Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hastri Dwi Kencana Putri Beno
"Dibandingkan dengan kompetitor langsung dan tidak langsung, Ayam Ulbid menawarkan ukuran saji yang lebih beragam (250 gr, 500 gr, 1 kg, bulk order). Dibandingkan dengan kompetitor langsung, Ayam Ulbid menawarkan varian rasa yang lebih beragam dan menjangkau berbagai selera (western, nusantara, dan oriental).
Dibandingkan dengan kompetitor langsung dan tidak langsung, Ayam Ulbid menerima pesanan jumlah besar (bulk order) melalui sistem pre-order.
Dibandingkan dengan kompetitor langsung dan tidak langsung, harga produk lebih murah dengan jumlah sajian yang lebih banyak. Weaknesses (Kelemahan)
Sumber daya manusia terbatas sehingga maksimum pesanan hanya 10 kilogram per hari (tidak termasuk pesanan pre-order) dan tidak memungkinkan untuk menerima pesanan dengan jumlah besar dalam waktu singkat
Belum memanfaatkan media digital dengan maksimal Masih mengandalkan word-of-mouth dari konsumen yang pernah membeli Belum terdaftar sebagai mitra/seller di berbagai platform pesan-antar makanan sehingga konsumen sulit menjangkau Ayam Ulbid jika dibandingkan dengan kompetitor yang sudah terdaftar di platform tersebut.
......Compared to direct and indirect competitors, Ayam Ulbid offers wider variety of serving sizes Compared to direct and indirect competitors, Ayam Ulbid offers more variety of flavors that covers various taste (western, Indonesian, oriental) Ayam Ulbid receives bulk orders through pre-order system Ayam Ulbid’s product prices are cheaper Weaknesses
The number of human resources is limited. Unoptimized use of digital media as marketing channel Still rely on word-of-mouth from past costumers
Not yet registered as seller on e-hailing platformOpportunities There are many digital media features that can be used to promote products The increase of buying food daringhabit Changes in people’s lifesyles that prioritize cleanliness and hygiene Threats There are many competitors who provide similar producst and have more resources "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Rahmadisia
"Sebagaimana banyaknya perushaan menggunakan merek mereka sebagai symbol yang bisa dipakai untuk melakukan hubungan langsung terhadap konsumen lokal maupun asing melalui identitas mereka dan kultur mereka. Etnosentris konsumen di Indonesia sudah beberapa kali diteliti oleh beberapa peneliti dan ditemukan bahwa Indonesia mempunyai level etnosentris konsumen dan identitas kultur yang menengah menuju tinggi, tetapi apabila kita melihat kasus kenyataan konsumsi barang impor bisa terlihat bertambah, ini adalah sebuah paradox yang terjadi dengan teori etnosentris konsumen dan identitas kultur.
Penelitian ini akan mencoba untuk menjelaskan mengapa fenomena ini terjadi, dengan meneliti etnosentris konsumen dan identitas kultur mahasiswa dan mahasiswi di Indonesia karena mereka adalah populasi yang paling terbuka dengan globalisasi, dan penelitian ini juga fokus terhadap merek makanan karena itu adalah salah satu merek yang sangat merepresentasikan kultur dan juga identitas sebuah negara, penelitian ini akan menjelaskan bagaimana etnosentris konsumen dan identitas kultur bukan lah hal paling dominan yang menentukan preferensi dan pembelian konsumen, yang juga di uji dengan ada nya ekuitas barang sebagai variabel moderasi.
......
With how firms uses their brands as symbols that can be used to connect to consumers through their identity and culture, and how consumer ethnocentrism has been studied multiple times in Indonesia either in their levels or their effect on certain brands, and how the government treats the mentality towards imported products, it is still a question of why in reality that imported brand consumption in Indonesia actually increases, this serves as a paradox to the theory of consumer ethnocentrism and cultural identity.
This study will try to explain on why does this phenomenon happen by focusing and analyzing consumer ethnocentrism and cultural identity of university students as they are the most exposed population to globalization to food brands in which can be said as the most representative brands to culture. This research explains that consumer ethnocentrism and cultural identity might not only be the strongest contributor to brand preference and actual brand purchase, which is also tested by the moderating variable of brand equity. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library