Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Nazli Mahdinasari
"Latar Belakang : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas merupakan gangguan neurodevelopmental dengan prevalensi global sekitar 5-12%. Anak dengan GPPH sering menghadapi masalah dalam fungsi akademik dan sosial, yang dapat memicu gangguan lainnya. Karena prevalensinya yang cukup tinggi dan dampaknya yang signifikan, penegakan diagnosis yang akurat merupakan hal yang penting. Secara umum, diagnosis ditegakkan melalui wawancara psikiatri, observasi, dan skala penilaian oleh orang tua atau guru. Namun, laporan dari orang tua atau guru cenderung bersifat subjektif, dan gejala mungkin tidak selalu muncul saat pemeriksaan status mental tergantung kepada adaptasi anak terhadap dokter dan pengamatan yang berlangsung. Untuk mengatasi kelemahan ini, banyak studi telah mengeksplorasi penggunaan teknologi untuk menghasilkan tes diagnostik yang objektif. Salah satu teknologi yang sedang dikembangkan adalah alat diagnostik berbasis Virtual Reality (VR). Saat ini sudah mulai dikembangkan alat diagnostik GPPH berbasis VR. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana performa diagnostik alat diagnostik GPPH berbasis VR yang ditelaah melalui tinjauan sistematik. Metode : Penelusuran artikel dilakukan sesuai dengan alur pada bagan PRISMA melalui tujuh mesin pencarian data yaitu : Pubmed, Cochrane, EBSCOhost, Proquest, Sage Journals, Scopus dan Emerald Insight. Hasil : Hasil penelusuran mendapatkan 510 artikel yang kemudian dilakukan penapisan dan telaah didapatkan tiga artikel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penilaian hasil kualitas studi pada ketiga artikel tersebut didapati risiko bias yang rendah. Kualitas studi terhadap domain seleksi pasien didapatkan dua artikel dengan risiko rendah dan satu artikel dengan risiko tinggi. Penilaian hasil kualitas studi pada uji indeks, refrensi standar, alur dan waktu didapatkan risiko rendah. Pada poin “Penerapan” ketiga artikel didapatkan risiko yang rendah. Melalui tinjauan sistematik, alat diagnostik GPPH berbasis VR memiliki nilai sensitivitas berkisar 68% hingga 80% (dengan tingkat yang sedang) dan spesifisitas berkisar 75% hingga 100% (dengan tingkat yang baik). Kesimpulan : Melalui tinjauan sistematik ini, alat diagnostik GPPH berbasis VR merupakan alat penunjang yang baik dalam membantu menegakkan diagnosis GPPH pada anak dan remaja.

Background : Attention Deficit Hyperactivity Disorder is a neurodevelopmental disorder with a global prevalence around 5-12%. Children with ADHD have difficulties in academic and social functioning, which can lead to other mental disorders. The high prevalence rate and the resulting impact necessitate an accurate diagnosis. Generally, diagnosis is established through psychiatric interviews, observations, and rating scales by parents or teachers. However, reports from parents or teachers tend to be subjective, and symptoms may not always appear during mental status examinations, depending on the child's adaptation to the doctor and the observation process. Therefore, the use of technology is needed to produce objective diagnostic test. One such technology being developed is Virtual Reality diagnostic tools. Objective : This study aims to evaluate the diagnostic performance of virtual reality diagnostic tool for ADHD through a systematic review. Method : The article search was conducted following the PRISMA flowchart through seven data search engines: PubMed, Cochrane, EBSCOhost, ProQuest, Sage Journals, Scopus, and Emerald Insight. Result : The search results yielded 510 articles, which were then screened and reviewed, resulting in three articles that met the research objectives. The quality assessment of these three studies showed a low risk of bias. In the domain of patient selection, two articles had a low risk and one article had a high risk. The quality assessment for the index test, reference standard, flow, and timing showed a low risk. On the “Applicability concern”, all three articles had a low risk. Through a systematic review, virtual reality diagnostic tool for ADHD have shown a sensitivity ranging from 68% to 80% (with a moderate level) and a specificity ranging from 75% to 100% (with a good level). Conclusion : Virtual reality diagnostic tool for ADHD is an assessment tool to adjunct ADHD diagnosis in children and adolescent."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puri Ayu Arditi
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas refleks primitif pada anak usia 4-12 tahun dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) dan tanpa GPPH serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini bersifat deskriptif dimana refleks yang dinilai adalah refleks Moro, asymmetric tonic neck reflex (ATNR), symmetric tonic neck reflex (STNR), tonic labyrinthe reflex (TLR), dan spinal Galant. Hasil yang ditemukan adalah banyak anak dengan GPPH ditemukan refleks primitif, terutama ATNR. Faktor-faktor yang mempengaruhi GPPH adalah pendidikan orangtua, pekerjaan ayah, pola asuh, kemiskinan, kesehatan ibu saat mengandung, dan paparan rokok. Diharapkan refleks primitif dijadikan sebagai pemeriksaan rutin pada anak sebelum memasuki usia sekolah.

ABSTRACT
Focus of the study was to describe primitive reflexes in 4-12 years old children with and without attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) and influenced factors in ADHD emerging. It was descriptive research. Five reflexes were valued that were oro refex, asymmetric tonic neck reflex (ATNR), symmetric tonic neck reflex (STNR), tonic labyrinthe reflex (TLR), dan spinal Galant. Results noted primitive reflexes could be found in ADHD, mainly ATNR. Parent?s education, father?s occupation, parenting, poverty, mother?s health in pregnancy, cigarette?s exposure related to persistence of primitive reflexes. We recommend primitive reflexes should be early physical assessment in children before entry school age, Focus of the study was to describe primitive reflexes in 4-12 years old children with and without attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) and influenced factors in ADHD emerging. It was descriptive research. Five reflexes were valued that were oro refex, asymmetric tonic neck reflex (ATNR), symmetric tonic neck reflex (STNR), tonic labyrinthe reflex (TLR), dan spinal Galant. Results noted primitive reflexes could be found in ADHD, mainly ATNR. Parent’s education, father’s occupation, parenting, poverty, mother’s health in pregnancy, cigarette’s exposure related to persistence of primitive reflexes. We recommend primitive reflexes should be early physical assessment in children before entry school age]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lintuuran, Rivo Mario Warouw
"Latar Belakang: Belum ada hubungan konsisten antara kadar seng dalam serum dengan gangguan fungsi eksekutif pada anak dengan GPPH. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan rerata kadar seng dalam serum pada anak GPPH dengan gangguan fungsi eksekutif, tanpa gangguan fungsi eksekutif and anak non GPPH, dan korelasi antara kadar seng dalam serum dengan fungsi eksekutif pada anak GPPH.
Metode: Penelitian ini adalah studi potong-lintang dengan kontrol. Sembilan puluh anak dari dua Sekolah Dasar di Jakarta diambil secara acak sebagai subjek penelitian yang dibagi dalam 30 anak GPPH dengan gangguan fungsi eksekutif, 30 anak GPPH tanpa gangguan fungsi eksekutif, dan 30 anak non GPPH. Kadar seng dalam serum diperiksa dengan metode Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrophotometry. Fungsi eksekutif didapatkan melalui pemeriksaan BRIEF versi bahasa Indonesia. Analisis data menggunakan SPPS for Windows versi 20.
Hasil: Dari seluruh subjek penelitian, 75% mengalami defisiensi seng. Ditemukan 60% anak GPPH dengan gangguan fungsi eksekutif memiliki kadar seng tidak normal. Rerata serum seng pada anak GPPH dengan gangguan fungsi eksekutif adalah 59.40 g/dL, pada anak GPPH tanpa gangguan fungsi eksekutif adalah 55.36 g/dL, dan pada anak non GPPH adalah 52.93 g/dL. Tidak ada perbedaan bermakna pada rerata serum seng antara tiga kelompok (p = 0.119). Korelasi antara kadar seng pada anak GPPH dengan fungsi eksekutif adalah r=0.128.
Kesimpulan: Kadar seng dalam serum tidak berhubungan secara langsung dengan gangguan fungsi eksekutif, namun diduga berhubungan dengan gejala klinis GPPH. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui lebih jelas hubungan antara seng dalam serum dengan fungsi eksekutif pada anak dengan GPPH.

Background: It was assumed that there might be association between serum zinc level and executive function in children with ADHD. This study aimed to identify mean differences between serum zinc in ADHD children with executive dysfunction, without executive dysfunction, and non ADHD children, and to find correlation between serum zinc level and executive function in children with ADHD.
Method: This was a cross-sectional study with control group. Ninety children from two elementary schools in Jakarta were randomly selected as research subjects. They were categorized into ADHD children with executive dysfunction (n=30), ADHD children without executive dysfunction (n=30), and non ADHD children (n=30). Serum zinc was analyzed using Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrophotometry method. Executive function was examined using BRIEF-Indonesian version. Data was analyzed using SPSS 20 for Windows.
Result: Seventy five percent of research subjects experinced zinc deficiency. Meanwhile, 60% of children with ADHD suffered from zinc deficiency. There was no significant difference in mean serum zinc between ADHD children with executive dysfunction, without executive dysfunction, and non ADHD children (59.40 g/dL vs. 55.36 g/dL vs. 52.93 g/dL, p=0.119). The coefficient correlation between serum zinc level and executive function in ADHD children was 0,128.
Conclusion: Serum zinc level might not associate directly with executive dysfunction, however it might link with clinical symptoms of ADHD. Further study needs to be done in order to obtain a more clear understanding of serum zinc and executive function in children with ADHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridwan El Muhaimin
"Latar Belakang : Gangguan Pemusatan Perhatian/ Hiperaktivitas (GPPH) merupakan gangguan psikiatrik yang sering dijumpai dan diduga terkait dengan gangguan fungsi eksekutif serta defisiensi mikronutrien salah satunya zat besi (feritin). Feritin diperkirakan terkait dengan fungsi eksekutif pada GPPH dalam aktivitasnya pada sistem dopaminergik.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara kadar feritin dalam serum dan fungsi eksekutif pada anak dengan GPPH.
Metode : Desain penelitian ini adalah potong lintang memakai data sekunder, membandingkan rerata kadar feritin dalam serum 22 anak GPPH dengan gangguan fungsi eksekutif , 22 anak GPPH tanpa fungsi eksekutif, dan 22 anak Sehat yang berusia 6-12 tahun. Uji Kruskal Wallis digunakan untuk mengetahui perbedaan yang bermakna diantara ketiga kelompok tersebut dan uji analisis Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui perbedaan bermakna pada kelompok anak GPPH. Penegakkan diagnosis GPPH memakai Mini-International Neuropsychiatric Interview-kid (MINI KID), Gangguan Fungsi Eksekutif ditentukan dengan Behavior Rating Inventory of Executive Function versi Bahasa Indonesia (BRIEF-BI).
Hasil : Nilai rerata feritin dalam serum sebesar 48,4 ng/mL pada kelompok anak GPPH tanpa gangguan fungsi eksekutif, sebesar 43,5 ng/mL pada kelompok anak GPPH dengan gangguan fungsi eksekutif, serta sebesar 44,0 ng/mL pada kelompok anak sehat. Dari uji Kruskal Wallis Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara rerata kadar feritin pada kelompok anak GPPH tanpa gangguan fungsi eksekutif, kelompok anak GPPH dengan gangguan fungsi eksekutif, dan kelompok anak sehat (p > 0,05). Tidak didapatkan perbedaan yang signifikan juga antar kelompok GPPH dengan uji Mann-Whitney (p >0,05).
Kesimpulan : Pada penelitian ini tidak didapatkan adanya perbedaan rerata kadar feritin dalam serum antara GPPH dengan gangguan fungsi eksekutif, GPPH tanpa gangguan fungsi eksekutif, dan anak Sehat yang secara statistik signifikan. Diperlukan studi lebih lanjut untuk melihat peran feritin pada aktivitas dopaminergik otak pada anak GPPH.

Background : Attention Deficit/ Hiperactivity Disorders (ADHD) is a common psychiatric disorder and associated with impaired executive function as well as one of micronutrient deficiencies such iron (ferritin). It has been suggested that ferritin was associated with executive function in ADHD trough activity on the dopaminergic system.
Objectives : To find the relationship between ferritin serum levels and executive function in children with ADHD.
Methods : This study is cross-sectional using secondary data, comparing the mean levels of ferritin serum in 22 ADHD children with impaired executive function, 22 ADHD children with normal executive functions, and 22 healthy children aged 6-12 years. Kruskal Wallis test was performed to determine significant differences among the three groups and Mann-Whitney test analysis test was performed to determine significant differences between ADHD group. The diagnosis of ADHD was diagnosed by MINI KID, while executive function were assessed with BRIEF-Indonesian version.
Results : Mean values obtained in ferritin serum was 48.4 ng / mL in ADHD children with normal executive function, 43.5 ng / mL in ADHD children with impaired executive function, and 44.0 ng / mL in healthy children . With Kruskal Wallis test analysis, there were no significant differences between ferritin serum levels in the group of ADHD children with normal executive function, ADHD children with impaired executive function, and a group of healthy children (p > 0.05). There were also no significant differences between ADHD group with mann-Whitney test analysis (p >0.05).
Conclusions : In this study, there has been found no statistical significant differences in ferritin serum levels between ADHD with impaired executive function, ADHD with normal executive function, and healthy children. Further study is needed to look at the role of ferritin in dopaminergic activity within the brain of ADHD children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Ari Wiweka Nanda
"ABSTRACT
Latar Belakang: Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas GPPH merupakan kelainan kronis yang ditandai dengan ketidakmampuan berkonsentrasi, hiperaktivitas, dan impulsif. Prevalensi GPPH pada siswa SD di Jakarta tahun 2004 sebesar 26,2 dan diduga berhubungan dengan dengan perolehan prestasi akademis siswa di sekolah. Tujuan: Mengetahui hubungan antara GPPH dengan prestasi akademis siswa sekolah dasar. Metode: Studi case control dilakukan terhadap 372 siswa SD Kenari 01,03, dan 05 pada periode tahun ajaran 2015-2016. Hasil: Berdasarkan analisis data, didapatkan 107 28,8 siswa SD mengalami GPPH dan sebanyak 265 70,2 tidak mengalami GPPH. Terdapat 188 49,5 siswa mendapatkan nilai dibawah rata-rata dan 186 50,5 siswa mendapatkan nilai diatas rata-rata. Pada uji chi square, terdapat hubungan bermakna antara GPPH dan prestasi akademis dengan nilai signifikansi.

ABSTRACT
Background Attention deficit hyperactivity disorder is a chronic disorder ADHD characterized by inability to concentrate, hyperactivity, and impulsivity. Prevalence ADHD on elementary students in Jakarta in 2004 is about 26.2 and related to academic achievement in school. Aim To find relation between ADHD with academic achievement in elementary students. Methods Case control study was done involving 372 elementary students in SD Kenari 01, 03, 05 on school year 2015 ndash 2016. Results According to data analyzing, there were 107 28.8 elementary school students have ADHD and 265 70.2 of elementary school students did not have ADHD. There were 188 49.5 students get academic underachievement and other 186 50.5 students got higher academic achievement. By using chi square test, there was correlation statistically between ADHD and academic achievement with significance point p 0.001. Conclusion ADHD is related with academic achievement on elementary students with odds ratio 2,1. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinaldo Indra Rachman
"ABSTRAK
Dampak Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas GPPH terhadap Kualitas Tidur Siswa Sekolah Dasar Abstrak Latar Belakang: Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas adalah kelainan kronik neurobehavioral yang sering terjadi pada anak usia sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara GPPH dengan penurunan kualitas tidur anak. Metode: Studi case-control dilakukan terhadap 386 anak usia sekolah di SDN Kenari 01, 03, dan 05 Pagi Jakarta. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia SPPAHI yang diisi oleh orangtua dan guru dan kuesioner Skala gangguan tidur untuk anak SDSC yang diisi oleh orangtua pada Januari-Februari 2016. Hasil: Sebanyak 34 31,5 anak dengan GPPH mengalami kualitas tidur tidak baik, sedangkan 74 68,5 diantaranya mengalami kualitas tidur baik. Pada kelompok anak GPPH negatif 37 13,8 mengalami kualitas tidur tidak baik, sedangkan 231 86,2 mengalami kualitas tidur baik. Secara statistik, terdapat hubungan bermakna antara GPPH dengan kualitas tidur p

ABSTRACT
Correlation Between Attention Deficit Hyperactivity Disorder and Sleep Quality on Elementary School Students Abstract Background Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD is a chronic neurobehavioral disorder, which is caused by several factors including genetic and environmental factor. The objective of this study is to determine the correlation between ADHD and sleep quality. Method Case control study of 387 elementary school children in Kenari 01, 03, and 05 Elementary School Jakarta was performed from July 2015 until May 2016. This study was conducted by giving questionnaires. Parents filled in Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia SPPAHI and Sleep Disturbance Scale for Children SDSC questionnaire, whereas teachers fill in SPPAHI questionnaire only. Result Out of all subjects, 34 31.5 ADHD elementary school students have poor sleep quality, whereas 74 68.5 have good sleep quality. In ADHD negative children 37 13.8 have poor sleep quality, whereas 231 86.2 have good sleep quality. Statistically, there is a correlation between ADHD and sleep quality p 0.001, chi square test with an odds ratio score 2.869. Conclusion There is a correlation between ADHD and sleep quality in elementary school student. Keywords Attention Deficit Hyperactivity Disorder, Sleep Quality, elementary school student, SPPAHI, SDSC"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library