Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aldo Owen Senlia
Abstrak :

Latar belakang: Diabetes merupakan salah satu masalah yang semakin banyak di dunia modern. Pencegahan dan pengobatan diabetes beragam mulai dari cara modern dan juga tradisional. Pengobatan herbal merupakan salah satu metode untuk menangani diabetes. Salah satu tanaman herbal yang digunakan adalah jati cina atau Senna alexandrina. Manfaat dari pengobatan herbal diperngaruhi oleh pelarut yang digunakan. Pada proses pembuatan minuman baik pada skala industri atau rumahan, pelarut yang digunakan adalah pelarut etanol dan pelarut air.

Tujuan: Menentukan pelarut terbaik untuk memberikan efek antidiabetes dan antioksidan

Metode: Penelitian dilakukan secara in vitro menggunakan enzim α-glukosidase dan DPPH. Sampel daun jati cina dimaserasi dan direndam menggunakan pelarut etanol, campuran etanol : air (1:1), dan air. Ekstrak lalu diskrining untuk kandungan fitokimianya dan diprediksi kandungan senyawanya menggunakan LC-MS/MS. Jumlah kandungan fenolik dan flavonoid dihitung dengan membandingkan menggunakan asam galat dan quercetin. Ekstrak dengan kemampuan antioksidan dan antidiabetes terbaik lalu diuji untuk menghitung nilai IC50.

Hasil: Tanaman jati cina menunjukkan kemampuan sebagai antioksidan dan antidiabetes. Pelarut campuran etanol-air menunjukkan kemampuan terbaik sebagai antioksidan dan antidiabetes. Ekstrak etanol murni memiliki kemampuan antioksidan kedua terbaik namun memiliki kemampuan antidiabetes terburuk dan ekstrak air memiliki kemampuan antioksidan terburuk namun memiliki kemampuan antidiabetes kedua terbaik. Nilai IC50 ekstrak etanol-air sebagai antidiabetes terhadap enzim α-glukosidase adalah 33,151 µg/ml dan sebagai antioksidan terhadap radikal bebas DPPH adalah 160,502 µg/ml. Prediksi kandungan senyawa dari ekstrak etanol-air daun jati cina menggunakan LC-MS/MS adalah torachrysone-8-O-β-D-glucopyranoside, Oroxin B, 3-O-[β-D-Glucopyranosyl-(12)]-β-D-glucopyranosyl-kaempferol, 7-Hydroxy-1-methoxy-2-methoxyxanthone, rhamnetin dan rubilakton.

Simpulan: Ekstrak etanol-air (1:1) daun jati cina menunjukkan kemampuan  aktivitas antioksidan dan aktivitas antioksidan dan antidiabetes terbaik.


Background: Diabetes is a growing problem in this modern time. Preventing and treating diabetes can be done using various ways from traditional to modern methods. Herbal medicine is one of the traditional forms of medication. One of the herbs used to treat diabetes is Senna Alexandrina or Jati Cina. The effects of herbal medicine is linked with the solvent used. In the process of making a herbal drink in industrial and private scale, the solvent used is ethanol and water.

Objective: Determining the best solvent to produce antioxidant and antidiabetic effect.

Methods:.This study was conducted in vitro using I±-glucosidase enzyme and DPPH. Senna Alexandrina leaves was maserated and soaked using ethanol, water, and ethanol-water mix (1:1). Extract was then screened for phytochemical contents and had its compounds predicted using LC-MS/MS. Total phenolic and flavonoid count were measured using gallic acid and quercetin. Extract with the best antioxidant and antidiabetic properties was further tested to measured its IC50.

Results: Senna Alexandrina leaves showed antioxidant and antidiabetic properties. Ethanol-water mixed solvent produced the best antioxidant and antidiabetic properties. Ethanol extract had the second best antioxidant properties but had the worst antidiabetic properties and water extract produced the worst extract with antioxidant properties but had the second best antidiabetic properties. The antidiabetic IC50 value of ethanol-water mix extract  by I±-glucosidase testing was 33,151 ug/ml and the IC50 value as antioxidant by DPPH testing was 160,502 ug/ml. The compounds predicted in ethanol-water extract using LC-MS/MS method was torachrysone-8-O-I²-D-glucopyranoside, Oroxin B, 3-O-[I²-D-Glucopyranosyl-(12)]-I²-D-glucopyranosyl-kaempferol, 7-Hydroxy-1-methoxy-2-methoxyxanthone, rhamnetin dan rubilactone.

Conclusion: Ethanol-water mix (1:1) extract showed the best antioxidant and antidiabetic properties. 

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teni Ernawati
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati interaksi molekular antara alfa glukosidase dari Saccharomyces cerevisiae dengan senyawa turunan sinamamid yang disintesis dari asam sinamat. Dalam penelitian ini, senyawa turunan sinamamid disintesis dan dievaluasi untuk penghambatan alfa glukosidase. Struktur senyawa yang disintesis diidentifkasi dengan IR, H-NMR, C-NMR dan Mass Spektral. Semua senyawa turunan sinamamid menunjukkan penghambatan potensial yang lebih unggul dari bahan awal. Tiga belas senyawa turunan sinamamid menunjukkan aktivitas alfa glukosidase dengan nilai IC50 0,71-4,0 mM dengan standar 1-deoksinojirimisin dan akarbosa IC50 =0,97 mM dan IC50=1,78 mM . Studi molecular docking dilakukan untuk mengeksplorasi interaksi pengikatan kandidat turunan sinamamid dengan enzim alfa glukosidase.
The aim of this study was to observe molecular interactions between alpha glucosidase from Saccharomyces cerevisiae with cinamamide derivatives which were synthesized by amidation of cinnamic acid. In this study, a series cinamamide derivatives was synthesized and evaluated for alpha glucosidase inhibitory. The structure of synthesized compounds were characterized by IR, H NMR, C NMR and Mass Spectral analysis. All compound cinamamide derivatives showed a potent inhibition superior to the starting material. Thirteen compounds showed alpha glucosidase activity with IC50 value of 0.71 4.02 mM with the standard 1 deoxynojirimycin and acarbose IC50 0,97 mM and IC50 1.78 mM, respectively . Molecular docking studies were carried out to explore the binding interactions of cinnamamide derivative candidates with enzyme alpha glucosidase.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2378
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska Andrea Siswanto
Abstrak :
Latar Belakang: Prevalensi diabetes melitus (DM) di Indonesia tinggi. Salah satu jenis terapi yang sering digunakan yakni inhibitor α-glukosidase. Akibat efek samping yang ditimbulkan obat sintetik dan sumber daya yang terbatas, berbagai studi menemukan tanaman herbal memiliki berbagai senyawa bioaktif dan aktivitas inhibisi α-glukosidase agar menjadi obat alternatif DM. Salah satunya ialah makroalgae atau rumput laut. Di perairan Indonesia bagian timur terdapat alga hijau Bornetella oligospora yang berlimpah. Tujuan: Menguji aktivitas inhibisi α-glukosidase dan senyawa fitokimia yang terkandung pada ekstrak etil asetat dan etanol Bornetella oligospora. Metode: Dilakukan uji fitokimia terhadap saponin, flavonoid, tanin, glikosida, triterpenoid, steroid, dan alkaloid; uji kromatografi lapis tipis; dan uji in vitro inhibisi α- glukosidase pada ekstrak etil asetat dan etanol Bornetella oligospora Hasil: Ekstrak etil asetat dan etanol Bornetella oligospora mengandung flavonoid, glikosida, triterpenoid, dan steroid. Uji kromatografi lapis tipis ekstrak etanol menunjukkan lima titik dengan Rf 0,545, 0,527, 0,5, 0,473, dan 0,154, sedangkan pada ekstrak etil asetat ditemukan dua titik dengan Rf 0,58 dan 0,64. Uji inhibisi α- glukosidase menunjukkan nilai IC50 ekstrak etanol 11,702 ppm dan ekstrak etil asetat 95,384 ppm. Diskusi: Ekstrak etil asetat dan etanol Bornetella oligospora memiliki aktivitas inhibisi α-glukosidase, meskipun tidak sebaik akarbosa. Kandungan fitokimia yang terkandung pada ekstrak juga memiliki efek antidiabetes. Kesimpulan: Ekstrak Bornetella oligospora berpotensi menjadi agen antidiabetes ......Background: Indonesia has a high prevalence of diabetes mellitus. One of the first line theraphy of diabetes mellitus is α-glucosidase inhibitors. Due to its side effects caused by syntethic drugs and limited sources, various studies have found that many herbal plants consist of bioactive compounds and exhibit α-glucosidase inhibitory activity. One of which are macroalgae or seaweed. In the eastern Indonesian ocean, there is an abundant green algae called Bornetella oligospora. Objective: To examine the inhibitory activity of α-glucosidase and phytochemical compounds in ethyl acetate and ethanol extract of Bornetella oligospora. Methods: A phytochemical tests on saponins, flavonoids, tannins, glycosides, triterpenoids, steroids, and alkaloids; thin layer chromatography test; and α-glucosidase inhibition assay was carried out on ethyl acetate and ethanol extract of Bornetella oligospora. Results: The phytochemical components of ethanol and ethyl acetate extract of Bornetella oligospora are flavonoids, glycosides, triterpenoids, and steroids. The thin layer chromatography test showed ethanol extract have five spots with Rf 0,545, 0,527, 0,5, 0,473, and 0,154, while the ethyl acetate extract has two spots with Rf 0.58 and 0.64. The α-glucosidase inhibition assay showed IC50 values of the ethanol extract was 11,702 ppm and ethyl acetate extract was 95,384 ppm. Discussion: Both ethanol and ethyl acetate extracts of Bornetella oligospora showed α- glucosidase inhibitory activity, although they are not as good as acarbose. The phytochemical content of the extract also has an antidiabetic effect. Conclusion: Bornetella oligospora extract has the potential to be an antidiabetic agent
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Dea Firdaus
Abstrak :

Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang prevalensinya cukup tinggi. Untuk mengobatinya, tanaman herbal seringkali digunakan, salah satunya tanaman kenikir (Cosmos caudatus) yang diketahui memiliki aktivitas antidiabetes dan antioksidan yang tinggi. Namun, perbandingan jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi daun tanaman ini belum dipelajari secara utuh. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap aktivitas antidiabetes dan antioksidan ekstrak daun kenikir. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi dengan 3 pelarut yang berbeda, yaitu air, etanol 50%, dan etanol teknis selama 3 malam, kemudian dilakukan beberapa pengujian kuantitatif: perhitungan total fenolik dan flavonoid; aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH; dan aktivitas antidiabetes dengan metode inhibisi enzim α-glukosidase. Selanjutnya dilakukan pengujian LCMS/MS untuk memprediksi senyawa spesifik yang terkandung dalam ekstrak. Hasil pengujian menunjukkan kadar total fenolik dan flavonoid serta aktivitas antioksidan dan antidiabetes paling tinggi dimiliki oleh ekstrak etanol 50%. Analisis LCMS/MS menunjukkan prediksi senyawa fitokimia yang terkandung dalam masing-masing ekstrak dengan kuersetin adalah senyawa yang paling dominan yang terdeteksi pada ekstrak etanol 50%. Daun kenikir yang diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 50% memiliki banyak keunggulan berupa kandungan zat aktif yang lebih banyak, serta aktivitas antioksidan dan antidiabetes yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan ekstrak air dan etanol.


Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is one of the most common degenerative disorders. For therapeutic use, herbs are commonly used in Indonesia for T2DM treatment, one of them is (Cosmos caudatus) kenikir’s leaves. In previous studies, kenikir's leaves have high antidiabetic and antioxidant activity. However, a comparison of antidiabetic activity from many extracts of kenikir's leave is remain unclear. This study will compare the antidiabetic and antioxidant properties of various kenikir’s leave extract. Kenikir’s leaves are extracted by maceration methods for three days using three different solvents: boiling water, ethanol 50%, dan ethanol 100%. Then, phenolic and flavonoid content will be measured, as well as antioxidant properties by DPPH radical scavenging activity assay, and antidiabetic properties by α-glucosidase inhibition assay, also LCMS/MS will be used to predict the compound from each extract. The result shows that ethanol 50% extract has highest phenolic and flavonoid content than others. It also has significantly higher antioxidant (p<0.05) and antidiabetic (p<0.05) properties than others. Meanwhile, LCMS/MS result of ethanol 50% extract predicts 6 chemical component, which quercetin is the most dominant compound. Ethanol 50% extract of kenikir’s leaves is superior from other extracts on phenolic and flavonoid content, antioxidant properties, and antidiabetic properties.

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Widiyarti
Abstrak :
ABSTRACT
Gambier (Uncaria gambier) is known to have antioxidant properties, and some studies have attributed it to the presence of polyphenols such as catechin. The objective of this study is to investigate the potential of various gambiers available in Indonesian market as a scavenger of reactive free radicals and evaluate its anti-hyperglycemic activity as α-glucosidase inhibitor. Isolation of catechin was done by extraction method with technical grade of ethyl acetate as solvent. Analysis of catechin in the dried gambier extract was carried out with TLC method. The molecular weight and content of catechin of dried gambier extract was determined by analyzing its mass spectra and spectrophotometer, respectively. The free radical scavenging activity of catechin of the resultant extracts was measured by using 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) as stable free radical compound. The anti-hyperglycemic activity of catechin of ethyl acetate extracts was analyzed as α-glucosidase inhibitor. The result showed that various gambiers available in the market are very active as antioxidant, indicated by IC50 of catechin of ethyl acetate extracts which were 4.6 to 18.2μ g/mL for DPPH inhibition. The IC50 for α-glucosidase inhibition is ranged from 40.45 to 52.43μ g/mL, so they can be classified as anti-diabetic.
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI);Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)], 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Windraseptamadya Asrah
Abstrak :
Demam dengue adalah salah satu jenis demam yang umum terdapat pada negara beriklim tropis. Demam ini disebabkan oleh virus dengue (DENV) yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang umumnya bereproduksi di iklim tropis serta dapat berubah menjadi demam berdarah dengue (DBD) apabila penderita tidak dirawat dengan tepat yang dapat berakibat fatal. DENV melakukan replikasi di dalam retikulum endoplasma dari sel manusia dengan bantuan enzim ?-Glucosidase yang dapat diinhibisi dengan menggunakan senyawa berbasis iminosakarida yang mengakibatkan DENV mengalami misfold dan terdegradasi. Ligan standar dan modifikasi telah dilakukan studi ADMET dan RO5 sebelum dilakukan docking dengan protein. Ligan modifikasi tersebut adalah senyawa organoboron yang berbasis terhadap 1-deoxynojirimycin yang meningkatkan energi ikatan bebas pada kompleks protein-ligan yang terbentuk jika dibandingkan dengan senyawa yang tidak termodifikasi. Dari sepuluh ligan modifikasi, ligan nomor dua dan tiga memiliki interaksi terbaik dengan ?-Glucosidase I dan II secara berturut-turut dengan sebesar -8,622 kkal/mol dan -8,858 kkal/mol secara berturut-turut. ......Dengue fever is a type of fever that is commonly found in tropical countries. It is caused by dengue virus (DENV) that transmitted by Aedes aegypti or Aedes albopictus mosquitos that mostly reproduces in tropical climates, that can develop into more severe and fatal disease called dengue hemorrhagic fever. DENV can replicate inside endoplasmic reticulum of human cells with the help of ?-Glucosidase enzymes, which can be inhibited using iminosaccharide based drug, that could lead to DENV degradation due to misfolded protein. Standard and modified ligand underwent ADMET and RO5 analysis before being prepared alongside with protein to be docked. The modified ligand is an organoboron compound based on 1-deoxynojirimycin that increases binding free energy on formed ligand-protein complex compared to non-modified compound. From ten modified ligands, ligand number two and three had the best interaction with ?-Glucosidase I and II respectively with of -8.622 kcal/mol and -8.858 kcal/mol respectively.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Delita
Abstrak :
Garcinia fruticosa Lauterb. merupakan anggota suku Clusiaceae. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ekstrak etil asetat kulit batang G. fruticosa Lauterb. dapat mengambat aktivitas enzim α-glukosidase dan sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan uji aktivitas antioksidan dan penghambatan terhadap α-glukosidase secara in vitro dari ekstrak etil asetat kulit batang G. fruticosa Lauterb. Isolasi dilakukan dengan kromatografi kolom dan diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis. Hasil fraksinasi ekstrak etil asetat diperoleh fraksi dengan potensi penghambatan terhadap α-glukosidase dan antioksidan. Pemurnian dan isolasi lebih lanjut dilakukan pada Fraksi D dan I. Pemurnian Fraksi D menghasilkan isolat D7a yang memiliki aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase (IC50 297,42 μg/mL), dan aktivitas antioksidan (IC50 71,06 μg/mL dengan metode DPPH dan 7,76 μg/mL dengan metode FRAP). Hasil elusidasi struktur isolat dari data spektroskopi IR, LC-MS/MS, 1H-NMR, 13C-NMR, 2D-NMR (HSQC, HMBC), dan literatur, menunjukkan bahwa isolat D7a adalah asam 4-hidroksi-3-metoksi benzoate (Asam Vanilat) dan isolat I-1 adalah β-Sitosterol dan Stigmasterol. ......Garcinia fruticosa Lauterb. is the member of Clusiaceae family Previous research reported that the ethyl acetate extract of G. fruticosa Lauterb stem bark was able to inhibit α-glucosidase enzyme activity and as an antioxidant activity. This research's aim is to isolate, identify, and antioxidant activity test and inhibition of α-glucosidase in vitro from ethyl acetate extract of G. fruticosa Lauterb. stem bark. Isolation was performed by column chromatography and identified by thin-layer chromatography. The fractionation result of ethyl acetate extract was obtained fractions with potential inhibition of α-glucosidase and as antioxidant. Further purification and isolation were carried out at fractions D and I. Purification of fraction D resulting isolate D7a with α-glucosidase enzyme inhibitory activity (IC50 297.42 μg/mL), and antioxidant activity (IC50 71.06 μg/mL with DPPH method and 7.76 μg/mL with FRAP method). The results of structural elusidation by spectroscopy IR, LC-MS/ MS, 1H-NMR, 13C-NMR, 2D-NMR (HSQC, HMBC), and literature, showed that the isolate D7a is 4-hydroxy-3-methoxy benzoic acid (Vanillic acid) and isolate I-1 are β-Sitosterol and Stigmasterol.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T54820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bahriyun
Abstrak :
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena menurun atau tidak berfungsinya aktivitas insulin, sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat. Penanganan diabetes dapat dilakukan dengan antidiabetik oral, insulin dan inhibitor α-glukosidase. Penelitian terdahulu membuktikan tanaman dari famili Euphorbiaceae memiliki aktivitas penghambatan terhadap α-glukosidase seperti ekstrak etanol Antidesma celebicum dengan nilai IC50 5,60 μg/mL. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh fraksi teraktif dari ekstrak methanol kulit batang Antidesma celebicum Miq. dalam menghambat aktivitas α-glukosidase serta mengetahui kandungan senyawa kimia dari fraksi teraktif. Ekstrak metanol difraksinasi cair-cair dengan pelarut n-heksan, etil asetat dan metanol.Fraksi yang diperoleh diuji penghambatannya terhadap aktivitas α-glukosidase menggunakan microplate reader pada λ=405 nm. Aktivitas penghambatan paling besar ditunjukkan oleh fraksi etil asetat (IC50 90,11 μg/mL). Selanjutnya fraksi etil asetat difraksinasi dengan kromatografi kolom dan diperoleh 8 fraksi gabungan (A-H). Aktivitas penghambatan α-glukosidase paling baik ditunjukkan oleh fraksi gabungan E (etil asetat:metanol) dengan IC50 53,68 μg/mL. Penapisan fitokimia menunjukkan fraksi etil asetat dan fraksi gabungan E mengandung glikosida, fenol, saponin dan terpen. ...... Diabetes mellitus is a metabolic disorder in which carbohydrate, protein and fat due to decreased or malfunctioned activity of insulin, resulting in increased blood glucose levels. Treatment for diabetes can be done with oral antidiabetic, insulin and α- glucosidase inhibitor. The previous researches showed the plants of the family Euphorbiaceae have inhibitory activity against α-glucosidase such as Antidesma celebicum ethanol extract with IC50 values 5.60 μ/mL. This research aimed to get most active fraction from methanol extract of stem bark Antidesma celebicum Miq. that have inhibition against α-glucosidase inhibitory activity and determine it is chemical substance. Methanol extract is fractionated liquid-liquid using solvents of nhexane, ethyl acetate, and methanol. The results of fraction, then, is inhibitory tested against α-Glucosidase activity using a microplate reader at λ= 405 nm. The greatest inhibitory activity is shown by ethyl acetate fraction (IC50 value 90.11μ/mL). Ethyl acetate fraction further fractionated by column chromatography and the combined fractions E (ethyl acetate :methanol) showed the strongest α-Glucosidase inhibitory activity with IC50 value 53.68 μ/mL Phytochemical screening showed extract ethyl acetate and combined fractions E contained glycosides, phenols, saponins and terpenes.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S53207
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Handayani
Abstrak :
Beberapa senyawa aktif pada tanaman berpotensi untuk digunakan dalam strategi pengobatan diabetes melitus. Salah satu strategi pengobatan diabetes melitus adalah dengan menjaga kadar glukosa postprandial melalui penghambatan α-amilase dan α-glukosidase. Penghambatan α-amilase menyebabkan zat makanan dalam bentuk polisakarida tidak diubah menjadi bentuk disakaridanya, sedangkan penghambatan α-glukosidase menyebabkan disakarida yang masuk dalam usus tidak bisa diubah menjadi bentuk monosakarida yang paling sederhana yaitu glukosa. Dengan tidak terbentuknya glukosa, maka darah tidak dapat menyerap glukosa dari makanan yang dimakan sehingga dapat menjaga kestabilan kadar glukosa darah, terutama kadar glukosa postprandial. Dalam penelitian ini peneliti melaporkan aktivitas penghambatan α- glukosidase dan α-amilase oleh 11 sampel dari tanaman Indonesia. Pengukuran aktivitas enzim dilakukan secara spektrofotometri dengan menggunakan kuvet dan microplate reader. Aktivitas α-amilase diukur pada λ=540 nm dan aktivitas α- glukosidase diukur pada λ=405 nm. Ekstrak yang memiliki penghambatan tertinggi untuk kedua enzim adalah ekstrak etanol teh putih dengan persen penghambatan sebesar 86,81% pada konsentrasi 22,5 μg/mL, IC50 = 10,54 μg/mL pada α-glukosidase, sedangkan pada α-amilase teh putih memberikan penghambatan sebesar 99,11% pada konsentrasi 166,7 μg/mL, IC50 = 16,46 μg/mL. Jenis penghambatan dievaluasi menggunakan plot Lineweaver-Burke. Teh putih menunjukkan penghambatan jenis inhibitor kompetitif campuran ditandai dengan penurunan nilai Vmax dan peningkatan nilai Km. ......Some of active constituents in plants have potency to be used in diabetes mellitus treatment strategy. One of strategies in treatment diabetes mellitus is to maintain postprandial glucose levels through inhibition of α-amylase and α-glucosidase. Inhibition of α-amylase causes polysaccharide in nutrients could not be transformed into its disacarides, whereas inhibition of α-glucosidase causes the disaccharide in intestine could not be converted into the simplest form of monosaccharides, especially glucose . If glucose has not been formed, the blood could not absorb glucose from the food and it was able to give benefits to maintain stable blood glucose levels, especially postprandial glucose levels. In this study, researcher reported the inhibitory activities of α-glucosidase and α- amylase by 11 sample from Indonesian plants. Spectrophotometric measurements were performed using a cuvette and microplate reader. An α-amylase activity was measured at λ=540 nm and α-glucosidase activity was measured at λ=405 nm. An extract which has the highest inhibition to both enzymes was the ethanol extract of white tea with the percent inhibition was 86,81 % at concentration 22,5 μg/mL, IC50 = 10,54 μg/mL in α-glucosidase activity. In α-amylase activity it provided inhibition of 99,11 % at concentration of 166,7 μg/mL, IC50 = 16,46 μg/mL. Type of inhibition was evaluated using Lineweaver-Burke plot. White tea showed a mixed competitive inhibition type characterized by decreasing of Vmax value and an increasing of Km value.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavia Rahmawati
Abstrak :
ABSTRAK
Madu dari stingless bee telah diteliti untuk mengetahui pengaruhnya sebagai anti-diabetes namun belum ada penelitian yang meneliti aktivitas anti-diabetes dari madu jenis Tetragonula biroi dan Tetragonula laeviceps. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas anti-diabetes dari kedua jenis stingless bee honey tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan pengujian aktivitas penghambatan enzim ?-glukosidase secara in vitro dan pengaruh madu pada metabolisme tikus yang diinduksi diabetes. Pada penghambatan aktivitas enzim ?-glukosidase dilakukan dengan mengamati absorbansi dari campuran pereaksi dengan tambahan sampel madu dengan konsentrasi 50, 100, 250, 500, dan 1000 ppm. Pengujian dilakukan pada sampel madu murni dan ekstrak metanol dari kedua sampel. Absorbansi campuran pereaksi diamati pada panjang gelombang 410 nm. Pengujian dengan tikus hanya dilakukan pada madu dari T. biroi pengujian dengan tikus model diabetes melitus. Tikus terlebih dahulu diinduksi dengan streptozotocin dan kemudian diberi sampel madu secara oral dengan dosis 0.5 g/kg BB, 1 g/kg BB dan 2 g/kg BB. Kadar glukosa dan berat badan tikus diamati setiap minggunya selama 4 minggu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa madu dari T. biroi dan T. laeviceps memiliki aktivitas anti-diabetes. Madu T. biroi dan T. laeviceps memiliki aktivitas penghambatan enzim ?-glukosidase walaupun persentase penghambatannya lebih kecil dibandingkan dengan kontrol positif acarbose . Persentase penghambatan tertinggi dari keempat sampel dimiliki oleh ekstrak metanol madu T. laeviceps dengan persentase penghambatan sebesar 40,10 pada konsentrasi 500 ppm. Pada pengujian secara in vivo untuk madu T. biroi juga menunjukkan adanya aktivitas anti-diabetes. Berat badan kelompok tikus yang diberi sampel madu mengalami pengurangan penurunan berat badan mendekati besar penurunan yang terjadi pada kelompok tikus yang diberi glibenklamid. Pengurangan penurunan berat badan terbesar terjadi pada kelompok yang diberi glibenklamid 21,5 g diikuti oleh kelompok yang diberi madu dengan dosis 2 g/kg BB 38 g, dosis 1 g/kg BB 44 g, dosis 0,5 g/kg BB 56,8 g dan kontrol negatif 71,5 g. Kadar glukosa darah dari tikus model diabetes melitus yang diberikan sampel madu dan glibenklamid belum menunjukkan adanya penurunan. Namun kelompok tikus yang diberikan glibenklamid dan madu menunjukkan data kadar glukosa darah yang lebih stabil dibandingkan tikus yang tidak diberi apa pun kontrol negatif. Oleh karena itu, maka dapat dikatakan bahwa madu T. biroi dan T. leaviceps memiliki aktivitas anti-diabetes.
ABSTRACT
Honey from stingless bee has been studied to determine its effect as anti diabetic but no studies have examined anti diabetic activity of honey from Tetragonula biroi and Tetragonula laeviceps. This study was conducted to determine the anti diabetic activity of both types of stingless bee honey SLBH. This study was conducted by testing the inhibitory activity of glucosidase enzyme in vitro and the effect of honey in metabolism of diabetic induced rats in vivo. Inhibition of glucosidase enzyme was done by observing the absorbance of reagent mixture with additional honey samples with concentration of 50, 100, 250, 500, and 1000 ppm. Tests were performed on pure honey and methanol extract of both samples. Absorbance of the reactant mixture was observed at 410 nm. Study with rats were performed only on honey from T. biroi with diabetic induced rats. Rats were induced with streptozotocin and then given oral samples of honey with doses of 0.5 g kg BW, 1 g kg BW and 2 g kg BW. Levels of glucose and body weight of rats were observed every week for 4 weeks. The results of this study indicate that honey from T. biroi and T. laeviceps has anti diabetic activity. Honey T. biroi and T. laeviceps has inhibitory activity of glucosidase enzyme although their percentage of inhibition is smaller than the positive control acarbose. The highest percentage of inhibition between the four samples honey was possessed by T. laeviceps honey methanol extract with 40.10 at 500 ppm. In vivo study for T. biroi also showed anti diabetic activity. The body weight of the group rats that was given honey samples experienced a reduction in the weight loss close to the group that was given glibenclamide. The largest reduction in body weight loss occurred in the group given glibenclamide 21.5 g followed by the group given honey with a dose of 2 g kg BB 38 g, dose 1 g kg BB 44 g, dose 0.5 g kg BW 56.8 g and negative control 71.5 g. Blood glucose levels of the diabetic rats that was given honey and glibenclamide have not shown any decrease. However, the group of rats that were given glibenclamide and honeys showed a more stable of blood glucose levels that the group of rats that were not given anything negative control. Therefore, it can be concluded that SLBH T. biroi and T. laeviceps have anti diabetic activity.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>