Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galih Prakasa
"Sabun digunakan sebagai kosmetik pembersih kulit, memiliki keunggulan diantaranya daya pembersih yang kuat terutama dalam air, kurang berbahaya, dan harganya murah. Sabun mengandung zat berkhasiat salah satunya adalah senyawa asam alfa hidroksi (AHA). AHA berfungsi sebagai pelembab, exfoliant dan chemical peeling. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis asam glikolat dan asam laktat yang valid menggunakan kromatografi gas (KG), dan untuk mengetahui kadar asam glikolat dan asam laktat dalam sabun cair. Sebelum disuntikkan pada KG, derivatisasi metilasi dilakukan terhadap sabun cair menggunakan metanol dan asam sulfat. Kondisi optimal untuk analisis menggunakan detektor ionisasi nyala, kolom kapiler VB-Wax, suhu injektor 200°C, suhu detektor 200°C, suhu kolom terprogram dengan suhu awal kolom 100°C dengan kenaikan suhu 2°C/menit sampai 150°C dan dipertahankan selama 5 menit, dan laju alir gas pembawa (He) 0,8 mL/menit. Waktu retensi asam laktat pada menit ke 6,4 dan waktu retensi asam glikolat pada menit ke 7,1. Hasil validasi metode analisis asam laktat memiliki linearitas(r) sebesar 0,9997 dengan batas deteksi (LOD) sebesar 24,09 μg/mL dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 80,29 μg/mL. Hasil uji keterulangan asam laktat memberikan nilai koefisien variasi di bawah 2% dan hasil uji perolehan kembali asam laktat sebesar 99,76 ± 1,17%. Untuk asam glikolat memiliki linearitas (r) sebesar 0,9993 dengan batas deteksi (LOD) sebesar 27,01 μg/mL dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 90,04 μg/mL. Hasil uji keterulangan asam glikolat memberikan nilai koefisien variasi di bawah 2%. Kadar asam laktat dalam sampel A (0,09 ± 0,00%)%; sampel B (0,39 ± 0,01)%; dan sampel C (2,93 ± 0,14)%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S32942
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Lestari
"Poli(asam laktat-ko-glikolat) merupakan polimer sintetis biocompatible dan biodegradable, memiliki sifat mekanik dan laju degradasi yang dapat diatur, dan menghasilkan pelepasan obat terkontrol. Nanopartikel poli(asam laktat-ko-glikolat) termodifikasi karboksimetil kitosan disintesis untuk menahan pelepasan natrium diklofenak di lambung dengan pelepasan di usus halus meningkat secara terkontrol sehingga mengurangi efek samping pemberian natrium diklofenak berulang seperti iritas lambung dan kerusakan ginjal. Metode penguapan pelarut tipe emulsi ganda (water/oil/water) digunakan dalam sintesis dengan poli(vinil alkohol) sebagai pengemulsi. Studi menggunakan spektrofotometer infra merah dan differential scanning calorimeter menunjukkan interaksi antara natrium diklofenak dan polimer pada nanopartikel merupakan interaksi non kovalen dengan nanopartikel berbentuk spherical berdasarkan hasil pengukuran scanning electron microscope dan transmission electron microscope. Berdasarkan hasil optimasi, kondisi optimum diperoleh pada formulasi nanopartikel dengan rasio karboksimetil kitosan/poli(asam laktat-ko-glikolat)/natrium diklofenak sebesar 2:20:2 dengan ukuran partikel 233 nm berdasarkan pengukuran dengan particle size analyzer dan berukuran 300 nm berdasarkan pengukuran dengan transmission electron microscope. Formulasi ini menghasilkan kapasitas pemuatan dan efisiensi pemuatan sebesar 8,02 % dan 89,33 %, dengan pelepasan natrium diklofenak pada pH 1,2 yang rendah sebesar 0,2% dan pelepasan pada pH 6,8 yang tinggi mencapai 90,9% dalam waktu 24 jam.
......Poly(lactic-co-glycolic acid) is a biocompatible, biodegradable synthetic polymer, has tunable mechanical and degradation rate properties, and capability for controlled drug release. Carboxymethyl chitosan-modified poly(lactic-co-glycolic acid) nanoparticles were synthesized to enhance gastric retention of diclofenac sodium followed by a controlled release in the small intestine to reduce the side effects due to frequent administration, such as gastric irritation and renal damage. Synthesis of nanoparticles was carried out using a double emulsion (water/oil/water) solvent evaporation method with poly(vinyl alcohol) as the emulsifier. Studies using infrared spectrophotometer and differential scanning calorimeter show that the interaction between diclofenac sodium and polymer on nanoparticles is a non-covalent interaction with a spherical shape based on scanning electron microscope and transmission electron microscope characterization. Optimum conditions were obtained in the formulation with the ratio of carboxymethyl chitosan/PLGA/diclofenac sodium of 2:20:2, with the particle sizes of 233 nm and 300 nm based on particle size analyzer and transmission electron microscope measurements. The optimum formulation resulted has loading capacity and loading efficiency of 8.02% and 89.33%, with low release at pH 1.2 of 0.2% and controlled release at pH 6.8 of 90.9% up to 24 hours."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiyah Azzahra
"Jerawat (acne vulgaris) adalah penyakit pada kulit yang dapat disebabkan oleh bakteri patogen Cutibacterium acnes. Asam glikolat diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap C. acnes. Untuk meningkatkan efektivitasnya, asam glikolat dapat dienkapsulasi oleh niosom dengan menggunakan surfaktan Span® 60 dan tokoferol asetat. Membran bilayer yang mengandung tokoferol asetat diketahui dapat digunakan untuk aplikasi penyembuhan luka. Pada penelitian ini, niosom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis dengan berbagai variasi formula. Efisiensi enkapsulasi untuk niosom asam glikolat tanpa tokoferol asetat sebesar 66,41%, niosom dengan 5%mmol tokoferol asetat sebesar 44,13%, dan niosom dengan 10%mmol tokoferol asetat sebesar 43,86%. Hasil karakterisasi dengan particle size analyzer (PSA) menunjukkan bahwa niosom pada penelitian ini memiliki ukuran ³ 1000 nm dengan nilai potensial zeta pada kisaran -3 mV hingga -0,8 mV. Uji aktivitas antimikroba niosom terhadap C. acnes dilakukan dengan menggunakan metode broth dilution. Niosom yang memiliki aktivitas antimikroba terbaik adalah niosom tanpa tokoferol asetat dengan nilai %inhibisi 96,3%.
......Acne vulgaris or simply acne is a skin disease that can be caused by pathogenic bacteria, Cutibacterium acnes. Glycolic acid is known to have antibacterial activity against C. acnes. To enhance its activity, glycolic acid can be encapsulated by niosome using surfactant Span® 60 and tocopherol acetate. It is known that bilayer membrane containing tocopherol acetate can be used for wound healing application. In this research, niosomes were prepared using the thin-film hydration method with several variations of the formula. Results of the encapsulation efficiency of glycolic acid niosome without tocopherol acetate is 66,41%, niosome with 5%mmol tocopherol acetate is 44,13%, and niosome with 10%mmol tocopherol acetate is 43,86%. Results of the characterization using particle size analyzer (PSA) in this research shows that the particle size of the niosome is ³ 1000 nm with the zeta potential value range from -3 mV to -0,8 mV. The antimicrobial activity of niosomes against C. acnes was tested using the broth dilution method. Niosome with the best antimicrobial activity is glycolic acid niosome without tocopherol acetate with 96,3% %inhibition value."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virrisya
"Asam glikolat merupakan senyawa aktif yang diketahui memiliki aktivitas pelembab kulit dengan mekanisme emolient dimana senyawa ini dapat menarik air menuju lingkungannya, dalam hal ini stratum korneum, sehingga lingkungan terhidrasi dan kadar airnya meningkat. Asam glikolat sebagai pelembab umumnya dibuat dalam sediaan krim. Pada penelitian ini dilakukan uji penetrasi dari asam glikolat pada 3 jenis sediaan yang berbeda untuk dapat diketahui sediaan apa yang dapat menghantarkan asam glikolat paling baik untuk berpenetrasi melewati stratum korneum. Sediaan gel terbukti memberikan jumlah penetrasi asam glikolat yang paling besar di jam ke-8 uji penetrasi in vitro pada gel dengan besar kumulatif asam glikolat yaitu 5939,65 ± 6,96 μg/cm2 kemudian diikuti dengan krim W/O dengan besar kumulatif 5129,83 ± 6,84 μg/cm2. Hasil penetrasi terkecil ditunjukkan oleh sediaan krim O/W dengan besar kumulatif asam glikolat terpenetrasi yaitu 2870,87 ± 0,86 μg/cm2.
......
Glycolic acid is an active compund that known to have moisturizing activity by its ability to emmoliate the skin in which it can gather water to its surrounding, in this case stratum corneum, to hydrate the environment and enhancing the water amount. Glycolic acid as moisturizer usually found in cream dosage form. There are three kind of different dosage forms that has been tested their ability to penetrate by in vitro method in this study. The purpose of this research is to show the best dosage form that can deliver glycolic acid penetrated into the stratum corneum. All formulations were examined their penetration ability by Franz diffusion cell as in vitro test using Sprague Dawley rat abdomen skin as diffusion membrane. The best dosage form to deliver glycolic acid penetrated through the stratum corneum is gel form with total cumulative penetration of glycolic acid is 5939,65 ± 6,96 μg/cm2 followed by w/o cream dosage form with 5129,83 ± 6,84 μg/cm2 and o/w cream dosage form with 2870,87 ± 0,86 μg/cm2."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54941
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library