Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eva Fathul Karamah
Abstrak :
Proses pemisahan dengan membran mempunyai keunggulan dari sisi sosial, ekonomi, teknis dan lingkungan, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih murah, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan tidak memerlukan ruang instalasi yang besar. Metode ini dapat menjadi pilihan pada perolehan hidrogen dari purge gas pada pabrik ammonia. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk proses perolehan hidrogen dengan menggunakan membran adalah dengan memanfaatkan membran metal komposit, seperti membran Keramik/Nikel. Membran jenis ini mempunyai beberapa kelebihan dibanding membran polimer organik, terutama dalam kestabilan termal dan kimiawinya sehingga pada pengoperasiannya mempunyai daya tahan yang sangat baik terhadap temperatur tinggi. Penelitian ini mengkaji penggunaan membran metal komposit Keramik/Nikel pada proses pemisahan campuran gas H2 atau hidrokarbon dan N2. Sintesis lapisan aktif nikel pada penyangga keramik dilakukan dengan metode presipitasi dengan urea dan metode impregnasi, yang dilanjutkan dengan mereduksi oksida nikel menjadi logamnya di dalam reaktor pereduksi. Membran Keramik/Nikel yang dihasilkan, diuji kinerjanya dengan menentukan permeabilitas gas H2 dan N2 dan selektivitas pemisahan gas H2 dan N2 untuk kondisi ideal pada tekanan operasi umpan 4 - 9 bar dan suhu ruang. Selain itu ditentukan pula selektivitasnya pada kondisi aktual untuk memisahkan campuran gas H2/N2 dengan komposisi 71.794% H2 dan 28.206% N2 serta karakteristiknya terhadap beberapa parameter (tekanan dan fraksi umpan yang permeat). Pengujian dilakukan pada sel permeasi yang dirancang berdasarkan standar ASTM 1434-82. Untuk menguji keberhasilan proses deposisi (pelapisan) logam, dilakukan karakterisasi membran, yaitu dengan AAS dan SEM. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan permeabilitas dan selektivitas pada membran keramik/nikel dibandingkan dengan membran keramik tanpa lapisan nikel, untuk kedua jenis metode pelapisan. Kenaikan tekanan umpan menyebabkan penurunan harga selektivitas pada membran keramik/nikel yang dilapis dengan metode presipitasi, sedangkan pada membran hasil pelapisan dengan metode impregnasi selektivitasnya berfluktuasi. Nilai selektivitas ideal tertinggi untuk membran keramik dicapai pada tekanan 4 bar, yaitu sebesar 2.706. Membran keramik/nikel yang dilapis dengan metode presipitasi nilai selektivitas tertingginya adalah 4.23, dan juga dicapai pada tekanan 4 bar. Sedangkan membran keramik/nikel yang dilapis dengan metode impregnasi memiliki selektivitas tertinggi sebesar 4,09 yang dicapai pada tekanan 6 bar. Selektivitas aktual pada kedua jenis membran akan menurun apabila fraksi umpan yang permeat (stage cut) dinaikkan, dan penurunnya akan lebih tajam pada tekanan yang lebih tinggi. Selektivitas aktual terbaik pada membran keramik, yaitu sebesar 1.689 dicapai pada tekanan 4 bar dengan stage cut sebesar 0.0995, sedangkan untuk membran keramik/nikel hasil pelapisan dengan presipitasi selektivitas aktual terbaiknya sebesar 3.043, juga pada tekanan 4 bar, dan dengan stage cut sebesar 0.0858. Membran keramik/nikel hasil pelapisan dengan impregnasi memiliki selektivitas aktual terbaik sebesar 2,833, pada tekanan 4 bar, dengan stage cut sebesar 0,1004. Hasil karakterisasi AAS menunjukkan bahwa persentase loading logam nikel yang dicapai untuk membran keramik/nikel hasil pelapisan dengan metode presipitasi adalah 0,0220% sedangkan untuk metode impregnasi sebesar 0,0233%.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Arandityo Narutomo
Abstrak :
ABSTRAK Elektrolisis adalah suatu proses penguraian senyawa air menjadi gas hidrogen dan gas oksigen. Gas hidrogen hasil elektrolisis air diharapkan mampu memberikan dampak yang positif terhadap kinerja motor bakar 4 langkah. Gas hidrogen hasil elektrolisis air tersebut dapat digunakan untuk bahan bakar tambahan sehingga penggunaan bahan bakar fosil diharapkan dapat dikurangi. Penggunaan gas hidrogen juga diharapkan mampu memperbaiki kualitas pembakaran di dalam ruang bakar sehingga emisi gas buang yang dihasilkan menjadi lebih baik. Pemasukan gas hidrogen ke dalam ruang bakar juga merupakan faktor yang vital untuk memperbaiki kinerja motor bakar. Pemasukan gas hidrogen dilakukan baik menggunakan injektor hidrogen maupun mixer hidrogen. Hasil pengujian secara eksperimental kemudian divalidasi menggunakan sumber referensi yang didapat dari jurnal yang berkaitan dengan topic penelitian yang dilakukan. Validasi dilakukan untuk menjelaskan dan menjawab fenomena yang terjadi terhadap hasil eksperimen yang telah dilakukan sehingga dapat dilihat trend yang terjadi sehingga dapat dianalisis dan diambil kesimpulan.
ABSTRACT Electrolysis is a process that can break chemical bonding of water into hydrogen and oxygen. Hydrogen, the result of electrolysis process, is expected giving positive impact in 4 stroke combustion engine performance. Hydrogen from electrolysis process can be used as additive fuel so it can reduce fossil fuel utilization. Hydrogen utilization is also expected improving combustion quality in combustion chamber so exhaust emission is better. Hydrogen injection to combustion chamber is the important factor to improve 4 stroke engine performance. Hydrogen injection uses either hydrogen injector or hydrogen mixer so hydrogen flow can be entered into intake manifold. Then the experimental results will be validated using international journal and the other references. Validation is important to explain the phenomena in combustion chamber based on experimental data after hydrogen addition so that can be analysed and the conclusion can be drawn.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T31331
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arandityo Narutomo
Abstrak :
Elektrolisis adalah suatu proses penguraian senyawa air menjadi gas hidrogen dan gas oksigen. Gas hidrogen hasil elektrolisis air diharapkan mampu memberikan dampak yang positif terhadap kinerja motor bakar 4 langkah. Gas hidrogen hasil elektrolisis air tersebut dapat digunakan untuk bahan bakar tambahan sehingga penggunaan bahan bakar fosil diharapkan dapat dikurangi. Penggunaan gas hidrogen juga diharapkan mampu memperbaiki kualitas pembakaran di dalam ruang bakar sehingga emisi gas buang yang dihasilkan menjadi lebih baik. Parameter gas buang pada reaksi pembakaran dapat dilihat dari kadar karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrokarbon (HC), dan oksigen (O2). Selanjutnya, penggunaan gas hidrogen juga diharapkan mampu memperbaiki performa dari motor bakar. Performa motor bakar dapat dilihat dari brake horse power (BHP) dan Torsi mesin.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S70330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha Rona Basa
Abstrak :
ABSTRACT
Dalam proses pengecoran aluminium, suhu leleh yang tinggi dapat meningkatkan kelarutan gas hidrogen dalam logam cair, oleh karena itu pembentukan porositas gas selama pemadatan aluminium tidak dapat dihindari dan menyebabkan kelemahan utama pada sifat mekanik. Metode yang paling umum untuk mengurangi porositas gas dalam produk casting adalah degassing. Dalam studi ini proses degassing konvensional dilakukan menggunakan tablet degasser berdasarkan NaNO3 dan NaF, dengan variasi tablet degasser menggunakan komposisi tambahan KCl atau NH4Cl. Al-Si12 dilebur pada suhu 750 oC kemudian degasser dimasukkan ke dasar tungku dan ditahan selama tiga menit kemudian logam cair dituangkan ke dalam cetakan pada suhu 690 oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan tablet degasser dapat mengurangi porositas gas dan meningkatkan sifat mekanik produk casting. Dengan membandingkan variasi tablet degasser, penggunaan tablet degasser dengan penambahan NH4Cl menghasilkan produk casting dengan kandungan porositas gas terendah sekitar 0,04% dan sifat mekanik tertinggi, termasuk kekuatan tarik pamungkas hingga 203,414 MPa, nilai dampak 0,641 Nilai J / mm2 dan kekerasan sekitar 73.667 BHN. Tablet degasser dengan penambahan NH4Cl dianggap paling cocok dalam casting Al-12Si, karena senyawa tersebut menguap pada 520 oC yang sesuai dengan suhu leleh Al-12Si sehingga lebih efektif dalam membentuk gelembung untuk mengikat gas hidrogen dari aluminium cair.
ABSTRACT
In the aluminum casting process, high melting temperatures can increase the solubility of hydrogen gas in liquid metals, therefore the formation of gas porosity during aluminum compaction is unavoidable and causes major weaknesses in mechanical properties. The most common method for reducing gas porosity in casting products is degassing. In this study the conventional degassing process was carried out using a degasser tablet based on NaNO3 and NaF, with a variation of the degasser tablet using an additional composition of KCl or NH4Cl. Al-Si12 is melted at 750 oC then the degasser is put to the bottom of the furnace and held for three minutes then the molten metal is poured into a mold at 690 oC. The results showed that using a degasser tablet can reduce gas porosity and improve the mechanical properties of the casting product. By comparing variations of degasser tablets, the use of degasser tablets with the addition of NH4Cl results in casting products with the lowest gas porosity content of around 0.04% and the highest mechanical properties, including ultimate tensile strength up to 203,414 MPa, impact value 0.641 J / mm2 value and hardness around 73,667 BHN . Degasser tablets with the addition of NH4Cl are considered to be the most suitable in casting Al-12Si, because the compound evaporates at 520 oC which corresponds to the melting temperature of Al-12Si so that it is more effective in forming bubbles to bind hydrogen gas from liquid aluminum.
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Fitriani
Abstrak :
Gas hidrogen (H2) merupakan bahan bakar alternatif yang dapat diproduksi oleh mikroorganisme melalui fermentasi memanfaatkan limbah organik. Penelitian bertujuan mengetahui produksi H2 menggunakan kultur campuran mikroorganisme dengan substrat limbah biodiesel. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri BPPT Serpong selama lima bulan (Maret--Juli 2006). Produksi H2 dalam limbah biodiesel dilakukan secara fermentasi gelap pada 37o C selama 72 jam oleh kultur campuran Bacillus megaterium MS 961, Bacillus stearothermophilus DSM 22, dan Enterobacter aerogenes AY-2 serta kultur tunggal E. aerogenes AY-2 sebagai kontrol. Penggunaan kultur campuran pada substrat gliserol murni menghasilkan H2 (2,24 mol H2/mol gliserol) dan etanol lebih banyak dibandingkan kultur tunggal (1,93 mol H2/mol gliserol), sedangkan produksi asam laktat dan 2,3-butandiol lebih sedikit. Penggunaan kultur campuran pada substrat limbah biodiesel menghasilkan H2 (1,8251 mol H2/mol gliserol), akan tetapi hasil tersebut lebih sedikit dibandingkan kultur tunggal (1,8619 mol H2/mol gliserol). Pengukuran metabolit lain menunjukkan kultur campuran memproduksi etanol lebih sedikit tetapi memproduksi asam laktat dan 2,3-butandiol lebih banyak dibandingkan kultur tunggal. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa H2 dapat diproduksi menggunakan kultur campuran dengan substrat limbah biodiesel, walaupun produksi H2 tersebut lebih kecil dibandingkan kultur tunggal.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S31422
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichwan Sangiaji Rangga Syakirrullah
Abstrak :
Gas hidrogen merupakan energi terbarukan yang dapat menggantikan energi fosil sebagai bahan bakar. Hidrogen memiliki nilai kalor hampir 4 kali lebih besar dibandingkan gas alam dan bensin. Namun sayangnya, dalam pengembangannya terdapat masalah dalam penyimpanannya. Solusi terkini yang dikembangkan adalah penyimpanan dengan metode adsorpsi (adsorptive storage). Penelitian ini menggunakan adsorben komersil jenis aligned carbon nanotube (ACNT) yang memiliki keseragaman ukuran dan volum pori yang membuat kapasitas penyimpanan menjadi lebih besar. Sebagai pembanding penelitian ini menggunakan adsorben lokal jenis carbon nanotube biasa. Kemampuan adsorben dalam menyimpan hidrogen akan diuji dalam 3 rentang temperatur isotermal yaitu 10, 20 dan 30°C, dengan masing-masing temperatur isotermal akan diuji pada rentang tekanan 0-1000 psia. Hasil penelitian menunjukan kapasitas adsorpsi adsorben lokal lebih rendah dibandingkan dengan adsorben komersial. Pada tekanan tertinggi adsorpsi sekitar 1000Psi dan temperatur isotermal terendah adsorpsi yaitu 10°C, kapasitas adsorpsi adsorben lokal sebesar 0,182%-wt atau 1,14 mmol hidrogen per gram adsorben sedangkan adsorben komersil sebesar 0,465%-wt atau 2,91 mmol hidrogen per gram adsorben.
Hydrogen is a renewable energy which can substitute fossil energy as fuels. In addition, hydrogen has heating values almost 4 times higher than natural gas and gasoline. Unfortunately, hydrogen faces a difficulty when it will apply as an energy source. To overwhelm these circumstances, hydrogen is stored by adsorptive storage method. This experiment utilize commercial adsorbent named aligned carbon nanotubes which provide void size uniformity and make hydrogen will be stored in high quantity than before. As a comparison, this experiment also utilizes randomly arranged carbon nanotubes (local adsorbent). The capability of ACNT to store hydrogen will be tested in 3 range isothermal temperature, they are 10, 20 and 30°C, and each temperature will be experimented in range of pressure from 0-1000 Psi. Storage capacity of local adsorbent is lower than commercial adsorbent. In highest adsorption pressure 1000 Psi and lowest isothermal temperature 10°C, adsorption capacity of local adsorbent is 0,182%-wt or 1,14 mmol hydrogen per gram of local whereas for commercial adsorbent is 0,465%-wt or 2,91 mmol hydrogen per gram of adsorbent.
Depok: Universitas Indonesia, 201
S59782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Hakim Yanewati
Abstrak :
Crude Palm Oil (CPO) dapat diproses melalui pirolisis menghasilkan bio-oil yang membutuhkan upgrading untuk mengubah bio-oil menjadi biofuel salah satunya melalui hidrodeoksigenasi (HDO). Penelitian lanjut mengenai pengaruh tekanan gas hidrogen (H2) terhadap reaksi HDO dengan komponen umpan olahan CPO serta pirolisat Polypropylene (PP) termal dilakukan untuk meningkatkan pemahaman komprehensif terhadap variabel reaksi HDO pada produksi biofuel dengan metode umpan gas H2 dan pelarut yang berbeda. HDO katalitik campuran 50% Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) dan 50% pirolisat PP termal- juga berperan sebagai pelarut- dengan katalis Ni-Cu/ZrO2 dilakukan pada variasi tekanan 8-14 bar gas H2 menggunakan reaktor hidrogenasi self-induced impeller. Katalis Ni-Cu/ZrO2 hasil preparasi penelitian berukuran mesopori dengan ukuran kristal 33,95 nm, luas permukaan spesifik 8,04 m2/g, dan konsentrasi situs basa sebesar 0,38 mmol/g memiliki stabilitas termal yang rendah serta interaksi Ni dengan metal-oxide lemah karena keberadaan pengotor dan Ni-Cu yang kurang terimpregnasi pada pengemban ZrO2. Tekanan gas H2 memengaruhi perubahan komposisi ke arah biodiesel dengan peningkatan komposisi alkana dan olefin serta penurunan komposisi sikloalkana, alkohol, asam karboksilat, dan keton sepanjang 10 - 14 bar gas H2 di samping keberadaan data outlier pada 8 bar gas H2. Yield fraksi cair maksimal 55-65% dengan peningkatan yield solid campuran wax dan sludge dari komponen umpan serta penurunan yield NCG seiring peningkatan tekanan gas H2 didapatkan. Rasio komponen PP dan RBDPO sebagai umpan pada reaksi HDO menghasilkan yield biofuel tertinggi pada 50% PP dan 50% RBDPO. Keuntungan kemampuan dispersi partikel gas H2 pada self-inducing impeller reaktor HDO tidak dapat menanggulangi rendahnya solubilitas gas H2 pada pelarut pirolisat PP termal. ......Crude Palm Oil (CPO) can be processed through pyrolysis to produce bio-oil which requires upgrading to convert bio-oil into biofuel, one of which is through hydrodeoxygenation (HDO). Further research on the effect of hydrogen gas pressure (H2) on HDO reactions with processed CPO feed components and thermal Polypropylene (PP) pyrolyzate was carried out to improve a comprehensive understanding of HDO reaction variables in biofuel production with H2 gas feed methods and different solvents. The catalytic HDO mixture of 50% Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) and 50% thermal PP pyrolyzate- also acts as a solvent- with a Ni-Cu/ZrO2 catalyst carried out at a pressure variation of 8-14 bar H2 gas using a self-induced impeller hydrogenation reactor. The Ni-Cu/ZrO2 catalyst as a result of the research preparation is mesoporous with a crystal size of 33.95 nm, a specific surface area of ​​8.04 m<2/g, and a base site concentration of 0.38 mmol/g. It has low thermal stability and the interaction of Ni with metal. -oxide is weak due to the presence of impurities and poorly impregnated Ni-Cu on the support. The pressure of H2 gas affects the composition change towards biodiesel by increasing the composition of alkanes and olefins and decreasing the composition of cycloalkanes, alcohols, carboxylic acids, and ketones along 10 - 14 bar of H2 gas in addition to the presence of outlier data at 8 bar of H2 gas. Maximum liquid fraction yield is 55-65% with an increase in yield of solid mixture of wax and sludge from the feed component and a decrease in NCG yield as H2 gas pressure increases. The ratio of PP and RBDPO components as feed in the HDO reaction resulted in the highest biofuel yields at 50% PP and 50% RBDPO. The advantage of H2 gas particle dispersion ability in the self-inducing impeller of the HDO reactor cannot overcome the low solubility of H2 gas in the thermal PP pyrolyzate solvent.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifa Nuraini Noviana
Abstrak :
ABSTRAK
Material karbon aktif berbahan dasar batubara berukuran nanometer dan submikrometer dikembangkan untuk menghasilkan material penyimpan hidrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas perlakuan mekanokimia dan karakteristik material yang dihasilkan. Perlakuan mekanokimia dilakukan dalam kondisi kering dimana rasio sampel : KOH sebesar 1:1 dan dilakukan selama 1 jam. Kemudian karbon yang telah dilakukan mekanokimia, dibentuk pelet dengan penambahan pengikat yang mengandung fruktosa, glukosa, dan oligo. Beberapa pengujian seperti PSA, BET, SEM, dan XRD dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari material karbon aktif termasuk pengujian kapasitas penyerapan gas hidrogen. Reduksi ukuran partikel karbon aktif mencapai 98,9 % setelah dilakukan penggilingan bola planetari. Penyerapan gas hidrogen karbon aktif pelet dari batubara bituminus empat kali lebih tinggi dari karbon aktif granular pada temperatur -5 oC dan 25 oC.
ABSTRACT
Coal-based activated carbon materials with nanometer and submicrometer-sized were developed to produce a hydrogen storage material. This research aimed to study the effectiveness of mechanochemical treatment and the characteristics of materials which have been produced. Mechanochemical treatment was done in dry condition where the ratio of sample : KOH was 1:1 and performed for 1 hour. Then carbons which have been done with mechanochemical treatment, will be formed into pellets with the addition of binder which contains fructose, glucose, and oligo. Some tests such as PSA, BET, SEM, and XRD performed to determine the characteristics of activated carbon materials including hydrogen adsorption capacity testing. Particle size reduction of activated carbon reached 98.9 % after planetary ball milling. The adsorption of hydrogen gas of pelletized activated carbon from bituminous coal was four times higher than granular activated carbon at temperature of -5 oC and 25 oC.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1259
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Latifa Nuraini Noviana
Abstrak :
Material karbon aktif berbahan dasar batubara dikembangkan untuk menghasilkan material penyimpan hidrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas perlakuan mekanokimia yang diikuti dengan pemanasan temperatur tinggi pada batubara kadar rendah dan karakteristik material yang dihasilkan dari proses tersebut. Proses karbonisasi dilakukan untuk meningkatkan kadar fixed carbon pada material batubara. Perlakuan mekanokimia dilakukan dalam kondisi kering dengan rasio sampel : KOH sebesar 1:4 dan dilakukan selama 4 jam. Kemudian material yang telah dilakukan mekanokimia, dipanaskan pada temperatur 750 oC ditahan selama 75 menit dalam kondisi inert. Beberapa pengujian seperti proksimat, BET, FESEM, dan XRD dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari material karbon aktif termasuk pengujian kapasitas penyerapan gas hidrogen. Reduksi ukuran partikel material mencapai 62 % setelah dilakukan proses mekanokimia dengan ukuran partikel rata-rata sebesar 25 µm. Peningkatan luas permukaan (mencapai 333 %) dan total volum pori (mencapai 170 %) terjadi pada material yang telah diaktivasi. Penyerapan gas hidrogen pada material yang telah diaktivasi empat kali lebih tinggi dari material awal, pada temperatur -5 oC dan 25 oC. ......Coal-based activated carbon materials were developed to produce hydrogen storage materials. This research aimed to study the effectiveness of mechanochemical treatment which was followed by high temperature heating of low rank coal and the characteristics of materials which have been produced by the process. Carbonisation was done to increase fixed carbon value of the coal. Mechanochemical treatment was done in dry condition with the ratio of sample and KOH was 1:4 and performed for 4 hours. Then materials which have been done with mechanochemical treatment, were heated up to the maximum temperature of 750 oC which were then held constant for 75 minutes in inert condition. Some tests such as proximate, BET, FESEM, and XRD performed to determine the characteristics of activated carbon materials including hydrogen adsorption capacity testing. Particle size reduction of materials reached 62 % after mechanochemical treatment with the average particle size of 25 µm. Increased in surface area (up to 333 %) and total pore volume (up to 170 %) occurred in activated materials. The hydrogen adsorption of activated carbon materials were four times higher than non-activated materials (initial materials), at temperature of -5 oC and 25 oC.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrya Alfandi, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Hidrogen sulfida merupakan gas beracun yang terkandung pada instalasi produksi associated gas suatu industri eksplorasi minyak dan gas. Skripsi ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan semi kuantitatif menggunakan data sekunder perusahaan dan literature serta observasi lapangan yang kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak Areal Location Hazardous Atmosphere (ALOHA). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui konsekuensi yang terjadi berdasarkan jangkauan dispersi gas, dan populasi berisiko terpajan dari skenario kebocoran instalasi produksi associated gas yang sudah dirancang. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa skenario worst case (ruptur dan tidak terkendali) pada pipa gas berukuran 10 inch memiliki dispers gas paling luas. Dalam satu jam, dispersi gas H2S terjauh dengan AEGL-1 0.51 ppm (60 min) mencapai 3.6 km dengan populasi berisiko mencakup penduduk yang tinggal di sekitar area station produksi PT. X. Selain itu didapatkan gambaran pengetahuan populasi berisiko terpanajan mengenai bahaya kebocoran gas serta gambaran sistem keselamatan kebocoran gas yang tersedia di PT.X
ABSTRACT
Hydrogen sulfide is a toxic gas that is contained on the installation of associated gas production of an oil and gas exploration industry. This thesis is a descriptive study with a semi-quantitative approach using secondary data from the company, literature and field observations. Then, these data are analyzed using the software Areal Location of Hazardous Atmosphere (ALOHA). The purpose of this study was to determine the consequences that occur based on the range of gas dispersion, and population at risk to exposed of leakage scenarios that have been designed at the associated gas production installations. The results of this study found that the worst case scenario (uncontrolled rupture) in a 10 inches gas pipeline has the most extensive gas dispersion. Within an hour, the farthest H2S gas dispersion with AEGL-1 0.51 ppm (60 min) reached 3.6 km with a population at risk include people living in the surrounding area of production station. Moreover, other results from this study were the level of knowledge from population at risk about the dangers from gas leaks and gas leaks safety systems overview that available in PT.X.
Universitas Indonesia, 2014
S54963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>