Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggita Citra Resmi
Abstrak :
Sambiloto atau Andrographis panniculata merupakan tanaman tradisional herbal yang yang banyak ditemui di Indonesia. Penelitian Biokimia tentang efek antioksidan zat berkhasiatnya belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa aktivitas antimalaria ekstrak etanol sambiloto (EES) pada hati mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei melalui pengukuran kadar malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH). Metode: Mencit jantan galur Balb/c dengan berat 28-30 g, 7-8 minggu, dibagi menjadi 4 kelompok secara acak, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit. Kelompok K: Kontrol, Kelompok A: kontrol negatif, Kelompok B: EES 2 mg/kgBB/hari selama 7 hari, C: klorokuin 10 mg/kgBB/hari selama 3 hari. MDA dan GSH diperiksa dengan metode spektrofotometri. Hasil: Terlihat kadar MDA hati yang lebih rendah pada kelompok perlakuan EES dan klorokuin, walaupun tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (p≥0,05). Pada kelompok B dan C terlihat peningkatan kadar GSH dibandingkan kelompok kontrol negatif, kenaikan ini mendekati kadar kelompok kontrol. Pada pengujian statistik, tidak terlihat perbedaan yang bermakna antara kelompok K, B dan C (p≥0,05). Kesimpulan: EES dapat menurunkan kadar MDA dan meningkatkan kadar GSH pda hati mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei, walaupun hasil ini belum bermakna dibandingkan dengan kontrol negatif. Untuk aktivitas yang lebih signifikan di hati diperlukan pemberian EES dengan dosis yang lebih tinggi dari 2 mg/kgBB. ......Andrographis paniculata is a traditional herb medicine usually used in Indonesia. The aim of this study were to determine the anti-malarial activity of ethanolic extract of sambiloto (EES) in Plasmodium berghei-infected mice through measuring the malondialdehyde MDA) and glutathione (GSH) levels. Methods: Male mice (Balb/c strain) with weight 28-30 g, 7-8 weeks old, were randomly devided into 4 groups of 5 animals each. Group K: control (nil), Group A: negative control, and 2 treatment groups (B, C). Group B: EES 2 mg/kgBW, once per day for 7 days, and group C: chloroquine 10 mg/kgBW, once a day, for 3 days. All treatment was administered orally. Results: MDA level of liver occurs lower in the EES and chloroquine treatment groups, although is not significant with negative control group (p ≥ 0.05). In B and C groups shown the increase of GSH liver level compared to the negative control group, but the level is approaching control group. On statistical analysis, there is no significant difference seen between the control, B and C groups (p ≥ 0.05). Conclusion: EES can reduce MDA level and increased GSH level in mice liver infected with Plasmodium berghei, although this result is not significant compared to the negative control. For the significant effect, need further investigation to find the appropriate dose for hepar tissue.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktisa Durrah
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai konsentrasi glutation dalam medium pengencer terhadap kualitas spermatozoa sapi peranakan ongole PO , 48 jam pascapengeringbekuan dengan suhu pembekuan -80OC. Sampel semen dikoleksi dua kali dalam seminggu dari dua ekor jantan pendonor, selama tiga minggu. Semen sapi PO diencerkan dalam pengencer Tris-kuning telur 20 yang mengandung glutation 0 mM KK ; glutation 0,5 mM KP1 ; glutation 1 mM KP2, dan glutation 1,5 mM KP3. Semen yang telah diencerkan selanjutnya diekuilibrasi, dibekukan, lalu dikeringbekukan pada suhu -60OC dan tekanan 0,011 mbar. Parameter kualitas spermatozoa yang diamati meliputi integritas membran, abnormalitas, dan integritas DNA spermatozoa. Hasil uji analisis variansi ANAVA pola satu faktor yang dilanjutkan dengan uji Tukey menunjukkan perbedaan nyata P le;0,05 antara KK 29,00 3,03 dengan KP2 46,67 6,90 dan KP3 45,75 5,63 terhadap persentase integritas membran spermatozoa, serta antara KK 26,8 4,88 dengan KP1 20,6 2,11 dan KP2 18,9 2,11 terhadap persentase abnormalitas spermatozoa. Integritas DNA KP1 = 88,1 2,78 ; KP2 = 93,4 2,06 ; KP3 = 90,0 2,94 spermatozoa pada tiap kelompok perlakuan cenderung mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol KK = 86,0 3,37 pascapengeringbekuan.
ABSTRACT
The present study was conducted to assess the effect of glutathione in various concentration on ongole crossbred spermatozoa quality, 48 hours post freeze drying using freezing temperature of 80OC. Semen samples was collected twice in a week for three weeks from two donor bulls. The samples were diluted in Tris egg yolk extender with glutathione additives at concentration 0 mM KK 0,5 mM KP1 1 mM KP2, and 1,5 mM KP3. Diluted semen was equilibrated, freezed, and immediately freeze dried at 60OC with 0,011 mbar pressure. Parameters of spermatozoa quality include membrane integrity, abnormal morphology, and DNA integrity of spermatozoa were assessed. One factor analysis of variance ANAVA test continued with Tukey test showed a significant differences P le 0,05 between KK 29,00 3,03 and KP2 46,67 6,90 along with KP3 45,75 5,63 on the percentage of sperm membran integrity, and between KK 26,8 4,88 and KP1 20,6 2,11 along with KP2 18,9 2,11 on the percentage of sperm abnormal morphology. The DNA integrity of post freeze drying spermatozoa in additive groups KP1 88,1 2,78 KP2 93,4 2,06 KP3 90,0 2,94 showed an increasing patterns as compared to the control goup KK 86,0 3,37 .
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifah Shabrina
Abstrak :
Endometriosis merupakan penyakit ginekologi kronis yang dapat dipicu oleh stres oksidatif akibat peningkatan spesies oksigen reaktif (ROS), yang mengakibatkan ketidakseimbangan glutation sebagai antioksidan endogen dan kerusakan sel, dengan 8-Hidroksi-2-Deoksi guanosin (8-OHdG) sebagai biomarker. Levonorgestrel sebagai terapi hormonal untuk endometriosis dapat mengganggu dan mempengaruhi stres oksidatif juga. Flavonoid adalah bahan bioaktif alami seperti produk lebah, sebagai antioksidan yang dapat menekan proliferasi sel-sel patologis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek Flavonoid terhadap kadar glutation dan kondisi 8-OHdG. Penelitian ini menggunakan desain uji klinis dengan alokasi acak dan double-blinded. 24 wanita dengan terapi Levonorgestrel (LNG) karena endometriosis secara acak ditugaskan untuk menerima propolis yang mengandung 17,5 mg flavonoid per tetes atau plasebo. Intervensi diberikan dua kali sehari, pada pagi dan malam hari, dengan dosis 1 tetes/10 kg berat badan (kgBB) per kali. Sampel darah dan penilaian gizi diambil pada kunjungan pertama dan 4 minggu setelahnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa glutation dan 8-OHdG tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (p>0,05), namun glutation mengalami penurunan sebesar 0,01 (-0,01-0,037) μg/mL setelah 4 minggu intervensi. Kadar 8-OHdG menunjukkan penurunan yang lebih besar pada kelompok propolis sebesar 17,30 ng/mL (-13,58 – 37,19) ng/mL dibandingkan dengan kelompok plasebo. Pemberian flavonoid dalam propolis tidak menghasilkan perubahan yang signifikan dalam kadar glutation dan 8-OHdG selama periode intervensi 4 minggu. ......Background: Endometriosis represents a chronic gynecological disease that  can be triggered by oxidative stress due to increased reactive oxygen species (ROS) resulting in an imbalance of glutathione as an endogen antioxidants and cell damage, with 8-Hidroksi-2-Deoxy guanosine (8-OHdG) as biomarker. levonorgestrel as a hormonal therapy for endometriosis can interfere and may affect the oxidative stress either. Flavonoids are natural bioactive ingredients such as bee product, as antioxidants that may suppress proliferation of pathological cells. Objectives: This study aimed to determine the effect of Flavonoid on glutathione level and 8-OHdG condition. Methods: This study used clinical trial design with random allocation and double-blinded. 24 women with Levonorgestrel (LNG) therapy due to endometriosis were randomly assigned to receive propolis-contained 17.5 mg of flavonoids per drop or placebo. The intervention given two times a day,in the morning and at night, with a dose of 1 drop /10 kg body weight (kgBW) per time. Blood samples and nutritional assessment were taken at the first time of visit and 30 days thereafter. Results: The results showed that glutathione and 8-OHdG did not have a significant difference between the two groups (p>0,05), but glutathione decreased 0,01(-0,01-0,037) μg/mL after 4 weeks of intervention. The 8-OHdG levels showed a greater decrease in the propolis group by 17,30 ng/mL (-13.58 – 37.19) ng/mL compared to the placebo group. Conclusion: The administration of flavonoids in propolis did not result in significant changes in glutathione and 8-OHdG levels during the 4-week intervention period.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febby Valentara Cindy
Abstrak :
Peningkatan jumlah radikal bebas yang tidak dapat diatasi oleh tubuh menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Kondisi stres oksidatif mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit seperti kanker, diabetes melitus, penyakit neurodegeneratif dan sebagainya. Untuk mengatasi kondisi stres oksidatif diperlukan antioksidan. Antioksidan bisa diperoleh dari bahan alami seperti daun pandan wangi. Daun pandan wangi telah dibuktikan memiliki kandungan antioksidan alami seperti flavonoid dan asam fenolik. Untuk melihat aktivitas ekstrak daun pandan wangi dalam mengatasi kondisi stres oksidatif, dilakukan uji coba pada sel darah merah sapi 2% dengan mengukur kadar MDA dan GSH. Ekstrak Etanol daun pandan wangi diberikan pada sel darah merah sapi 2% yang telah diberikan H2O2 ­­­atau akan diberikan H2O2 setelahnya, untuk melihat efek antioksidan secara preventif dan kuratif. Hasil uji coba didapatkan bahwa kadar MDA tidak dapat diintepretasi karena pigmen warna daun pandan wangi mengganggu pembacaan hasil. Hasil pengukuran kadar GSH menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada kelompok perlakuan preventif dan kuratif dibandingkan kelompok kontrol negatif. Berdasarkan hasil salah satu indikator yang diuji tersebut, disimpulkan bahwa ekstral etanol daun pandan wangi memiliki efek preventif dan kuratif sebagai antioksidan terhadap kondisi stres oksidatif sel darah merah sapi 2%. Akan tetapi, perlu dilakukan modifikasi dalam pembuatan ekstrak daun pandan wangi pada penelitian selanjutnya untuk menangani faktor pengganggu dalam pembacaan hasil. ......The increase in number of free radicals that cannot be overcame by human body can lead to a condition called stress oxidative. This condition causes several diseases such as cancer, diabetes mellitus, neurodegenerative disease and more. Antioxidant is needed to conquer stress oxidative. Antioxidants can be obtained from natural ingredients, for example pandan leaf. Pandan leaves have been proven to have antioxidant compounds such as flavonoid and phenolic acid. To observe the antioxidant activity of pandan leaves extract, an experiment on 2% cows blood cells is performed by measuring its MDA and GSH concentration. Ethanol extract of pandan leaves is given to 2% cows red blood cells, that has been given H2O2 or that will be given H2O2 later, in order to observe antioxidant effect preventively and curatively. The resulting MDA concentration from this experiment is not able to be interpreted because of the pigmentation of pandan leaves confounding the absorbance reading. The measurement result of GSH concentration showed a significant increase on the preventive and curative groups compared to the negative control group. Based on the result of one of the indicators in this experiment, it can be concluded that ethanol extract pandan leaves have preventive and curative effects as an antioxidant to overcome stress oxidative condition on 2% cows red blood cells. However, modifications in preparing the pandan leaves extract should be done in further research to deal with the confounding factors in absorbance reading.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Rohmawati
Abstrak :
Stres oksidatif dihasilkan sebagai akibat dari jumlah ROS (reactive oxygen spesies) yang berlebih di dalam tubuh yang dapat merusak jaringan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara oksidan (ROS) dan antioksidan sebagai penangkalnya. Kadar antioksidan di dalam tubuh dapat ditingkatkan dengan cara mengonsumsi makanan yang mengandung zat antioksidan, misalnya bekatul. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi bekatul sebagai antioksidan dengan mengukur kadar GSH pada ginjal tikus diintoksikasi dengan karbon tetraklorida (CCl4). Pada penelitian ini menggunakan 24 tikus jantan galur Sparague Dawley yang dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok kontrol normal (K1) tidak mendapat perlakuan, kelompok kontrol negatif (K2) diberikan CCl4 0,55 mg/kg BB. Perlakuan 1 (P1) dan P2 diberikan bekatul 200 mg/kg BB. P3 dan P4 diberikan bekatul 400 mg/kg BB. Kemudian, kelompok P2 dan P4 diberikan CCl4 dengan dosis 0,55 mg/kg BB. Masing-masing kelompok tersebut dilakukan pengukuran kadar GSH. Setelah itu, dilakukan analisis data dengan menggunakan One Way Anova. Hasil penelitian didapatkan kadar GSH pada K2, P1 dan P2 lebih tinggi dibandingkan kontrol normal dan kadar GSH P3, P4 lebih tinggi dibandingkan kontrol negatif. Peningkatan kadar GSH yang bermakna terdapat pada kontrol negatif serta kelompok bekatul 400 dengan bekatul 200 + CCl4 dengan nilai p< 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bekatul berpotensi sebagai antioksidan apabila dilihat secara grafik, karena kadar GSH pada rata-rata kelompok perlakuan cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan kontrol normal dan kontrol negatif. ...... Oxidative stress produced as a result of the amount of ROS (reactive oxygen species) are excessive in the body that can damaged tissue. This is caused by an imbalance between oxidants (ROS) and antioxidant as an antidote. Levels of antioxidants in the body can be increased by eating foods that contain antioxidants, such as bran. Therefore, the aim of this study was to determine the potential of rice bran as an antioxidant by measuring the levels of GSH in kidney diintoksikasi rats with carbon tetrachloride (CCl4). In this study using 24 male rats Sparague Dawley strain were divided into 6 groups. Normal control group (K1) untreated, negative control group (K2) is given CCl4 0.55 mg / kg. Treatment 1 (P1) and P2 given bran 200 mg / kg. P3 and P4 are given bran 400 mg / kg. Then, the group P2 and P4 are given CCl4 with a dose of 0.55 mg / kg. Each group measured levels of GSH. After that, data analysis using One Way Anova. The result showed the levels of GSH on K2, P1 and P2 higher than normal control and GSH levels P3, P4 higher than the negative control. A significant increase in GSH levels found in the negative controls as well as groups with bran bran 400 200 + CCl4 with a value of p <0.05. Thus, it can be concluded that the bran potential as an antioxidant when seen in the chart, because the levels of GSH in the average treatment groups tends to increase as compared with normal controls and negative controls.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Haidir
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan glutation dengan konsentrasi 0,5 mM KP 1, 1,0 mM KP 2, dan 1,5 mM KP 3 ke dalam pengencer tris-kuning telur TKT 20 terhadap kualitas spermatozoa sapi peranakan ongole PO pascapengeringbekuan dengan suhu pembekuan -196 C. Sampel ditampung dari dua ekor sapi PO masing-masing satu kali dalam satu minggu menggunakan metode vagina buatan. Semen sapi PO dikemas ke dalam cryotube 1,5 ml dengan dosis 25 juta sel/ml. Semen diekuilibrasi selama 3 jam pada suhu 4--5 C, kemudian dibekukan menggunakan nitrogen cair yang memiliki suhu -196 C. Semen selanjutnya dikeringbekukan selama 24 jam pada suhu -60 C dan tekanan 0,011 mBar. Hasil uji ANAVA satu faktor yang dilanjutkan dengan uji perbedaan berganda Tukey menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata P.
ABSTRACT
The research aimed to find out the effect of the addition of glutathione with concentration of 0.5 mM KP 1, 1.0 mM KP 2, and 1.5 mM KP 3 into the tris egg yolk of ongole crossbreed cattle post freeze drying using freezing temperature of 196 C. Semen samples were collected from two ongole crossbreed cattle each once a week using an artificial vaginal method. Diluted semen samples were packed into 1.5 ml cryotube with 25 million cells ml dosage. Samples were equilibrated for 3 hours at 4 5 C, then freezed in liquid nitrogen using temperature of 196 C. Samples were freeze dried for 24 hours at 60 C and pressure of 0.011 mBar. The result of one factor ANOVA and continued with Tukey test showed the significant difference.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Yohanna Priscilla
Abstrak :
Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan adalah adanya radikal bebas yang berperan dalam stres oksidatif. Glutation (GSH) berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap kerusakan oksidatif dengan menangkal radikal bebas melalui elektron yang didonorkannya. Spirulina sp. merupakan antioksidan alami yang dapat meningkatkan kadar glutation. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol Spirulina plantesis terhadap kadar glutation ginjal tikus. Metode Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental. Sampel berjumlah 30 tikus wistar jantan dari berbagai usia (12, 18, dan 24 minggu) masing-masing terdiri dari kelompok spirulina dan kontrol, sehingga total 6 kelompok. Kadar GSH diuji dengan metode Elman. Analisis data dilakukan dengan uji ANOVA. Hasil Data menunjukkan kadar GSH pada ginjal tikus berusia 12 dan 18 minggu yang diberi ekstrak etanol spirulina lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Tikus kontrol berusia 24 minggu memiliki kadar GSH yang jauh lebih tinggi daripada yang berusia 12 dan 18 minggu. Tidak terdapat perbedaan bermakna di antara usia yang berbeda pada kelompok tikus yang diberi ekstrak etanol spirulina. Kesimpulan Pengaruh pemberian ekstrak etanol Spirulina platensis terhadap penundaan penuaan organ ginjal tampak lebih dominan khususnya di usia muda. ......Introduction One of the causes of aging is the presence of free radicals which play a role in oxidative stress. Glutathione (GSH) plays a role in the body's defense mechanism against oxidative damage by removing free radicals through donating electrons. Spirulina sp. is a natural antioxidant that can increase glutathione levels. This study focused on determining the effect of administration of Spirulina plantesis ethanol extract on rat kidney glutathione levels. Method This study uses an experimental research design. The sample consisted of 30 male wistar rats of various ages (12, 18, and 24 weeks), with each consisting of spirulina and control groups, though the total was 6 groups. GSH levels were tested using the Elman method. Data analysis was performed by ANOVA test. Results Data showed that GSH levels in the kidneys of rats aged 12 and 18 weeks which were given spirulina ethanol extract were higher than the control group. Control mice aged 24 weeks had significantly higher levels of GSH than those aged 12 and 18 weeks. There were no significant differences between different ages in the group of mice given spirulina ethanol extract. Conclusion The effect of Spirulina platensis ethanol extract to delay the aging of the kidney organs was dominant especially at a young age.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susbantarsih
Abstrak :
Ruang lingkup dan Cara penelitian : Hormon steroid telah lama digunakan sebagai alat kontrasepsi pada wanita. Didasarkan pada keberhasilan penggunaan hormon ini pada wanita, maka sekarang sedang dikembangkan untuk digunakan pada pria. Akan tetapi, dari hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan hormon steroid khususnya progestogen pada wanita dapat meningkatkan produksi radikal bebas di dalam tubuh. Diduga penggunaan hormon steroid pada pria, juga akan meningkatkan radikal bebas. Bila terjadi peningkatan radikal bebas, diharapkan pemberian vitamin E sebagai antioksidan dapat mencegah peningkatan radikal bebas tersebut. Untuk itu, dilakukan penelitian dengan menggunakan model hewan coba yaitu tikus jantan. Untuk penentuan radikal bebas, parameter yang diukur adalah kadar peroksida lipid secara spektrofotometris pada panjang gelombang 531 rim, dan kadar glutation pada panjang gelombang 412 am. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji sidik ragam anova dua faktorial, sebelumnya data diuji normalitasnya dan homogenitasnya. Hasil dan kesimpulan : Penyuntikan kombinasi hormon TE & DMPA pada tikus jantan tidak meningkatkan kadar peroksida lipid plasma darah (P>0,05). Pemberian vitamin E pada tikus jantan yang disuntik kombinasi hormon TE & DMPA, tidak menurunkan kadar peroksida lipid plasma darah (P>0,05). Pemberian vitamin E pada tikus jantan yang disuntik kombinasi hormon TE & DMPA, dapat mempertahankan kadar GSH plasma darah (P>0,05). Dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin E pada tikus jantan yang disuntik dengan kombinasi hormon TE & DMPA, tidak berpengaruh terhadap kadar peroksida lipid tetapi dapat mempertahankan kadar glutation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ermawati
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah membuat sediaan gel transfersom glutation yang berkhasiat sebagai antioksidan dan menguji daya penetrasi kemudian membandingkannya dengan gel glutation yang tanpa dibuat transfersom. Formulasi transfersom dibuat 3 formula yang berbeda pada konsentrasi glutation (0,25;0,5;1g/50ml). Metode pembuatan trasnfersome menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Suspensi transfersom kemudian dimasukkan ke dalam sediaan gel dan diuji daya penetrasi menggunakan sel difusi Franz. Suspensi transfersom formula ke- 3 dengan ukuran partikel 145,61 nm; polidispersity indeks 0,212 dan efisiensi jerapan 73,76%±0,85 dipilih untuk dibuat sediaan gel. IC50 serbuk glutation sebesar 72,29±0,57 ppm. Jumlah kumulatif glutation terpenetrasi dalam gel transfersom lebih besar yaitu 4718,1566±887,344μgcm-2 sedangkan gel glutation tanpa transfersom sebesar 2177,6410±152,64μgcm-2. Fluks pada gel transfersom juga lebih besar yaitu 567,4380±112,52μgcm-2jam-1sedangkan gel glutation tanpa dibuat transfersom sebesar dan 256,9135±68,74. μgcm-2jam-1. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gel transfersom glutation dapat berpenetrasi melalui kulit secara in vitro lebih baik dibandingkan dengan gel glutation tanpa dibuat transfersom. ...... The aim of this study was to formulate glutathione transfersome gel which have antioxidant activity and evaluate its in vitro penetration compared to glutathione nontransfersome gel. Three transfersomes formulations which differ glutathione concentration (0.25;0.5;1g/50 ml) were made using thin layer hidration method. Antioxidant testing using DPPH method and penetration testing using Franz Difussion Cell.The third formulation was choosen to be loaded into gel because the characteristics were the best: vesicle size was 145.61 nm ; polydispersity index was 0.212 and entrappment efficiency was 73.76%±0.85. It was found that IC50 Glutathione powder is 72.29±0.57 ppm. The cumulative amount permeated of glutathione transfersome gel was bigger (4718.1566 ± 887.344μgcm-2) than nontransfersome gel (2177.6410 ± 152.64μgcm-2). Transfersome gel flux (567.4380 ± 112.52μgcm-2h-1) was bigger compared to non transfersome gel (256.9135 ± 68.74. μgcm-2h-1). The conclusion is glutathione transfersomes gel has better penetration than glutathione nontransfersome gel.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T42878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Airine Hendrawan
Abstrak :
[ABSTRAK
Merokok merupakan masalah kesehatan serius di seluruh dunia. Jumlah perokok di Indonesia diperkirakan mencapai sepertiga dari jumlah seluruh penduduk Indonesia, dan sebagian besar memulai merokok pada usia muda. Merokok dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada jaringan dalam berbagai tingkatan akibat meningkatnya radikal bebas dan menurunnya mekanisme antioksidan baik tipe enzimatik maupun non-enzimatik. Banyak penelitian di bidang akupunktur yang dilakukan untuk meneliti efek akupunktur terhadap kadar enzim antioksidan dalam tubuh. Metoda akupunktur manual dan elektroakupunktur frekuensi rendah kerap dilakukan oleh praktisi akupunktur dalam praktek klinik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari metode penusukan akupunktur secara manual dan elektroakupunktur frekuensi rendah terhadap peningkatan aktivitas enzim antioksidan Glutation peroksidase (GSHPx) di plasma darah. Desain penelitian yang digunakan adalah uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol. Penelitian ini melibatkan 42 subjek perokok yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok akupunktur manual (n=21) dan kelompok elektroakupunktur frekuensi rendah (n=21). Akupunktur dilakukan pada titik ST36 Zusanli dan SP6 Sanyinjiao bilateral. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kadar Glutation peroksidase (GSH-Px) yang bermakna pada kelompok akupunktur manual setelah terapi ke-3. Peningkatan kadar GPx juga terjadi di kelompok elektroakupunktur frekuensi rendah namun tidak bermakna secara statistik. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada rerata perubahan kadar Glutation Peroksidase pada kelompok akupunktur manual dibandingkan dengan kelompok elektroakupunktur setelah terapi ke-3 (p=0.176). Kesimpulan penelitian ini adalah akupunktur manual lebih efektif untuk meningkatkan kadar enzim Glutation peroksidase daripada elektroakupunktur frekuensi rendah.
ABSTRACT
Cigarette moking is a worldwide serious health problem. Smoking prevalence in Indonesia is approximately one third of all population, and most of them start to smoke since very young age. Smoking can cause oxidative damage in body tissues in various levels due to the increase of free radicals and the decrease of antioxidant mechanisms of enzymatic and non-enzymatic reactions. Many trials have been conducted to find the acupuncture effect on antioxidant enzymes in the body. Manual acupuncture and low frequency electroacupuncture are often used by acupuncture professionals in clinical practice. The aim of this study is to determine the effect of manual acupuncture and low frequency electroacupuncture on serum levels of Gluthatione peroxidase (GSH-Px). The design of the trial is a double-blind randomized controlled trial, involving 42 smokers which randomly allocated into groups of manual acupuncture (n=21) and low frequency electroacupuncture (n=21). Acupuncture was conducted at ST 36 Zusanli dan SP 6 Sanyinjiao bilaterally. The results showed a significant increase of serum Glutathione peroxidase on manual acupuncture group after the 3rd treatment. The increase of serum Glutathione peroxidase was also shown on low frequency electroacupuncture group, but not statistically significant. There was no significant differences on the mean difference of Glutathione peroxidase levels in manual acupuncture group and electroacupucture group after the 3rd treatment (p=0.176). Conclusion of this study is manual acupuncture found to be more effective in increasing the serum levels of GSH-Px than low frequency electroacupuncture., Cigarette moking is a worldwide serious health problem. Smoking prevalence in Indonesia is approximately one third of all population, and most of them start to smoke since very young age. Smoking can cause oxidative damage in body tissues in various levels due to the increase of free radicals and the decrease of antioxidant mechanisms of enzymatic and non-enzymatic reactions. Many trials have been conducted to find the acupuncture effect on antioxidant enzymes in the body. Manual acupuncture and low frequency electroacupuncture are often used by acupuncture professionals in clinical practice. The aim of this study is to determine the effect of manual acupuncture and low frequency electroacupuncture on serum levels of Gluthatione peroxidase (GSH-Px). The design of the trial is a double-blind randomized controlled trial, involving 42 smokers which randomly allocated into groups of manual acupuncture (n=21) and low frequency electroacupuncture (n=21). Acupuncture was conducted at ST 36 Zusanli dan SP 6 Sanyinjiao bilaterally. The results showed a significant increase of serum Glutathione peroxidase on manual acupuncture group after the 3rd treatment. The increase of serum Glutathione peroxidase was also shown on low frequency electroacupuncture group, but not statistically significant. There was no significant differences on the mean difference of Glutathione peroxidase levels in manual acupuncture group and electroacupucture group after the 3rd treatment (p=0.176). Conclusion of this study is manual acupuncture found to be more effective in increasing the serum levels of GSH-Px than low frequency electroacupuncture.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>