Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Savendra Pratama
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan penyakit yang dialami oleh masyarakat Indonesia, disebabkan oleh proses demineralisasi jaringan keras gigi. Saliva adalah faktor perlindungan alami terhadap karies yang dapat distimulasi oleh pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol terhadap laju aliran saliva.
Metode: Penelitian menggunakan metode cross-over. Total subyek 30 anak diberikan 3 macam perlakuan (pengunyahan parafin, 2 buah dan 4 buah permen karet yang mengandung xylitol) selama 5 menit. Pemeriksaan menggunakan gelas ukur salivary test kit GC.
Hasil penelitian: Uji statistik ANOVA 1 arah menunjukkan perbedaan bermakna (p < 0,05) antara semua kelompok.
Kesimpulan: Terjadi peningkatan laju aliran saliva dengan pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol dan peningkatan terjadi seiring dengan penambahan jumlah permen karet yang mengandung xylitol.

Background: Dental caries is a common oral disease to the Indonesians, which is caused by demineralization of tooth?s hard tissues. Saliva is a natural protective agent against caries that can be stimulated by chewing xylitol chewing gum.
Objective: To identify the effect of chewing xylitol chewing gum on salivary flow rate.
Method: Cross-over method. Thirty children having decayed and filled tooth ≥ 3 teeth are given 3 kinds of treatment (chewing paraffin, chewing 2 pieces, and chewing 4 pieces of xylitol chewing gum) on a 5-minute basis. Salivary flow rates are evaluated using GC salivary test kit metric cups.
Result: Statistical evalution of one-way ANOVA shows significant differences (p<0,05) between all groups.
Conclusion: There is an increase of salivary flow rate after chewing xylitol chewing gum, and the increase is proportional to the amount of the chewing gum."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henarmin Chandra
"Manajemen persediaan merupakan salah satu manajemen yang mengalami perkembangan yang sangat Namun dalam kenyataannya, banyak perusahaan menghadapi berbagai permasalahan serius di pengelolaan persediaan, walaupun mereka bidang pesat. tetap dalam telah mengimplementasikan sistem manajemen persediaan yang canggih. Terdapat kesan bahwa perkembangan konsep, teori dan teknik pengelolaan persediaan selama ini tidak mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan dan permasalahan riil di dalam pengelolaan persediaan perusahaan. Fenomena di atas merupakan alasan utama penulis untuk memilih manajemen persediaan sebagai topik utama penulisan skripsi ini. Penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan dalam rangka untuk mengumpulkan berbagai data, informasi dan bahan kajian lainnya yang diperlukan dalam pembahasan skripsi ini. Berbagai teori dan teknik pengendalian persediaan tradisional seperti formula Economic Order Quantity (EOQ) dan teknik Order Point. selalu didasarkan pada pendekatan spesifik. Pendekatan ini memfokuskan perhatian pada pengendalian terhadap masing-masing jenis persediaan secara terpisah. Pendekatan yang demikian sebenarnya tidak efektif dalam pengendalian persediaan. karena hanya bertujuan untuk mencapai kondisi optimal pada masing-masing sub total persediaan (sub-total optimalization). Dalam kenyataannya penerapan pendekatan ini justru menciptakan kondisi suboptimal pada total persediaan (total sub optimalization). Untuk mengatasi masalah di atas kita harus mencari pendekatan alternatif yang lebih tepat. Pendekatan Total Flow Rate merupakan salah satu alternatif yang logis dan rasional. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan kondisi "total optimalization" dalam persediaan melalui pengendalian langsung terhadap total persediaan perusahaan. Dengan adanya suatu daya kendali yang lebih baik terhadap total persediaan. maka diharapkan para manajer perusahaan akan lebih mampu untuk mengelola sumber daya dan dana perusahaan secara efektif dan efisien."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Layer manufacturing process has proven as a process that can produce a high complexity mechanical part.
Now, Improvement of LM methods continuously conduct that is aimed to increase precessions and efficiency of these
processes. Pressure filament deposition modelling is a form of layer manufacturing process that is designed to produce a
plastic part with controlling its semisolid phase. In this research, the equipment of filament depositor is designed and
tested to make the product filament deposition. With operation condition observation, the optimal temperature and
pressure of deposition process was determined. These experiments used PVC as crystalline material and polypropylene
as amorphous material. To optimize this process, the tensile strength and density test were conducted. The shape of
tensile test specimens is based on ASTM 638 standard and made in 3 orientations deposition path, namely: in 0 degree,
45 degree and 90 degree from load force axis. To found the most accurate dimension, controlling the time delay,
temperature of build part, feeding speed and variation deposition path was conducted. The results of experiments show
that the filament deposition method can only be applied for amorphous material in which it has a semisolid phase. From
the tensile strength test, the binding strength among filaments is 0.5 kg/mm2, 20% of the tensile strength of filament.
And the density of a sample product, which used the filament diameter of 0.8 mm, is 0.7668 g/cm3. Accuracy of product
dimension can be increased by: controlling time delay in location where the motion orientation of hopper filament is
changed and controlling temperature of build part surface."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yuwana Pradana
"ABSTRAK
Electrospinning merupakan salah satu teknologi yang digunakan dalam pembentukan serat material yang berukuran sangat kecil dalam orde mikrometer hingga nanometer. Teknologi electrospinning menggunakan aliran listrik tegangan tinggi direct current DC dalam orde belasan kilovolt kV yang digunakan untuk menghasilkan pancaran larutan suatu material polimer bermuatan listrik. Bagian utama alat electrospinning terdiri atas sumber tegangan tinggi DC, pompa polimer dan kolektor. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengembangan alat electrospinning yang dapat digunakan untuk pembuatan lapisan serat yang sangat kecil menggunakan material uji Polivinil Alkohol PVA . Sumber tegangan tinggi DC disusun dengan memanfaatkan flyback transformator. Pompa polimer digunakan untuk mengalirkan material polimer dengan kecepatan yang sangat rendah. Pompa polimer ini menggunakan tabung syringe untuk mengalirkan material polimer melalui sebuah jarum dengan diameter yang kecil syringe pump . Bagian kolektor menggunakan tipe plane plate collector yang didesain dapat bergerak 2 dimensi dengan capaian 5 cm x 5 cm. Pada tesis ini telah berhasil didapatkan prototipe alat electrospinning yang mampu menghasilkan tegangan tinggi hingga 21 kV, syringe pump yang dapat diatur pada flow rate yang sangat rendah, yaitu pada rentang 0,09 ml/jam hingga 3 ml/jam dan pergerakan plat kolektor telah mampu mencapai sejauh 5 cm x 5 cm. Karakterisasi uji morfologi terhadap produk serat yang dihasilkan menggunakan teknik Scanning Electron Microscope SEM . Hasil uji SEM pada pengaturan parameter PVA 10 , jarak ujung jarum suntik dengan kolektor 10 cm, dan flow rate 1,6 ml/jam menunjukkan bahwa serat halus dapat dicapai dengan diameter rata-rata 253,9 nm untuk tegangan 15 kV, sementara untuk tegangan 20 kV didapatkan diameter rata-rata 269,3 nm.

ABSTRACT
Electrospinning is one of technology to fabricate ultrafine nanofibers micrometer to nanometer . This technology uses a high voltage direct current DC above ten kilovolt kV to generate electrically charged jets from polymer solution. The major components of electrospinning system consist of high voltage, polymer pump and collector. This study aims to development of electrospinning prototype to fabricate nanofibers using Polyvinyl Alcohol PVA solution. In this study, flyback transformator is used as high voltage power supply. Polymer pump is used to push material polymer to get very low flow rate. The polymer pump uses a syringe tube containing a polymer material through a small diameter needle using a stepper motor syringe pump . Unit collector uses plane plate collector type which is designed to move 2 dimension with size of 5 cm x 5 cm. In this thesis, prototype of electrospinning has been obtained and capable to generate high voltage DC up to 21 kV, syringe pump can be arranged at very low flow rate, in the range of 0.09 ml hour to 3 ml hour and the movement of the collector plate has been able to reach 5 cm x 5 cm. Characterization morphology of the product by Scanning Electron Microscope SEM showed that ultrafine fibers have been successfully formed by this electrospinning prototype. The average diameter of fibers with PVA 10 , distance between needle tip and collector plate 10 cm, flow rate 1,6 ml hour and voltage 15 kV is 253,9 nm while the fibers diameter is found to be 269,3 nm for voltage 20 kV."
2017
T48503
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferizka Shalima Chaeruniza
"Penelitian mengenai mikroalga bukanlah hal yang baru dan sudah dilakukan oleh banyak peneliti. Saat ini, mikroalga telah terbukti dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang, mulai dari sebagai sumber pangan, kesehatan, kecantikan, biomaterial, hingga energi. Potensi mikroalga dan luasnya bidang pemanfaatan mikroalga menyebabkan biomassa mikroalga dibutuhkan dalam jumlah banyak. Untuk memperoleh biomassa mikroalga yang memadai, maka diperlukan desain fotobioreaktor yang tepat.
Aspek desain yang diteliti pada penelitian ini adalah aspek pencampuran zat karena aspek tersebut merupakan salah satu aspek yang berpengaruh secara dominan dalam produksi biomassa mikroalga. Pencampuran berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroalga karena melibatkan distribusi nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroalga. Mikroalga yang digunakan pada penelitian ini adalah Chlorella vulgaris.
Pada penelitian ini, penulis membandingkan produksi biomassa Chlorella vulgaris pada fotobioreaktor kolom gelembung dengan pencahayaan internal dengan tiga variasi laju alir udara yang berbeda, yaitu 8, 6, dan 4 L/menit. Kemudian, dilakukan pula analisis kandungan pigmen, lipid, dan protein untuk mengetahui kelayakan fotobioreaktor yang digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produksi biomassa mikroalga C. vulgaris melalui pengaturan laju alir udara. Didapatkan bahwa penggunaan laju alir udara 8 L/menit dengan kLa CO2 0,0062451 /menit dan ug 0,0194120 m/jam menghasilkan produksi dan produktivitas biomassa C. vulgaris yang paling tinggi yaitu produksi biomassa 0,345828 g/L, produktivitas biomassa per hari 0,1153 g/L.hari dan produktivitas biomassa per energi input 0,2180 g/W.hari.

Research on microalgae is not a new thing nowadays and has been conducted by many researchers. The utilization of microalgae potentials has been proven in many fields, in example food, health, cosmetic, biomaterial, and energy. The potential of microalgae and its broad field of utilization caused the need of microalgae biomass. In order to obtain satisfying amount of microalgae biomass, the design of photobioreactor for cultivating microalgae should be considered appropriately.
Design aspects considered in this research is the aspect of mixing, because mixing aspect can alter the production of microalgae biomass. Microalgae Chlorella vulgaris is used in this research.
In this research, production of microalgae biomass in internally illuminated bubble column photobioreactor with three different variation of air flow rate that are 8, 6, and 4 L minute are compared. The pigment, lipid, and protein content are also analyzed to test the feasibility of the photobioreactor used in this research.
The objective in this research is to determine the air flow rate that gives optimum yield of microalgae biomass. From this research, air flow rate of 8 L minute with kLa CO2 0.0062451 minute dan ug 0.0194120 m hour gives the maximum biomass production and biomass productivity of C. vulgaris that are 0.345828 g L of biomass production, 0.1153 g L.day of biomass productivity per day and 0.2180 g W.day of biomass productivity per energy input.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Uramanda
"Salah satu cara untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan faal paru adalah dengan cara mengukur arus puncak ekspirasi (APE) menggunakan peak flow meter. Salah satu faktor resiko yang menyebabkan penurunan nilai APE adalah merokok. Merokok dapat menyebabkan terjadinya bronkokontriksi pada saluran pernapasan. Selain merokok, faktor lain yang berperan dalam menurunkan risiko terjadinya penurunan kapasitas fungsi paru adalah kurangnya aktivitas fisik. Oleh karena itu penelitian untuk melihat efek gabungan merokok dan aktifitas fisik terhadap penurunan nilai APE diperlukan untuk mengkonfirmasi besar asosiasi keduanya dengan mempertimbangkan faktorfaktor contributory (potential confounder) yang juga berhubungan terhadap penurunan nilai APE. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sebanyak 8.823 responden pria 18-74 tahun menjadi sampel pada penelitian ini. Data diperoleh dari Indonesian family life survey 5(IFLS) dan dianalisis menggunakan uji Cox regresi. Penurunan nilai arus puncak ekspirasi lebih besar pada orang yang tidak merokok dan aktifitas fisik kurang,yaitu sebesar 1,26 kali serta perokok yang memiliki aktivitas fisik kurang sebesar 1,20 kali dibanding orang yang tidak merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup. Sedangkan pada orang yang merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup beresiko 0,84 kali protektif dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup dengan kata lain aktivitas fisik lebih berperan dibanding kebiasaan merokok. Pada orang yang memiliki kebiasaan merokok sebaiknya juga melakukan aktifitas fisik secara rutin agar resiko untuk terjadinya penurunan nilai arus puncak ekspirasi menjadi lebih kecil.

The One way to detect early pulmonary function disorders is by measuring peak expiratory flow (PEF) using a peak flow meter. One of the risk factors that causes decrease in the value of APE is smoking. Smoking can cause bronchoconstriction in the respiratory tract. In addition to smoking, other factors that play a role in reducing the risk of a decrease in lung function capacity are lack of physical activity. Therefore, research to see the combined effects of smoking and physical activity on the decline in APE values is needed to confirm the magnitude of the two associations by considering contributory factors (potential confounders) which also relate to decreasing APE values. This study uses cross-sectional design. A total of 8,823 male respondents 18-74 years were sampled in this study. Data was obtained from Indonesian family life survey 5 (IFLS) and analyzed using the Cox regression test. The decrease in peak expiratory flow values was greater in people who did not smoke and less physical activity, which amounted to 1,26 times and smokers who had less physical activity of 1.20 times compared to people who do not smoke and have enough physical activity. Whereas in people who smoke and have physical activity is 0.84 times protective compared to people who do not smoke and have enough physical activity in other words physical activity has more role than habit smoke. In people who have a smoking habit, they should also carry out regular physical activities so that the risk of decreasing the value of peak expiratory flow becomes smaller."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53932
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Rahmantiyo
"Latar Belakang: Lansia rentan terhadap penyakit gigi dan mulut maupun sistemik. Sampai saat ini, belum ada penelitian mengenai laju alir saliva (LAS) dan profil Candida sp pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Binaan Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Tujuan: mengetahui profil saliva dan Candida sp pada lansia di PSTW. Metode: Dilakukan pengukuran LAS dengan dan tanpa stimulasi pada subjek lansia. Kemudian sampel saliva tanpa stimulasi dikultur menggunakan media CHROMagarTM yang selanjutnya dilakukan identifikasi dan perhitungan koloni Candida sp. Hasil: Subjek yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 279 orang, yaitu 107 laki-laki, dan 172 perempuan. Sejumlah 160 subjek tidak memiliki penyakit sistemik, sedangkan subjek dengan 1, 2 dan ≥3 penyakit sistemik masing-masing adalah 70, 18 dan 31 subjek. Terdapat 226 subjek yang memiliki LAS normal dan 53 subjek hiposalivasi; 225 subjek memiliki LAS terstimulasi normal dan 74 subjek hiposalivasi.  Dari 48 sampel saliva ditemukan C. albicans, C. tropicalis, C. krusei, dan C. glabrata dengan 153, 84, 72, dan 100 koloni. Kesimpulan: Subjek penelitian ini didominasi oleh perempuan, kebanyakan subjek tidak memiliki penyakit sistemik dan tidak mengalami hiposalivasi. Candida albicans merupakan spesies yang paling sering ditemukan pada penelitian ini.

Background: Elderly is susceptible to systemic and oral disease. Until to now, there has been no research that discuss salivary flow rate (SFR) and Candida sp profiles in elderly at Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Binaan Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Objective: To determine the profiles of saliva and Candida sp in elderlies of PSTW. Methods: Stimulated and unstimulated SFR were measured. Then, unstimulated saliva samples were cultured using CHROMagarTM kit and the Candida colonies were counted and identified. Results: There were 279 elderly subjects composed of 107 males and 172 females. There were 160 subjects without systemic disease whereas subjects with 1, 2 and ≥3 systemic diseases were 70, 18, and 31 subjects respectively. There were 226 subjects with normal SFR and 53 hyposalivation subjects. Subjects with normal and hyposalivation in stimulated SFR were 53 and 74 subjects respectively. The saliva culture resulted with 153, 84, 72, and 100 colonies of C. albicans, C. tropicalis, C. krusei and C. glabrata. Conclusion:In this study, female subjects were dominant. Most subjects were without systemic disease and with normal SFR. Candida albicans was the most common species found in this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Gathmyr
"LATAR BELAKANG: Terbang dengan menggunakan pesawat yang memiliki kecepatan tinggi melebihi kecepatan suara (high performance air craft), yang mampu menghasilkan akselerasi +5Gz sampai +9Gz bahkan lebih terutama pada saat melakukan manuver, merupakan suatu tantangan tersendiri yang membutuhkan kepaiawaian dan sikap profesional. Banyak faktor yang mempengaruhi relaxed +Gz force tolerance seperti mean arterial pressure, hasil puncak ekspirasi dan posisi tubuh.
METODE: Desain penelitian adalah studi korelasi, yang dilakukan di Lakespra Saryanto Jakarta. Dengan menggunakan populasi semua bakal calon penerbang TNI AU dan subyek dipilih secara random sederhana, semua yang memenuhi kriteria inklusi diambil. Sampel yang diambil sebanyak 31 orang, data yang dikumpulkan berasal dari kuesioner, pencatatan human centrifuge. Hasil penelitian kemudian dilakukan uji statistik berupa analisis regresi inner untnk melihat pengaruh arus puncak ekspirasi terhadap relaxed+Gz force tolerance serta faktor faal yang berpengaruh.
HASIL: Rata-rata relaxed +G, -force tolerance 7,51 ± 0,71 G, selanjutnya beberapa faktor yang berpengaruh terhadap relaxed +Gr force tolerance antara lain arus puncak ekspirasi: koefisien regresi sebesar -0,358 dan kemaknaan p = 0,073; mean arterial pressure: koefisien regresi sebesar 0,047 dan kemaknaan p = 0,065, serta forced expiratory in 1 second: koefisien regresi sebesar 1,246 dan kemaknaan p = 0,012) dan yang paling dominan adalah-forced expiratory in l second.
KESIMPULAN: Relaxed ±Gz force tolerance dipengaruhi oleh arus puncak ekspirasi. Di samping itu relaxed G tolerance berkaitan pula dengan mean arterial pressure dan FEV1.

The Influence of Peak Expiratory Flow Rate to Relaxed +Gz Force Tolerance at Human Centrifuge Training in Pilot Candidates of Indonesian Air Force 2002BACK GROUND: Flying high performance fighter aircraft is a challenging and demanding profession which regularly imposes significant acceleration force on pilot, particularly during air combat maneuvering, in which +Gz level of +5 to ±9 G or more are frequently experienced. Relaxed +Gz force tolerance is influenced by mean arterial pressure, peak expiratory flow rate and body position.
METHODS: Correlation study design was chosen for this research in Lakespra Saryanto. Simple random sampling is used to choose the subject from all pilot candidates in the population. Thirty one subjects were selected consecutively according to inclusion criteria. Data collected from questionnaire, human centrifuge records. The results were analyzed by linear regression analysis to evaluate the influence of peak expiratory flow rate and relaxed +Gz tolerance, and other physiological factors which might influence the relaxed +Gz tolerance.
RESULTS: The mean value of relaxed +Crz tolerance was 7,51 ± 0,71G. Several factors that influence of relaxed +Gz tolerance was peak expiratory rate (regression coefficient - 0,358, p = 0,073); mean arterial pressure (regression coefficient =0,047, p = 0,065); forced expiratory volume in 1 second (regression coefficient 1,246, p = 0,012). The most dominant was forced expiratory volume in 1 second.
CONCLUSIONS: Relaxed +Gz force tolerance was influenced by peak expiratory flow rate, forced expiratory volume in 1 second and mean arterial pressure.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T11435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremia Immanuel Siregar
"ABSTRAK Latar Belakang: Skor kualitas hidup yang rendah pada pasien hemodialisis (HD) dikatakan berhubungan dengan peningkatan risiko mortalitas. Namun, belum ada penelitian yang melaporkan hubungan langsung antara laju aliran darah (Qb) dan skor kualitas hidup pada pasien HD dua kali seminggu.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara laju aliran darah (Qb) dengan skor kualitas hidup pada pasien-pasien yang menjalani hemodialisis kronik dua kali seminggu.
Metode: Penelitian potong-lintang ini dilakukan di Unit Hemodialisis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Pasien dengan gangguan fungsi luhur, chronic heart failure NYHA (New York Heart Association) kelas III-IV, buta, imobilisasi ketergantungan berat serta menolak ikut penelitian tidak diikutsertakan dalam penelitian. Pasien kemudian dibagi menjadi grup 1 (Qb > 250 ml/menit) dan grup 2 (Qb ≤ 250 ml/menit). Skor kualitas hidup dinilai menggunakan kuesioner KDQOL-SFTM, yang dibagi dalam skor fisik (PCS), mental (MCS) dan masalah terkait penyakit ginjal (KDCS). Hubungan antara Qb dan skor kualitas hidup dianalisis menggunakan metode chi-square serta regresi logistik untuk mendapatkan nilai rasio prevalensi (RP) yang adjusted.
Hasil: Sebanyak 132 pasien dimasukkan kedalam analisis penelitian. Nilai Qb digrup 1 memiliki hubungan dengan skor PCS ≥ 44 (RP 1,86; IK 95% 1,15-2,99), serta skor KDCS ≥ 52 (RP 1,41; IK 95% 1,03-1,92). Setelah analisis multivariat, nilai Qb digrup 1 masih berhubungann dengan skor PCS ≥ 44 (RP adjusted 1,87; IK 95% 1,15-2,51) dan skor KDCS ≥ 52 (RP adjusted 1,31; IK 95% 1,004-1,50).
Simpulan: Nilai Qb > 250 ml/menit memiliki hubungan yang signifikan dalam kualitas hidup fisik dan masalah terkait penyakit ginjal yang lebih baik pada pasien hemodialisis 2 kali seminggu.

ABSTRACT
Background. A low quality of life (QoL) score in hemodialysis (HD) patients was related to increased risk of mortality. However, there was no study reported the direct relationship between BFR and QoL in twice-weekly HD patients.
Objectives. To determine the relationship between blood flow rate and quality of life in twice-weekly hemodialysis patients.
Methods. This cross-sectional study was conducted at the Hemodialysis Unit in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Patients with neurocognitive impairment, chronic heart failure NYHA (New York Heart Association) class III-IV, blindness, immobilization with severe dependence and refused to participate were excluded in the study. Patients were divided into group 1 (BFR > 250 ml/min) dan group 2 (BFR ≤ 250 ml/min). The QoL was assessed using KDQOL-SFTM questionnaire, which was divided in physical (PCS), mental (MCS) and kidney disease-related (KDCS) scores. Relationship between BFR and QoL scores were analyzed using chi-square and logistic regression methods in order to determine adjusted Prevalence Ratio (PR).
Results. A total of 132 patients were included in the analysis. The BFR in group 1 was associated with PCS scores ≥ 44 (PR 1.86; 95% CI 1.15-2.99), as well as KDCS scores ≥ 52 (PR 1.41; 95% CI 1.03-1.92). After multivariate analysis, BFR values ​​of patients in group 1 were still associated with PCS scores ≥ 44 (adjusted PR 1.87; 95% CI 1.15-2.51) and KDCS scores ≥ 52 (adjusted PR 1.31; 95% CI 1.004-1.50).
Conclusion. The BFR values > 250 ml/min had a significant relationship for better physical and kidney disease-related quality of life in twice-weekly HD patients.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diandra Novita
"Mengkonsumsi minyak diasilgliserol (DAG) dapat mencegah akumulasi lemak dan obesitas. Penelitian ini meneliti tentang teknologi produksi minyak DAG satu tahap dari minyak kelapa sawit menggunakan kombinasi parsial hidrolisis dan parsial esterifikasi menggunakan biokatalis terimmobilisasi di dalam sebuah bioreaktor hollow fiber membran.
Hasil dari reaksi parsial hidrolisis digunakan sebagai umpan reaksi parsial esterifikasi untuk meningkatkan yield minyak DAG. Pengaruh konfigurasi arah aliran minyak dalam sintesis tidak signifikan. Semakin besar konsentrasi enzim yang digunakan, meningkatkan yield minyak DAG yang dihasilkan. Melalui studi laju alir minyak, diperoleh bahwa pada konsentrasi biokatalis 5 mg/mL dan laju alir optimum 0,05 mL/ dihasilkan minyak DAG dengan kemurnian 79,19%.

Consumption of Diacylglycerol (DAG) oil can prevent fat accumulation and obesity. This research investigated one step DAG oil production technology from palm oil by a combination of the partial hydrolysis and partial esterification reaction using immobilized biocatalyst in a hollow fiber membrane bioreactor.
The result of partial hydrolysis is used to be the feed of partial esterification reaction to increase the yield of DAG oil. The effect of configuration of oil flow direction in the synthesis process is not significant. Higher enzyme concentration increased the yield of DAG oil produced. Through the study of oil flow rate, obtained that by using 5 mg/mL biocatalyst concentration and 0,05 mL/s as optimum flow rate can produce 79,19% DAG Oil purity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51948
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>