignore facts on the ground. This relates to the theory of "governing by numbers," which explains that administrative fetishism and audit culture are believed to represent field data but instead trigger maneuvers by relevant actors. Data is turned into numbers that can be manipulated because of the freedom of management given by development actors. The facilitator's process of dealing with local actors and managing administration can create an ethical dilemma. This paper is a reflection of my internship experience as a BSPS empowerment facilitator in Babussalam Village, Gerung Sub-district, West Lombok District, West Nusa Tenggara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library