Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1985
362.2 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Keliat, Makmur
Jakarta: FIK-WHO, 2006
362.2 MOD
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Amin
"Skizofrenia merupakan salah satu contoh gangguan jiwa berat dan merupakan bentuk psikosis fungsional paling berat dan menimbulkan disorganisasi personalitas terbesar yang tidak mempunyai kontak dengan realita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran daerah tempat tinggal terhadap kejadian penyakit skizofrenia pada penderita gangguan jiwa yang dirawat inap di RS.Dr.Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007.
Hasil penelitian menemukan bahwa responden yang tinggal di perkotaan yang menderita penyakit skizofrenia sebanyak 155 orang (82.4%). Berdasarkan hasil analisis multivariat menunjukan bahwa penderita yang tinggal di perkotaan mempunyai resiko 3,22 kali untuk mengalami penyakit skizofrenia dibandingkan dengan yang tinggal di pedesaan, setelah dikontrol dengan tingkat pendidikan, yaitu dengan OR= 3,22 (CI; 1,99 - 5,46 ).

Schizophrenia is one of example of serious mental disorder and the most serious functional psychosis form and cause severest disorganization of personality which does not have any contact to reality.
This study aim to find out the role of residence area for schizophrenia disease to inpatient of mental disorder treated in Dr.Ernaldi Bahar Hospital South Sumatera Province year 2007.
Study result founds that respondent who live in the city area suffering schizophrenia as much as 155 people (82.4%). Based on multivariate analysis, it showed that sufferers who lived in city area have 3,22 times of risks to suffer schizophrenia disease compared with their counterparts in the village, after controlled by education level, with OR = 3,22 (CI; 1,99 - 5,46).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T28809
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Linda Dwi Novial Fitri
"Gangguan jiwa merupakan suatu bentuk perubahan yang meliputi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang disebabkan oleh berbagai faktor. Perubahan tersebut dimanifestasikan dalam bentuk perubahan fungsi kemampuan seseorang dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Pelayanan keperawatan kesenatan jiwa di komunitas (CMHN) merupakan program pelayanan primer yang memberikan pelayanan keperawatan secara langsug pada pasien dan keluarganya untuk meningkatan kemampuan fungsi pasien sehari-hari. CMHN telah dikembangkan di Aceh terutama oi Kabupaten Bireuen selama 2 tahun. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pelayanan CMHN dengan tingkat kemandirian pasien gangguan jiwa di Kabupaten Bireuen Aceh. Pendekatan kuantitatifi dengan desain cross sectional pada pogulasi 971 pasien dan sam pel sebanyak 179 pasien yang diperoleh dari 3 Puskesmas yaitu Jangka, Juli dan Peusangan dengan tehnik cluster sampling. Analisa statistik menggunakan multivariat regresi logistik berganda model prediksi.
Hasil penelitian diperoleh tingkat kemandirian pasien dengan self care adalah aktivitas sehari-hari 102 pasien (57%), aktivitas sosial 95 pasien (53%), pengobatan 109 pasien (60,9%); tingkatan total care adalah cara mengatasi masalah 80 pasien (44,7 5) dan diperoleh faktor yang paling dominan berhubungan dengan tingkat kemandirian pasien adalah pendidikan dan tempat berobat pasien dengan p value = 0,036. Pendekatan kualitatif dengan studi fenomenologi dilakukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengalaman pasien gangguan jiwa yang telah mencapai kemandirian. Wawancara dilakukan pada 5 orang partisipan yang berasal dari Puskesmas jangka hasil kualitatif diperoleh dua tema yang berhubungan dengan tingkat kemandirian pasien yaitu faktor internal (harapan untuk sembuh, makna kesembuhan, manfaat adanya kegiatan sistem keyakinan) dan faktor eksternal (dukungan emosional, dukungan sosial, pengobatan). Rekomendasi hasil penelitian Puskesmas terus melanjutkan pelayanan CMHN untuk meningkatkan kemandirian pasien."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T22869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metty Widiastuti
"Di Indonesia diperkirakan 1% - 2% penduduk atau sekitar dua sampai empat juta jiwa mengalami masalah kesehatan jiwa. Gangguan jiwa tidak langsung berdampak terhadap kematian, tetapi akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan keluarga seperti timbulnya masalah finansial, ketakutan, perasaan bersalah, rasa malu, gangguan aktivitas sehari-hari, gangguan hubungan sosial dan gangguan fisik. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa perlu memadia, Salah satu caranya adalah terapi keluarga triangles. Terapi keluarga triangles adalah terapi keluarga yang dilakukan dengan melibatkan keluarga, klien dan petugas kesehatan untuk menyelesaikan masalah keluarga.
Tujuan penelitian: menjelaskan pengaruh terapi triangles terhadap kemampuan pengetahuan dan psikomotor keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Metode penelitian: quasi eksperimen dengan penerapan terapi triangles. Analisis yang digunakan dependen dan independent sample t-Test, dan chi-square. Penelitian dilakukan di RSJ Bandung terhadap 48 klien yaitu 24 orang mendapat terapi keluarga triangles dan 24 orang tidak mendapat terapi keluarga triangles.
Hasil penelitian ditemukan bahwa terapi triangles meningkatkan kemampuan pengetahuan dan psikomotor keluarga secara bermakna. Kemampuan pengetahuan dan psikomotor keluarga yang mendapat terapi keluarga triangles lebih tinggi secara bermakna daripada keluarga yang tidak mendapatkan terapi keluarga triangles.
Rekomendasi hasil penelitian terapi keluarga triangles dijadikan Salah satu terapi spesialis pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T22877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen kesehatan, 1978
616.890 231 IND p (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arsyad Subu
"ABSTRAK
Salah satu efek stigmatisasi gangguan jiwa adalah perilaku kekerasan yang dilakukan oleh penderita terhadap orang orang di sekitarnya termasuk keluarga, perawat dan masyarakat. Sebaliknya, penderitamengalamikekerasan dari keluarga, masyarakat dan profesional keperawatan. Penelitian ini bertujuan memahami dampak stigmatisasi dalam hubungannya dengan perilaku kekerasan terhadap penderita; serta untuk mengetahui perilaku kekerasan yang dilakukan oleh penderita terhadap orang lain. Penelitian ini menggunakan Constructivist Grounded Theory. Metode pengumpulan data termasuk wawancara semi-terstruktur, dokumen reviw, catatan lapangan, dan memo. Analisis data menggunakan metode Paillé. Perilaku kekerasan adalah efek stigmatisasi termasuk kekerasan diri sendiri dan kekerasan terhadap keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan.Kekerasan fisik juga dialami penderita dari orang lain. Dampak stigmatisasi dimanifestasikan dengan perilaku kekerasan yang dilakukan oleh penderita, keluarga, staf rumah sakit, masyarakat, dan aparat.Hasil temuan ini relevan untuk para perawat jiwa yang memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien perilaku kekerasan.Penelitian lanjut diperlukan untuk melihat perspektif keluarga, masyarakat dan staf pemerintah terkait stigma dengan perilaku kekerasan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
610 JKI 19:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Octiani Eka Hapsari
"ABSTRAK
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang sebenarnya dapat terjadi pada siapa saja. Diperkirakan satu dari 100 penduduk dunia menderita skizofrenia.
Menurut situs British Columbia Schizophrenia Society, penyakit ini biasanya
muncul pada usia 16-25 tahun. Namun pada perempuan umumnya Iebih lambat,antara 20-30 tahun (Kompas, 28 Januari 2002).
Di Indonesia, jumlah penderita skizofrenia juga cukup besar. Data
menunjukkan bahwa gangguan jiwa ini diderita oleh 6-I9 orang per 1000
penduduk. Jika jumlah seluruh penduduk Indonesia saat ini sudah mencapai 200 juta jiwa maka tak kurang dari 2 juta penduduk Indonesia menderita skizofrenia
(Kompas, 28 Januari 2002) dan 60% lebih penghuni RS Jiwa di Indonesia adalah
penderita skizofrenia.
Skizofrenia memiiiki simtom (gejala) utama gangguan pada pikiran, emosi
dan tingkah laku. Gangguan pikiran berupa ide-ide atau pikiran-pikiran yang tidak
secara logis saling berhubungan; gangguan emosi berupa emosi yang datar dan tidak sesuai situasi serta toleransi stress yang rendah dalam hubungan interpersonal; dan gangguan tingkah laku berupa tingkah laku yang aneh (bizarre)
Karakteristik diatas dapat diukur melalui alat diagnostik yang sudah ada,
Salah satunya dengan tes Rorschach. Tes Rorschach merupakan salah satu tes proyeksi yang terdiri dari 10 kartu inkblot, dimana subyek diminta untuk
menyebutkan gambar apa yang ada dalam kartu tersebut. Tujuan utama dari
tehnik ini adalah mengukur struktur kepribadian dengan penekanan pada
bagaimana individu membangun pengalamannya (cognitive strucmring) dan arti
yang diberikan pada pengalaman persepsi mereka (thematic imagery) (Weiner,1994, dalam Groth-Marnat, 1999).
Salah satu ahli yang mengembangkan tes Rorschach antara lain adalah
Bruno Klopfer dan Douglas G. Kelley. Dalam bukunya yang berjudul The
Rorschach Technique (1946), Klopfer dan Kelley membahas tentang tanda-tanda
dementia precox. Mereka mengumpulkan penelitian-penelitian dari berbagai ahli
dan menggabungkannya dalam suatu daftar yang memuat berbagai macam skor yang merupakan indikasi dari dementia praecox, yang kemudian hari disebut Skizofrenia.
Pada penelitian ini ingin diketahui apakah tanda-tanda skizofrenia yang disusun oleh Klopfer & Kelley (1946) memang dijumpai pada kasus-kasus yang
telah mendapatkan diagnosis skizofrenia, khususnya skizofrenia paranoid.
Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah peneliti ingin
mengembangkan Tes Rorsehach sebagai salah satu alat diagnostik yang bisa
memprediksi gangguan skizofrenia khususnya skizofrenia paranoid berdasarkan 20 tanda-tanda skizofrenia yang disusun oleh Klopfer & Kelley.
Penelitian seperti ini pernah dilakukan Sebelumnya oleh Jeanette Murad,Irene Farich, Augustine Rizal, Mira Rumeser, dan Farida Lestira Subarja pada
tahun 1983-1984. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa tanda-tanda
skizofrenia yang dikemukakan oleh Klopfer & Kelley (1946) tidak seluruhnya menunjukkan kesuaian dengan hasil analisis yang mereka lakukan pada penderita
skizofrenia di Jakarta Pada salah satunya sarannya, mereka menyebutkan
pentingnya pengelompokan yang spesifik pada penderita skizofrenia karena
masing-muing sub tipe memiliki ciri menonjol yang berbeda dan kemungkinan
mereka menampilkan reaksi yang berbeda pula terhadap kartu. Dengan sampel
yang homogen diharapkan kesimpulan yang diambil bisa lebih pasti.
Penelitian ini lebih bersifat eksploratif. Cara yang dipakai adalah dengan
membandingkan tanda-tanda skizofrenia yang telah disusun oleh Klopfer & Kelley (1946) dengan hasil tes Rorschach dari penderita skizofrenia paranoid di
RSAL Dr Mintoharjo dan RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian ini juga ingin
mengetahui tanda-tanda skizofrenia mana saja yang memiliki persentase sedang (25%-50%) dan tinggi (lebih dari 50%). Hasil analisis ini kemudian dibandingkan
dengan hasil analisis Murad, et. Al (1983). Hasil dari penelitian ini diharapkan
bisa memberikan hipotesa yang lebih jelas dari penelitian sebelumnya. Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah protokol Rorschach yang diambil
oleh mahasiswa yang sedang mengambil pendidikan profesi psikolog di Bagian
Psikologi Klinis Universitas Indonesia, periode tahun |994 s.d. 2002.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa tanda-tanda skizofrenia yang
diajukan oleh Klopler & Kelley tidak seluruhnya menunjukkan kesesuaian dengan
hasil analisis dari 30 penderlta skizofrenia paranoid di Jakarta. Dari 20 tanda, ada 12 tanda yang bisa dikatakan cukup indikatif untuk skizofrenia. Ada 4 tanda yang
dianggap cukup sesuai (lebih dari 50%) dengan tanda-tanda skizofrenia yang diajukan oleh Klopfcr & Kelley dan ada 8 tanda yang menunjukan presentase
yang cukup tinggi (25%-50%). Tanda-tanda lainnya juga ditemui pada penderita skizofrcnia yang paranoid, tapi dalam jumlah yang sangat sedikit (dibawah 25%).
Hasil analisis Murad. et.a|. (1983) menyebutkanbahwa dari 20 tanda-landa
skizofrenia, hanya ada 7 tanda-tanda yang cukup sesuai dengan tanda-tanda
skizofrenia yang diajukan oleh Klopfer & Kelley. Adanya perbedaan hasil analisis
penelitian ini dengan hasil penelitian Murad et.al. (l983), mungkin dipengaruhi
oleh pemilihan sampel yang lebih spesilik dari penelitian sebelumnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38408
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>