Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
Michael Sadena Dibyantoro
"
ABSTRAKJakarta adalah kota megapolitan yang terus berkembang dan tidak lepas dari proses gentrifikasi. Skala kota yang masif membuat tidak terlihatnya identitas yang jelas dari Jakarta. Sebuah kota multikultur memerlukan adanya tempat-tempat yang terkumpul dan menjadikannya suatu destinasi untuk memenuhi kebutuhan pengguna kota. Ethnic enclave dapat menjadi destinasi tersebut, karena selain memenuhi kebutuhan kelompok etnis tertentu, dapat juga menyediakan sebuah kota tempat yang unik dan memberikannya suatu destinasi yang lebih bervariasi dan menarik. Studi ini akan membahas munculnya ethnic enclave di Jakarta, yaitu Little Tokyo Blok M, dan melihat apakah kawasan tersebut memenuhi kriteria karakteristik sebuah ethnic enclave Hasil dari studi ini menentukan peran gentrifikasi dalam pembentukan ethnic enclave dan prosesnya dalam menjadi kawasan dengan brand tertentu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hani Mardhotillah
"
ABSTRAKCTPenulisan ini bertujuan melihat adanya indikasi terjadinya segregasi dan gentrifikasi di kampung dan permukiman formal Cikini. Segregasi dan gentrifikasi merupakan bentuk perkembangan wilayah yang tidak merata. Segregasi terjadi tidak hanya dalam bentuk batasan fisik, tetapi adanya indikasi lain yang menyebabkan masyarakat kampung tidak dapat tinggal di permukiman formal Cikini. Pengembangan kawasan Cikini yang tidak merata menyebabkan indikasi terjadinya gentrifikasi. Sebagian besar rumah masyarakat kampung Cikini yang secara turun temurun dan belum adanya pembangunan properti dari perusahaan atau pemerintah menunjukkan belum terjadinya gentrifikasi di kampung Cikini. Namun berbeda dengan masyarakat permukiman formal Cikini yang sudah tidak mampu membayar PBB menyebabkan adanya masyarakat di permukiman formal yang mulai terpinggirkan.
ABSTRACTThis paper aims to see if there are any indications of segregation and gentrification happen in informal and formal settlement area in Cikini. The segregation and gentrification that happen are part of the uneven development in Cikini. The reason why segregation occurs in Cikini is not only limited into the form of physical constraints, for there are other indications on why informal settlements community cannot stay in the formal settlement in Cikini. Uneven development causes there is an indication that gentrification might occur in the area. The fact that most houses in informal settlement in Cikini are bequeaths and there are no property development from developer or government shows that has not been gentrification in this informal settlement. However, the incidence that there are formal settlers who cannot afford to pay for property tax induce them to settle in the marginalized area. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
M. Ramli AT
"Disertasi ini membahas keterkaitan dinamika spasial dan kekuasaan yang melibatkan elemen komunitas lokal perkotaan, pengembang, dan negara. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika politik spasial komunitas lokal sebagai reaksi terhadap ekspansi pengembang, serta dampaknya pada akses komunitas ke spasial perkotaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Hasilnya menunjukkan bahwa regionalisasi yang secara bertahap dilakukan melalui pemindahan komunitas lokal ke daerah belakang menunjukkan ketidakberdayaan komunitas secara politik dalam mengakses ruang. Ekspansi perkotaan yang kemudian meniscayakan terjadinya gentrifikasi peri-urban, lebih tampak sebagai proses rekonsentrasi kemiskinan dan pembentukan kembali isolasi sosial baru bagi kelompok tidak mampu.
This dissertation discusses the relationship between spatial dynamics and political power that involves elements of urban local communities, housing developers, and the state. The study aims to examine political dynamics of the spatial local communities and its impact on communities' accessibilty to urban spatial. This research employs the qualitative approach. The study found that the gradual regionalization through displacement of local communities to back region demonstrates the political powerlessness of the local urban communities to access the space. The urban expansion allows the peri-urban gentrification in which generates that the process of re-concentration of poverty and re-establishment of new social isolation to the poor communities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
D1375
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Andi Aliyah Iskandar
"Adanya kawasan kampung di pusat Kota Jakarta menunjukkan adanya fenomena gentrifikasi yang terjadi di kawasan tersebut. salah satu kampung di pusat kota yaitu Kampung Bawah Tanah yang berada di kawasan komersial dan elite jakarta yaitu Kemang, Jakarta Selatan yang mana kampung ini juga berbatasan langsung dengan Kemang Village. Pembangunan Kemang Village mengakibatkan terjadinya dinamika ruang fisik yang ditandai dengan perubahan penggunaan lahan dan perubahan fungsi bangunan juga dinamika sosial budaya yang ditandai dengan adanya
displacement dan segregasi sosial yang ada di Kampung Bawah Tanah, dinamika sosial ini juga mengakibatkan perubahan proporsi dan karakteristik masyarakat Kampung Bawah Tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk melihat dan mengkaji kebertahanan masyarakat lokal Kampung Bawah Tanah untuk tetap tinggal di kampung mereka ditengah perkembangan dan perubahan yang terjadi juga untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi kebertahanan warga Kampung Bawah Tanah dalam mengatasi perkembangan kawasan kemang tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui teknik analisis deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa, Kampung Bawah Tanah akan tetap bertahan, Proses bertahan yang dilakukan di Kampung Bawah Tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor; 1)Kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan, 2) Adaptasi, 3) Ikatan Sosial dan 4) Lama tinggal.
The existence of a village area in the center of Jakarta City indicates the existence of a gentrification phenomenon that occurs in the area. one of that villages in the city center is Bawah Tanah Village, which is located in the commercial and elite area of Jakarta, (Kemang, South Jakarta), this village is also directly adjacent to Kemang Village. The development of Kemang Village has resulted in dynamics of physical space which are characterized by changes in land use and changes in building functions as well as socio-cultural dynamics which are characterized by displacement and social segregation in Bawah Tanah Village, these social dynamics have also resulted in changes in the proportions and characteristics of Bawah Tanah Village communities. The purpose of this research is to see and examine the survival of the Bawah Tanah Village local communities to remain in their village amidst the developments and changes that have occurred and to identify what factors influence the survival of Bawah TanahVillage communities in overcoming the development of the Kemang area. This research was conducted using a qualitative approach through qualitative descriptive analysis techniques. From the results of the study it was concluded that Bawah Tanah Village would survive. The survival process carried out in the Underground Village was influenced by several factors; 1) Ease of getting a job, 2) Adaptation, t3) Social Bonds and 4) Length of stay."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rahma Dyah Aulia
"Gentrifikasi komersial merupakan salah satu fenomena yang ditandai dengan perubahan signifikan di kawasan perkotaan pada abad ke-21, terutama di kota yang sedang berkembang dengan pesat. Penulisan ini berupaya mengeksplorasi bagaimana gentrifikasi komersial terjadi di Kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Proses ini dipicu oleh peningkatan intensitas fungsi komersial yang ditandai dengan pertumbuhan bangunan komersial dan perkembangan Kemang sebagai kawasan komersial kota. Perkembangan area komersial menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Analisis ini menyoroti bagaimana gentrifikasi komersial berdampak pada peningkatan nilai lahan, perubahan demografi, dan pergeseran usaha kecil di Kawasan Kemang. Studi ini memberikan pemahaman mengenai implikasi gentrifikasi komersial dalam konteks perkotaan, dengan penekanan pada dinamika ekonomi, sosial, dan budaya yang terjadi akibat transformasi kawasan menjadi pusat komersial yang lebih modern dan terintegrasi.
Commercial gentrification is a phenomenon characterized by significant changes in urban areas in the 21st century, especially in cities that are developing rapidly. This writing seeks to explore how commercial gentrification occurs in the Kemang area, South Jakarta. This process was triggered by the increase in the intensity of commercial functions which was marked by the growth of commercial buildings and the development of Kemang as a commercial city area. The development of commercial areas has significant social and economic impacts. This analysis highlights how commercial gentrification has an impact on increasing land values, demographic changes, and shifts in small businesses in the Kemang area. This study provides an understanding of the implications of commercial gentrification in an urban context, with an emphasis on the economic, social and cultural dynamics that occur as a result of the area's transformation into a more modern and integrated commercial center."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Alfred Rodriques Januar Nabal
"Dinamika kepariwisataan Labuan Bajo telah menghasilkan perkembangan perkotaan Labuan Bajo menjadi kota wisata. Fenomena ini disebut dengan urbanisasi pariwisata, yaitu perkembangan kota Labuan Bajo untuk tujuan produksi, penjualan, serta konsumsi barang dan jasa yang memberikan kesenangan bagi wisatawan atau pengunjung. Secara spasial, fenomena ini terlihat pada perkembangan kawasan pesisirnya sebagai pusat aktivitas komersial yang menunjang kebutuhan konsumsi wisatawan atau pengunjung. Dalam perspektif urbanisasi pariwisata, muncul bentuk ruang konsumsi pada kawasan tersebut. Namun, jauh sebelum menjadi pusat kegiatan komersial pariwisata, kawasan pesisir telah manjadi tempat tinggal bagi masyarakat setempat. Karena itu, perkembangan kawasan pesisir ini turut mengancam posisi masyarakat setempat. Dengan menggunakan model studi kasus instrumental dalam pendekatan kualitatif, penelitian ini hendak membangun penjelasan tentang pembentukan ruang konsumsi di kawasan pesisir kota Labuan Bajo yang mengancam eksistensi masyarakat setempat. Penelitian ini menunjukkan, pembentukan ruang konsumsi pada kawasan pesisir kota Labuan Bajo menjadi bagian dari produksi ruang kapitalistik. Melalui sentralisasi kapital dan konfigurasi spasial oleh negara dan swasta/privat, terjadi serangkaian abstraksi yang membentuk ruang konsumsi sebagai ruang sosial baru di kawasan pesisir kota Labuan Bajo. Signifikannya penggunaan kawasan pesisir sebagai pusat aktivitas komersial pariwisata turut menghasilkan dominasi ruang konsumsi yang diisi oleh pemilik modal, tenaga kerja, dan wisatawan atau pengunjung sebagai kelompok sosial baru di kawasan tersebut. Dominasi tersebut mengancam eksistensi masyarakat setempat melalui reduksi ruang sosial masyarakat setempat sebagai kelompok sosial lama. Munculnya fenomena perpindahan langsung maupun tekanan perpindahan mengindikasikan ancaman eksistensi masyarakat setempat karena pembentukan ruang konsumsi di kawasan pesisir kota Labuan Bajo.
Labuan Bajo tourism has resulted in the urban development of Labuan Bajo into a tourist city. This phenomenon is called tourism urbanization, namely the development of the city of Labuan Bajo for the purpose of producing, selling, and consuming goods and services that provide pleasure for tourists or visitors. Spatially, this phenomenon can be seen in the development of the coastal area as a center of commercial activity that supports the consumption needs of tourists or visitors. In the perspective of tourism urbanization, a form of consumption space appears in the area. However, long before becoming the center of commercial tourism activities, the coastal area has become a place of residence for the local community. Therefore, the development of this coastal area also threatens the position of the local community. By using an instrumental case study model in a qualitative approach, this study aims to develop an explanation of the formation of consumption space in the coastal area of Labuan Bajo city which threatens the existence of the local community. This study shows that the formation of consumption space in the coastal area of the city of Labuan Bajo is part of the production of capitalistic space. Through the centralization of capital and spatial configuration by the state and the private sector, a series of abstractions occur that form the consumption space as a new social space in the coastal area of Labuan Bajo city. The significance of the use of coastal areas as centers of tourism commercial activity also results in the dominance of consumption space filled by owners of capital, labor, and tourists or visitors as new social groups in the area. This domination threatens the existence of the local community through the reduction of the local community's social space as an old social group. The emergence of the phenomenon of direct displacement and displacement pressure indicates a threat to the existence of the local community due to the formation of consumption space in the coastal area of Labuan Bajo city."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library