Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eliana Ayu Karinda
"Produksi biodiesel yang meningkat membutuhkan teknologi yang tepat dan efisien. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan proses produksi biodiesel dengan sistem kontinyu. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan menganalisis alat separasi biodiesel-gliserol dengan sistem kontinyu. Separator berbentuk tangki pengendap dengan baffle yang memisahkan beberapa kompartemen. Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara laju alir dan ketinggian baffle terhadap proses separasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemisahan terjadi dengan sempurna apabila biodiesel dan gliserol membentuk dua lapisan dalam kompartemen dengan masing-masing ketinggian yang dapat diamati. Biodiesel dan gliserol membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memisah sehingga separator membutuhkan 3 baffle dengan ketinggian berbeda.

The increase of biodiesel production requires appropriate and efficient technology. Several studies have been conducted to develop biodiesel production process with continuous systems. This research was conducted to evaluate and analyze biodiesel-glycerol continuous separator. Shaped separator settling tank with baffle that separates several compartments. The analysis was performed to determine the relationship between flowrate and baffle height of the separation process. The results show that separation occurs with perfect when biodiesel and glycerol to form two layers in each compartment with a height that can be observed. Biodiesel and glycerol requires a long time to separate so that the separator will need 3 baffles with different heights."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1116
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdian Nurdiono
"ABSTRAK
Biodiesel merupakan kandidat kuat untuk menggantikan bahan bakar dari minyak
bumi, karena karakter biodiesel mirip dengan spesifikasi untuk bahan bakar
diesel. Biodiesel merupakan modifikasi dari minyak yang berasal dari tanaman.
Biodiesel dapat dibuat dengan mengkonversi trigliserida (minyak) menjadi metil
ester melalui proses transesterifikasi.
Tujuan percobaan ini adalah untuk membandingkan proses dekantasi dan proses
ekstraksi pada analisa gliserol dalam biodiesel yang menggunakan Metode AOCS
Ca 14-56. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sampel biodiesel yang diuji
memiliki kadar gliserol lebih besar jika menggunakan proses ekstraksi
dibandingkan dengan proses dekantasi."
2008
TA1681
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Salim Afrozi
"Modifikasi fotokatalis TiO2 dalam memproduksi hidrogen dari gliserol dan air telah diinvestigasi. Prekursor yang digunakan adalah TiO2 degussa P-25. Fotokatalis diberi dopan N, Pt, Cu dan Ni, dengan metode impregnasi untuk Cu, Ni dan photo-assisted deposition untuk Pt. Pengaruh banyaknya konsentrasi gliserol juga diamati dalam pengujian untuk melihat produksi hidrogen.
Hasil analisa XRD menunjukkan, fotokatalis TiO2 termodifikasi berukuran nanometer dengan rentang 16 nm sampai dengan 23 nm, sedangkan analisa DRS menunjukkan TiO2 yang didopan dengan N, Pt, Cu dan Ni dapat merespon aktif pada sinar tampak.
Hasil pengujian menunjukkan fotokatalis TiO2 termodifikasi mampu menghasilkan hidrogen lebih banyak dibanding TiO2 degussa P-25, sebesar 4 kali untuk dopan N, 34 kali untuk dopan Pt(1%) dan N, 10 kali untuk dopan Cu(5%) dan N serta 8 kali untuk dopan Ni(5%) dan N. Sampai rentang 50%v, kenaikan produksi hidrogen sebanding dengan kenaikan konsentrasi gliserol.

Modification of TiO2 photocatalyst to produce hydrogen from glycerol and water had been investigated. The precursor was degussa P-25 TiO2. The photocatalyst was doped by N, Pt, Cu and Ni, using impregnation method for Cu, Ni and photo-assisted deposition method for Pt. The effect of glycerol concentration to hydrogen production was also being studied.
XRD analysis results showed that modified TiO2 photocatalyst had nanometer size with range 16 nm to 23 nm, while the DRS analysis showed that TiO2 was doped by N, Pt, Cu and Ni could actively respond to visible light.
The results showed that modified TiO2 photocatalyst could produce more hydrogen compare to degussa P-25 TiO2, 4 times for N dopant, 34 times for Pt (1%) and N, 10 times for Cu (5%) and N, 8 times for Ni (5%) and N. Up to 50%v, the increase of hydrogen production is proportional to the increase of glycerol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T28022
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pangabean, Odina Melda K.
"Senyawa ester dapat disintesis dengan cara mereaksikan langsung
suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Salah satu senyawa yang termasuk
asam karboksilat adalah asam p-hidroksi benzoat. Asam p-hidroksi benzoat
merupakan senyawa fenolik sangat efektif sebagai antioksidan.
Reaksi esterifikasi membutuhkan energi aktivasi yang tinggi dan
waktu yang lama sehingga dibutuhkan katalis. Katalis yang biasa digunakan
adalah katalis homogen. Namun, katalis homogen menimbulkan masalah dalam
proses pemisahan produk dan tidak ramah lingkungan. Pada penelitian ini
dilakukan reaksi esterifikasi asam p-hidroksi benzoat dengan dua reaktan, etilen
glikol dan gliserol menggunakan dua jenis katalis heterogen asam yaitu y-
Al2O3/SO42 dan y-Al2O3/CIO4. Dimana katalis y-Al2O3/SO4² disintesis dari
scrap aluminium sedangkan katalis y-Al2O3/ClO4 dari hasil regenerasi katalis
bekas y-Al2O3 yang diperoleh dari industri. Pelarut yang digunakan adalah DMSO
dimana suhu reaksi sebesar 100°C. Produk esterifikasi dianalisis menggunakan uji
KLT, HPLC dan FT-IR.
Produk ester yang dihasilkan merupakan campuran antara α, Y-ester
dan ẞ-ester. Pada waktu 24 jam reaksi untuk katalis y-Al2O3/SO4² etilen glikol
menghasilkan % konversi asam terhadap produk ester sebesar 91,12% sedangkan
gliserol 100%. Sedangkan untuk katalis y-Al2O3/ClO4¯ etilen glikol menghasilkan
sebesar 71,13% sedangkan gliserol 100%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30696
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kuskarya Wantini
"ABSTRAK
Gliserol merupakan senyawa alkohol yang memiliki tiga buah gugus hidroksil (-OH) sehingga dapat direaksikan dengan suatu asam karboksilat membentuk ester. Salah satu senyawa yang termasuk ke dalam karboksilat adalah asam p-hidroksi benzoat yang juga merupakan senyawa fenolik. Cairan ionik dikenal sebagai pelarut dan katalis yang ramah lingkungan dalam penggunaannya untuk berbegai senyawa. Pada penelitian ini dilakukan reaksi esterifikasi asam p-hidroksi benzoat dengan gliserol menggunakan dua jenis katalis yaitu cairan ionik, 1-Butil-3-Metil Imidazolium Klorida [BMIM]Cl dan silika gel / [BMIM]Cl Pelarut yang digunakan adalah aseton dengan suhu reaksi 55 - 60°C. Ester yang dihasilkan merupakan monoester berdasarkan uji KLT. Esterifikasi gliserol dengan katalis [BMIM]Cl tidak menghasilkan ester yang diharapkan. Sedang dengan 0,5 g dan 1 g katalis silika gel / [BMIM]Cl kondisi optimum tercapai pada 20 jam dengan persen hasil produk sebanyak 19,83% dan 29,62%. Karakteristik katalis heterogen menggunakan XRD, XRF, FT-IR. Karakteristik ester menggunakan KLT, FT-IR, HPLC dan GC-MS.

ABSTRACT
Glycerol is an alcohol compound having three hydroxyl groups (- OH), which can be reacted with carboxylic acid to produce ester. One compound which included into carboxylic acid is p-hydroxy benzoic acid which also is a phenolic compound. Ionic liquid is known as environmental friendly solvent and catalyst. Since phenolic compounds are known as effective antioxidants, this research studied the esterification reaction of glycerol with a phenolic acid, p-hydroxy benzoic acid using ionic liquid as catalyst. The ionic liquid, l-buthyl-3-methyl imidazolium chloride, [BMIM]Cl, Was used in the form of impregnated catalyst in silica gel and as unimpregnated catalyst. The reactants, glycerol and p-hydroxy benzoic acid in mol ratio of 4 1 l, were disolved in acetone solvent and the esterification reactions were conducted at a temperature around 55 - 60°C up to 24 hours. The reaction products were analyzed using thin layer chromatography, HPLC and FT-IR, which showed the monoester product. The reaction with unimpregnated [BMIM]Cl catalyst did not produce ester product. Where as the rections with [BMIM]Cl impregnated in SiO; produced 19.83% ester product with 0.5 g catalyst and 29.62% ester product with 1.0 g catalyst in 20 hours reaction periods."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S54631
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haryadi Wibowo
"Produksi hidrogen dengan menggunakan metanol atau gliserol sebagai elektron donor pada fotokatalis TiO2, TiNT, Pt/TiO2 dan Pt/TiNT pada suhu reaksi dari 30 oC sampai dengan 70 oC telah diteliti. Metanol dan gliserol efektif sebagai elektron donor untuk produksi hidrogen secara fotokatalisis. Penggunaan metanol lebih unggul 10% dari gliserol pada semua katalis dalam total produksi hidrogen. Produksi hidrogen terbaik ditunjukkan oleh fotokatalis Pt(1%)/TiNT dengan metanol sebagai elektron donor, yaitu sebesar 2306 µmol/gcat, sementara total hidrogen dengan gliserol sebesar 2120 µmol/gcat. Penggunaan dopan Pt pada fotokatalis menghasilkan produksi hidrogen dua kali lebih besar dibandingkan dengan tanpa dopan.

Hidrogen production with methanol or glycerol as sacrificial agent using TiO2, TiO2 Nanotubes, Pt/TiO2 and Pt/TiO2 Nanotubes photocatalysts at reaction temperature 30 oC to 70 oC have been investigated. Methanol and glycerol were effective for hydrogen production and the best result was methanol with Pt(1%)/TiO2 that have 2306 µmol/gcat, meanwhile with glycerol only produce 2120 µmol/gcat. The other photocatalyst also have the same pattern, which metanol give 10% higher result on total hydrogen production. Catalyst with Pt give twice higher hydrogen production rather than with no Pt.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T40844
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Hashimoto
"ABSTRAK
Pemanfaatan limbah industri biodiesel di Indonesia masih terbatas karena nilai ekonomi dari limbah gliserol yang rendah dan membutuhkan proses purifikasi. Pada penelitian ini limbah gliserol (crude gliserol) dimanfaatkan sebagai bahan utama dalam pembuatan poliuretan adhesive. Gliserol direaksikan dengan phthalic anhydride dan asam oleat untuk menjadi poliol. Poliol yang didapat kemudian disintesis menjadi poliuretan adhesive dengan mereaksikan nya dengan isosianat Polymeric Methylene Diphenyl Diisocyanate (PMDI). Crude gliserol divariasikan dengan gliserin teknis untuk mendapatkan lima variasi konsentrasi poliol. Uji lap- shear strength dan tensile test dilakukan dengan menggunakan alat uji mekanik yang telah dirancang oleh penulis untuk untuk melihat apakah performa poliuretan adhesive cukup bagus sehingga dapat mendekati performa poliuretan adhesive komersil. Hasil yang didapatkan, semakin tinggi konsentrasi gliserin teknis yang digunakan, kekuatan mekanik yang dihasilkan semakin besar. Waktu curing yang optimal terjadi pada waktu tiga hari. PU-2, PU-3, PU-4 dan PU-5 mampu mengungguli performa PU adhesive komersil dari segi kekuatan tarik. Perlakuan pemberian asam&basa dilakukan untuk melihat chemical resistance dari adhesive. Hasil yang didapatkan kekuatan mekanik adhesive mengalami penurunan setelah pemberian asam&basa dilakukan. Pada perlakuan basa, kekuatan mekanik adhesive yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan pada perlakuan pemberian asam.

ABSTRACT
Low market price of crude glycerol in Indonesia is caused by low utilization of biodiesel industrial waste because it needs a purification process. The research will use crude glycerol, oleic acid, and phthalic anhydride to make a polyol. The polyol is used for making polyurethane adhesive by reacting it with Polymeric Methylene Diphenyl Diisocyanate (PMDI). In this research, crude glycerol is varied with glycerin tech to produce five variations of polyol. Lap shear-strength and tensile test is done to test the mechanical strength of polyurethane wood adhesive whether it could give the excellent adhesion, hence it could approach the performance of commercial polyurethane adhesive. The result tells us PU-5 adhesive gives the highest mechanical strength. The optimum curing time occurs in day 3. PU-2, PU-3, PU-4 and PU-5 able to surpass the mechanical strength of commercial PU adhesive in tensile strength form. Adhesive system is immersed in acid and base solution to test the chemical resistance of adhesive. After acid and base treatment, the mechanical strength of adhesive was decreasing. In base treatment, the mechanical strength of adhesive is lower than in acid treatment."
2016
S63404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Azsarinka
"Salah satu jenis polimer alam, selulosa yang terkandung dalam kulit jagung, dapat digunakan sebagai bahan dasar bioplastik. Tepung pati jagung maizena dengan penguat kulit jagung berukuran butir tertentu disintesis bersama kitosan dan gliserol. Bioplastik yang dihasilkan berbentuk lembaran tipis berwarna cokelat keruh. Perubahan ukuran butir dari 150 mesh menjadi 200 mesh mengubah sifat bioplastik, khususnya sifat mekanik.
Diperoleh bioplastik terbaik dengan ukuran butir 200 mesh dan komposisi kitosan 0,04 dengan kuat tarik sebesar 286,31 N/cm2, elongasi sebesar 10,19 , modulus Young sebesar 28,11 N/cm2, dan ketahanan sobek sebesar 705,61 mN. Terjadi pergeseran bilangan gelombang dan perubahan gugus fungsi pada bioplastik. Terhadap lingkungan, bioplastik mengalami degradasi sebesar 35 selama 21 hari di dalam tanah dan mulai berjamur setelah 10 hari berada dalam udara terbuka, serta mampu bertahan pada suhu 100°C selama satu jam.

One kind of biopolymer that can be used as primary materials for bioplastics is cellulose in corn husk. Corn starch powder maize with corn husk filler in different grain size is then synthesized with chitosan and glycerol. The resulting bioplastics is thin film in form with muddy brown color. Alterating the powder grain size from 150 mesh to 200 mesh modifies the physical characteristics, especially mechanical properties.
The most optimal bioplastics were obtained with 200 mesh grain size and 0.04 wt chitosan composition with tensile strength of 286.31 N cm2, elongation of 10.19, Young modulus of 28.11 N cm2 and tear resistance of 705.61 mN. There are shifts in peak absorbance wavenumber and changes in some functional groups. To the environment, bioplastics were degraded 35 for 21 days in soil and started moldy after 10 days in open air, as well as endured for one hour in temperature 100°C.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah
"ABSTRAK
Senyawa piridin merupakan molekul senyawa dengan struktur cincin benzen dengan satu gugus CH yang diganti oleh atom nitrogen. Piridin merupakan senyawa kimia yang penting karena memiliki banyak kegunaan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilakukan melalui sintesis senyawa derivat dihidropiridin menggunakan reaksi Hantzsch menggunakan pelarut gliserol yang bersumber dari limbah minyak jelantah. Pada hasil sintesis didapatkan persen yield sebesar 55 dengan menggunakan reagen benzaldehid dan 67 dengan menggunakan reagen sinamaldehid. Hasil sintesis yang didapatkan diuji sebagai senyawa antioksidan dan termasuk dalam kategori senyawa antioksidan yang lemah.

ABSTRACT
The pyridine compound is a molecule of a compound with a benzene ring structure with one CH group replaced by a nitrogen atom. Pyridine is an important chemical compound because many uses in the application of everyday life. This research has done by synthesis of dihydropyridine derivative compounds through Hantzsch reaction using glycerol solvent sourced from waste cooking oil. The synthesis result obtained percent yield of 55 by using benzaldehyde reagent and 67 by using cinnamaldehyde reagent. The resulting of synthesis were tested as an antioxidant compound and included in the category of weak antioxidant compounds. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prayoga Agusto Haradi
"Biodiesel merupakan salah satu alternatif sumber energi dengan berbagai keunggulan dibandingkan dengan diesel konvensional. Sebelum dapat dipakai dalam mesin konvensional, standar biodiesel harus dipenuhi berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), terutama dalam konsentrasi gliserol pada biodiesel. Beberapa metode telah dilakukan dalam proses separasi gliserol dari biodiesel, antara lain adalah water washing, dry washing, dan separasi membran. Namun, metode pembersihan tersebut memiliki beberapa kelemahan yang membuat proses separasi gliserol menjadi tidak optimum. Alternatif yang dapat digunakan dalam separasi gliserol pada biodiesel adalah dengan menggunakan deep eutectic solvent (DES). DES adalah campuran sederhana dari suatu garam dan suatu senyawa Hidrogen Bond Donor (HBD) yang terhubung satu sama lain melalui ikatan hidrogen. Pada penelitian ini, 2 tipe biodiesel berbasis minyak sawit akan DES dibuat dengan mencampurkan garam kolin klorida dan HBD etilen glikol pada rasio molar 1:2. DES kemudian akan ditambahkan kedalam biodiesel yang terbentuk dengan rasio molar biodiesel:DES 1:1 dan 1:0,5 untuk mengekstraksi kadar gliserol bebas dan total dari biodiesel. Penelitian ini juga menelusuri keefektifan dari penggunaan DES untuk dipakai ulang sebanyak 5 kali untuk mengekstraksi gliserol dari batch biodiesel baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemisahan gliserol bebas dan gliserol total dari biodiesel menggunakan DES kolin klorida dan etilen glikol dengan rasio molar biodiesel:DES 1:1 adalah 0% berat untuk gliserol bebas dan 0,041% berat untuk gliserol total pada biodiesel gliserol rendah dan 0% berat untuk gliserol bebas dan 0,052% berat untuk gliserol total. Sedangkan untuk rasio molar biodiesel:DES 1:0,5 adalah 0% berat untuk gliserol bebas dan 0,052% berat untuk gliserol total pada biodiesel gliserol rendah dan 0% berat untuk gliserol bebas dan 0,041% berat untuk gliserol total. Penelitian juga menunjukkan bahwa DES kolin klorida dan etilen glikol untuk rasio molar biodiesel:DES 1:0,5 pada pemakaian DES kedua, kadar gliserol bebas dan total rendah 0,014% dan 0,052% berat untuk biodiesel gliserol rendah, 0,021% dan 0,052% berat untuk biodiesel gliserol tinggi. Untuk rasio biodiesel:DES 1:1 pada pemakaian DES ketiga, kadar gliserol bebas dan total rendah 0,007% dan 0,104% berat untuk biodiesel gliserol rendah, 0,014% dan 0,093% berat untuk biodiesel gliserol tinggi. Setelah pemakaian kedua untuk rasio molar biodiesel:DES 1:0,5 dan pemakaian ketiga untuk rasio 1:1, DES sudah tidak efektif dalam mengekstraksi gliserol pada biodiesell

Biodiesel is an alternative energy source with many advantages over conventional diesel. Before it can be used in conventional engines, biodiesel standards must be met based on the Indonesian National Standard (SNI), especially in the concentration of glycerol in biodiesel. Several methods have been used to separate glycerol from biodiesel, including water washing, dry washing, and membrane separation. However, these cleaning methods have several disadvantages that make the glycerol separation process not optimal. An alternative that can be used in the separation of glycerol in biodiesel is to use deep eutectic solvent (DES). DES is a simple mixture of a salt and a Hydrogen Bond Donor (HBD) compound connected to each other through hydrogen bonds. In this study, two types of palm oil-based biodiesel will be made with DES by mixing ChCl salt and ethylene glycol HBD at a molar ratio of 1:2. DES will then be added to the biodiesel with a biodiesel:DES molar ratio of 1:1 and 1:0.5 to extract the free and total glycerol content of the biodiesel. This study also explored the effectiveness of using DES to be reused 5 times to extract glycerol from a new batch of biodiesel. The results showed that the separation of free and total glycerol from biodiesel using DES choline chloride and ethylene glycol with a biodiesel:DES molar ratio of 1:1 was 0% weight for free glycerol and 0.041% weight for total glycerol in low glycerol biodiesel and 0% weight for free glycerol and 0.052% weight for total glycerol. The molar ratio of biodiesel:DES 1:0.5 was 0% weight for free glycerol and 0.052% weight for total glycerol in low glycerol biodiesel and 0% by weight for free glycerol and 0.041% weight for total glycerol. The study also showed that choline chloride and ethylene glycol based DES for biodiesel:DES with a molar ratio of 1:0.5 in the second DES application, the free and total glycerol content was low at 0.014% and 0.052% weight for low glycerol biodiesel, 0.021% and 0.052% by weight for high glycerol biodiesel. For the biodiesel:DES ratio of 1:1 at the third application of DES, the free and total glycerol content was low at 0.007% and 0.104% weight for low glycerol biodiesel, 0.014% and 0.093% weight for high glycerol biodiesel. After the second application for biodiesel:DES molar ratio of 1:0.5 and the third application for 1:1 ratio, DES was no longer effective in extracting glycerol from biodiesel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>