Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saiful Amri
Abstrak :
ABSTRAK
Tingginya heterogenitas penduduk perkotaan membuat tidak semua golongan masyarakat terwadahi, sehingga muncul fenomena kelompok subkultur. Fokus penelitian ini adalah kelompok subkultur dalam bentuk geng. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik identitas geng, karakteristik teritori geng, dan hubungan keduanya. Untuk mengetahui fenomena keruangan geng di Kecamatan Johar Baru, penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan komparatif . Variabel yang digunakan adalah karakteristik anggota geng, tujuan geng, aktifitas geng, sifat teritori, penandaan tempat, dan lokasi yang ditempati. Hasil penelitian menunjukan bahwa geng yang bersifat ekonomis dan mayoritas status kependudukan anggotanya merupakan pendatang, memiliki karakteristik wilayah teritori yang menempati lokasi sumber ekonomi terdekat, bersifat tertutup, dan melindunginya. Geng yang memiliki tujuan yang bersifat non-ekonomi dan mayoritas status kependudukan anggotanya merupakan warga asli, memiliki karakteristik wilayah teritori yang tidak menempati lokasi sumber ekonomi, bersifat terbuka dan mengutamakan pada kegiatan kumpul anggota meskipun dekat dengan sumber ekonomi
ABSTRACT
The high heterogeneity of urban population makes not all of the community groups are accommodated, so it appears the phenomena of subculture groups. This study focused on the Gangs as the subculture groups. The purpose of this study was to determine the characteristics of gang identity, characteristics of gang territory and relations between them. To determine spatial phenomena of the gangs in Kecamatan Johar Baru, this study used qualitative descriptive and comparative method. The variables used are the characteristics of gang members, the purpose of gang, gang activity, the nature of the territory, place marks, and the occupied location. The result showed that the gangs that is economical and the majority of the residence status of its members are migrants, have characteristic of territory that occupies the location of the closest economic resources, is closed, and protect it. The gangs that have noneconomic goals and the majority of residence status of its members are native, have the characteristics of territory that does not occupy the location of economic resources, is open and prioritize the group gathering despite being close to the economic resources
2016
S65504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yopie Indra Prasetya Sepang
Abstrak :
Tesis ini, membahas masalah efektifitas penerapan pasal 169 KUHP melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) di wilayah hukum Polres Bandung, dalam menangani kasus geng motor. Keefektifan pasal 169 KUHP ini sengaja dibahas karena sebelumnya kepolisian di wilayah kabupaten Bandung seperti mampu menangani kejahatan geng motor, meskipun tindakan-tindakan hukum telah dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. yaitu dengan melakukan wawancara tidak terstruktur agar informan tidak merasa seperti diwawancarai, sehingga akan memeperoleh hasil wawancara yang maksimal. Kajian kepustakaan menggunakan teori strategi pencegahan kejahatan, pencegahan kejahatan situasional, teori peran dan teori konflik serta konsep koordinasi. Melalui penelitian dan hasil analisis, penulis menyimpulkan bahwa setelah terbitnya Surat Keputusan bersama (SKB) maka kepolisian mendapat legitimasi penuh untuk menerapkan pasal 169 KUHP. Kemudian dengan langkah-langkah sosialisasi ke berbagai pilar penting dalam penanggulangan kejahatan geng motor tersebut, serta tindakan preventif yang diambil oleh Kapolres Bandung semakin memperlihatkan keefektifan pasal 169 KUHP sebagai pasal pokok dalam penanggulangan geng motor. Hal tersebut terlihat dengan tidak adanya aktifitas geng motor sama sekali dan adanya pembubaran geng motor di kabupaten Bandung. ......The thesis, analises the affectiveness of the implementation of article 169 Indonesian Criminal Code through Mutual Decree (SKB) of Related Institusion in Bandung resort police area in handling a case of motorcycle gang. The affectiveness of this article 169 Indonesian Criminal Code is deliberately discussed since prior to it the police of Bandung area seemed have not been able in handling the motorcycle gang crimes, even though several law actions have been implemented. The research uses the qualitative research method with phenomenology approach. Unstructured interviews were used to know other people experiences, therefore the informant does not have the feeling that he/she is being interviewed to get a maximum result. The library study was used to dig theories on crime prevention strategy, situational crime prevention, role theory and conflict theory, and coordination concept. Through the writer research and the analysis the fact of findings, concluded that after the issuance of Mutual Decree (SKB) the police has a full legitimate power to enforce article 169 Indonesian Criminal Code. Then with socialization steps to all releted institutions motorcycle gang crime, has been prevented by the head of resort police Bandung, and of article 169 Indonesian Criminal Code has been effective in handling the motorcycle gang. It is proven by the disappearance of motorcycle gang activities and the dissolution of motorcycle gang in Bandung District.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T30181
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S7006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Latifah
Abstrak :
ABSTRAK
Bullying merupakan masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah di seluruh dunia. Karakteristik anak dapat mempengaruhi kerentanan anak untuk mengalami kejadian bullying di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui hubungan antara karakteristik anak seperti usia, kelas, jenis kelamin, dan kecenderungan berkelompok dengan kejadian bullying di sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini melibatkan 60 orang anak yang duduk di kelas empat dan lima di SD X. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik acak stratifikasi. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 65% anak pernah mengalami kejadian bullying. Kejadian bullying diketahui tidak berhubungan dengan usia maupun tingkatan kelas anak. Akan tetapi, kejadian bullying ini berhubungan dengan perbedaan jenis kelamin serta kecenderungan anak dalam berkelompok (geng). Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dalam penyusunan program-program anti-bullying di sekolah.
ABSTRACT
Bullying is now widely recognized as a major problem among elementary school childrens. Individual characteristics that present on school age children can be predisposition factors that contributes into bullying incidence.This study aims to determine the correlation between school age children?s characteristics and bullying incidence at school. The method that used in this study was descriptivecorrelative method with point time approach (cross sectional) and involved 60 students in fourth and fifth grade at SD X. Sampling technique that used in this study was stratified random sampling. Results of this study showed that that 65% students at SD X was involved with bullying and there is not relationship between child?s age and grades with bullying incidence. However, result of this study shows that gender differences and preference of being in groups (gang) related to bullying incidence at school. Therefore, school institution should have antibullying programmes in order to reduces bullying incidence at school.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43718
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Panaji Suryo Saputro
Abstrak :
Tesis ini membahas analisis intelijen strategis dalam menanggulangi kekerasan geng pelajar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Fenomena geng dalam terjadinya kekerasan pelajar student violence merupakan bagian dari kekerasan remaja youth violence , bahkan kekerasan yang lebih luas di masyarakat. Analisis intelijen strategis adalah alat yang esensial dalam pengembangan penegakkan hukum secara modern baik untuk kebijakan, perencanaan ataupun program-programnya, hal ini disebabkan karena peranan penting dari intelijen strategis adalah mendukung pencapaian tujuan secara strategis dan praktis. Analisis intelijen strategis digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh berbagai hasil analisa yang berguna bagi para pemangku kepentingan untuk memahami karakteristik dari geng pelajar, sehingga segala upaya pencegahan dan penanggulangannya mampu menyentuh ke akar permasalahan. Dari penelitian ini didapat penejelasan mengenai karakteristik geng pelajar, pola pembentukan dan kegiatan geng pelajar pelaku kekerasan dan rumusan bentuk penanggulangan kekerasan geng pelajar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
This thesis discusses strategic intelligence analysis of student gang violence countermeasure in Special Region of Yogyakarta Province. The gang phenomenon in the occurrence of student violence is part of youth violence, even wider violence in the community. Strategic intelligence analysis is an essential tool in the development of law enforcement in modern both for its policies, plans or programs, this is because the important role of strategic intelligence is to support the achievement of objectives strategically and practically. Strategic intelligence analysis is used in this research to obtain various useful analysis results for stakeholders to understand the characteristics of the student gang, so that all prevention and mitigation efforts can touch to the root of the problem. From this research, there is a description of the characteristics of student gangs, the pattern of formation and activities of student gangs of violent actors and the formulation of gang violence in Special Region of Yogyakarta Province.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasto Atmojo Suroyo
Abstrak :
Pasca 1998, kekerasan kolektif horisontal di Indonesia meningkat, tidak hanya distribusi, tetapi juga frekuensi, dan kualitasnya. Walaupun peristiwa kekerasan kolektif lebih termotivasi oleh isu-isu primordial, tapi sebenarnya ada kepentingan ekonomi sebagai dorongan atau motivasi di baliknya. Dalam konteks yang terjadi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, khususnya di Jakarta, sebagian besar kekerasan kolektif banyak dilakukan oleh organisasi masyarakat berbasis primordial, seperti etnik atau agama. Kembang Latar, sebagai salah satu organisasi berbasis etnik Betawi, tidak dapat dipisahkan dari dinamika dan pertumbuhan Jakarta sebagai ibu kota dan pusat pertumbuhan ekonomi Soliditas dan solidaritas Kembang Latar sebagai organisasi kemasyarakatan meningkat, seiring dengan kompetisi antar kelompok. Kekerasan banyak dilakukan sebagai bentuk reaksi atas ketersingkiran mereka dalam mengakses sumber-sumber ekonomi yang terbatas. Selain itu, kekerasan juga dilakukan untuk mempertahankan eksistensi organisasi serta untuk memperoleh sumber daya ekonomi yang terbatas. Kembang Latar telah berubah dari geng menjadi kejahatan terorganisasi, sejalan dengan perspektif teoritis Transisi Kontinum Geng menjadi Kejahatan Terorganisasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan beberapa orang Narasumber. Untuk menjelaskan fenomena digunakan kelompok teori: (1) prosesual; (2) struktural; dan (3) konflik. Sedangkan, analisis transformasi geng menjadi kejahatan terorganisasi didasarkan pada perspektif teoritik Transisi Kontinum dari Geng menjadi Kejahatan Terorganisir. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Kembang Latar sering kali menggunakan kekerasan kolektif untuk melindungi “wilayah kekuasaan”, dan akses ke sumber daya ekonomi dengan strategi pembentukan geng menjadi organisasi kemasyarakatan. Kembang Latar telah berkembang dari geng melalui proses transformasi kontinum menjadi organized crime, yang mengambil bentuk Organisasi Kemasyarakatan. ......Post1998, horizontal collective violence in Indonesia increase, not only the distribution, but also its frequency, and its quality of hardness. Eventhough collective violence events more motivated by primordial issues, but actually there are economic interests drives or motivations behind. In the context of collective violence that occurred in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi, especially in Jakarta, most of occasions are carried out collectively by the primordial-based community organizations, such as ethnicity or religion. Kembang Latar, as one of the Betawi ethnic-based organization, can not be separated from the dynamics and growth of Jakarta as the capital city and a center of economic growth. Along with the process of urbanization of Jakarta solidity and solidarity Kembang Latar Organization intensified its competition as a result of the defeat in accessing economic resources are limited. In addition, the patterns of violence carried out to maintain the existence of the organization as well as to obtain limited economic resources. Kembang Latar has been transformed from a gang toward an organized crime as underlined by theoretical perspective of Continuum Transition of Gang into Organized Crime. The research methode used was a qualitative approach and the data collection was conducted through in-depth interviews with several resourche persons. To process the data collected using the group theory analysis: (1) the processual; (2) structural; and conflict. Analysis of the transformation of a gang toward an organized crime was based on theoretical perspective of Continuum Transition of a Gang into Organized Crime. This study resulting the conclusion that Kembang Latar oftenly using collective violence to protect solidity and solidarity, territory, and access to economic resources with gang formation strategies and community organizations. The development of Kembang Latar obviously a proccess of its transformation from a gang to be an organized crime.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi makna diri anggota geng motor, pengharapan anggota geng motor akan diri yang ideal, dan dinamika pembentukan makna diri geng motor yang meliputi latar belakang komunikasi dengan keluarga, sesama anggota geng motor, dan lingkungan sekitar mereka. Kejahatan geng motor selalu meresahkan masyarakat karena kebrutalannya dalam merusak dan membunuh korban tanpa alasan yang jelas. Pola kejahatannya sama, yaitu dengan mengendarai sepeda motor, mereka merusak dan merampok mini market atau mengejar korban yang tidak bersalah, melukai atau bahkan membunuhnya. Melalui wawancara mendalam terhadap sembilan informan, penelitian ini mencoba membangun realitas geng motor di Kota Bandung. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebelum bergabung dengan geng motor, mereka melihat dirinya biasa saja, namun setelah bergabung dengan geng motor mereka merasa diri “pang aingna”. Anggota geng motor secara kognitif sebenarnya menyadari kalau diri yang ideal adalah menjadi “pemuda baik-baik” seperti yang diharapkan masyarakat. Namun, interaksi dengan teman-teman dalam geng motornya membuat mereka berperilaku “ideal” versi kelompok itu. Selain itu, tidak sepenuhnya benar anggapan tentang anggota geng motor berasal dari keluarga “broken home” namun, komunikasi dalam keluarga memang sangat minim.
384 JKKOM 1:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Odilia Vidore Septianingrum
Abstrak :
Klitih merupakan fenomena kenakalan anak yang melibatkan geng anak. Kenakalan ini masih dapat ditemukan hingga saat ini, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dalam mengkaji bagaimana fenomena klitih masih terjadi, meskipun telah dilakukan berbagai tindakan untuk menghentikanya. Penelitian ini membahas aktivitas geng anak dengan menggunakan perspektif kriminologi budaya untuk menjawab bagaimana anak dapat menjadikan klitih sebagai budaya serta bagaimana budaya tersebut dipelajari. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara, observasi serta studi data sekunder untuk mempelajari fenomena Klitih. Dengan menggunakan Social Learning Theory Akers sebagai konsep teori, penelitian ini juga membahas mengenai keterkaitan lower class terhadap geng anak. Dengan demikian, hasil penelitian menjelaskan bahwa teman sebaya memiliki peran besar dalam melakukan transmisi budaya kepada anak, sehingga anak mampu mempelajari bentuk kenakalan seperti klitih. Selain itu kondisi anak dengan status lower class memiliki kemungkinan besar untuk tergabung dalam geng anak sebagai akibat dari kesamaan budaya di antara keduanya. ......Klitih is a phenomenon of child delinquency involving child gangs. This delinquency can still be found today, so further research is needed to examine how the klitih phenomenon still occurs, even though various actions have been taken to stop it. This research discusses child gang activity using a cultural criminology perspective to answer how children can make klitih a culture and how this culture is learned. This research uses qualitative methods through interviews, observations, and secondary data studies to study the Klitih phenomenon. By using Akers' Social Learning Theory as a theoretical concept, this research also discusses the relationship between the lower classes and child gangs. Thus, the research results explain that peers have a significant role in transmitting culture to children so that children can learn delinquency forms such as klitih. Apart from that, children with lower class status have a greater possibility of joining child gangs as a result of the cultural similarities between the two.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, C. Andrey I.
Abstrak :
Tdk bisa di copy
2007
T 19224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Nurcahyadi Suparman
Abstrak :
ABSTRAK Tesis ini membahas modal sosial dan kekerasan kolektif geng nongkrong anak muda di permukiman kumuh perkotaan. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan studi kasus pada geng nongkrong Kota Paris dan Caplin di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, penelitian ini menemukan bahwa geng nongkrong dan kekerasan kolektif merupakan modal sosial geng nongkrong di permukiman kumuh. Kenyataan ini disebabkan oleh persoalan struktur dan kultur sosial masyarakat di permukiman kumuh Johar Baru. Oleh karena itu, penelitian ini merekomendasikan pemerintah dan organisasi kemasyarakatan (LSM/NGO) perlu merancang sebuah kebijakan pembangunan inklusif dimana ada sebuah intervensi sosial terhadap sebuah komunitas atau masyarakat, khususnya kelompok anak muda.
ABSTRACT This thesis discusses social capital and collective violent street gangs in the urban slums. By using the method of qualitative research through case study approach in the Kota Paris and Caplin street gangs in District Johar Baru, the study found that the street gang and collective violence is social capital street gang in a slum. This fact is due to the problems of social structure and culture of the people in the slums, Johar Baru. Therefore, this study recommends that the government and civil society organizations need to design a policy of inclusive development where there is a social intervention to a community or society, especially the young people.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T43229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>