Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hery Novriansyah
"Rekam medis merupakan sumber informasi kesehatan yang memerlukan manajemen data yang baik, informasi merupakan hal yang penting dalam penentuan kebijakan atau pengambilan keputusan. Pengelolaan rekam medis rawat jalan di UPT Puskesmas Kecamatan Cileungsi masih manual yang mengakibatkan banyak keterbatasan dan permasalahan. Permasalahan ini mengakibatkan ketidakmampuan mengolah data menjadi informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan akurat. Tujuan penelitian adalah membuat rancangan sistem informasi rekam medis elektronik rawat jalan yang dapat memudahkan pengolahan data untuk dibuat menjadi informasi yang dibutuhkan. Pengembangan sistem informasi menggunakan metode Incremental dan Iterative, pengumpulan data dengan cara observasi, telaah dokumen dan wawancara.
Penelitian ini menghasilkan desain logis sistem informasi rekam medis elektronik rawat jalan sesuai kebutuhan pengguna yang dapat menghasilkan informasi secara cepat dan akurat. Kecepatan arus informasi di puskesmas sangat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan dan menjalankan fungsi perencanaan, monitoring dan evaluasi. Sistem informasi ini dapat di implementasikan dengan beberapa kondisi yang dapat menunjang terselenggaranya sistem dengan baik, yaitu tersedianya perangkat keras dan perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan sistem informasi yang dikembangkan secara bertahap, pelatihan petugas serta dukungan manajemen berupa dana, kebijakan dan prosedur.

Medical record is a source of health information management that requires good data, information is crucial in the determination of policy or decision making. Outpatient medical record management in UPT Puskesmas Kecamatan Cileungsi manuals still lead to many limitations and problems. This problem resulted in the inability of the processing of data into information you need quickly and accurately. The purpose of the research is to make the design of electronic medical record information system outpatient which can facilitate the processing of data to be made into the needed information. Information systems development using Iterative, Incremental method and data collection by means of observation, review of documents and interviews.
This research resulted in the logical design of the information system of the electronic medical record outpatient, according the needs of users who are able to generate information quickly and accurately. Speed of information flow in primary health care help management in decision making and running the functions of planning, monitoring and evaluation. This information system can be implemented with some conditions that can support this system properly, namely the availability of hardware and software according to the needs of information systems developed gradually, officer training and management support in the form of funds, policies and pr
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustamin Alwy
"Para ahli ilmu sosial dan kebudayaan menyoroti masalah sosial-budaya dengan mengacu pada dua paradigma, yaitu paradigma 'behavioristic' dan paradigm 'cognitive' (d'Andrade 1976, dalam Shweder 1984; Spradley 1972; Berkhofer 1969). Paradigma pertama diartikan sebagai suatu pendekatan yang menekankan pada pola - pola prilaku yang dapat diamati dalam kelompok-kelompok sosial tertentu. Paradigma kedua diartikan sebagai suatu pendekatan untuk menjelaskan kebudayaan dalam betas pengertian ide-ide, gagasan-gagasan, kepercayaan dan pengetahuan. Kedua paradigma tersebut lahir dari latar disiplin khususnya psikologi, sosiologi dan antropologi. Kecenderungan dan kepentingan analisis dalam menyoroti masalah sosiobudaya, membawa pengaruh terhadap pandangan dan perkembangan orientasi teoritis yang pada gilirannya masing-masing kutub paradigma berpendirian kuat dan seolah-olah saling mengungguli satu sama lain. Implikasinya, bahwa penganut aliran behavioristic maupun cognitive dihadapkan pada suatu dilemma untuk menyodorkan penjelasan komprehensif mengenai masyarakat dan kebudayaan. Berpegang pada satu aliran tertentu secara kaku, bukanlah sikap bijak keilmuan dalam dekade terakhir ini, mengingat kompleksitas masalah sosiobudaya yang semakin rumit. Tentu saja memerlukan berbagai keahlian dan pendekatan yang bersifat multidisipliner.
Dalam periode tahun 1950-an, ilmu-ilmu tentang manusia mengalami perubahan yang mendasar, di mana sebelum periode tersebut ilmu sosial didominasi oleh behavioristic sebagai paradigma untuk memahami 'stimulus' dan `response' yang saling berhubungan (d'Andrade 1984:88). Kalangan ilmuan perilaku (behavioral scientist) mendapat kritikan tajam dari, kalangan ilmuwan sosial lain, namun 'behavioralism' tetap mengembangkan pendekatan baru dengan situational analysis yang sering disebut 'action frame of reference' (Berkhofer, 1969). Analisis situasional yang disebutkan terakhir ini menggunakan konsep-konsep 'biopsikososiobudaya' dalam menginterpretasikan suatu tindakan (action) yang dilakukan oleh pelaku (actor). Dalam periode yang sama, 'behavioristic' mendapat tantangan keras dari berbagai ahli. Dari ahli psikologi misalnya, Jerome Bruner, George Miller dan lainnya mengembangkan 'cognitive' dan manajemen informasi tindakan dan 'learning'. Demikian pula ahli linguistik; Chomsky melihat konsep-konsep 'behavioristic' dari segi bahasa, tidak dapat rnenjelaskan sifat-sifat kebahasaan (Chomsky, 1957, dalam d'Andrade 1984). Kritikan tajam mengenai 'behavioristic' terakhir muncul dari kalangan ahli antropologi. Alasan-alasan berkenaan dengan kebudayaan secara tegas dinyatakan bahwa kebudayaan tidak hanya terdiri atas prilaku dan pola-pola prilaku, tetapi keduanya merupakan bagian informasi atau pengetahuan yang ditandai dengan sistem simbol (lihat Geertz, Goodenough dan Hall, dalam d'Andrade 1984:88-116). Kalangan yang disebutkan 'cognitive' yang secara tegas menentang perilaku untuk disamakan dengan kebudayaan.
Kedua paradigma tersebut, dengan segala kekuatan dan kelemahannya, telah menerima kritikan dari berbagai kalangan, namun pada gilirannya tetap bertahan sampai dewasa ini dan upaya untuk menjembatani di antara keduanya menjadi bagian dari perkembangan ilmu-ilmu sosialbudaya, khususnya para ahli antropologi (Sperber 1984; Schweder 1984 dan Berkhofer 1969). Dalam tradisi pendekatan metodologis antropologis, menggiring ke arah posisi pendirian yang lebih ringkih, karena pendekatan 'emic' dan 'etic' 1) dan penyelidikan alamiah masalah (natural-inquiry) tetap memberikan corak dalam antropologi, dan berkembang pesat dalam ilmu-ilmu sosial terakhir ini (Lincolm et.al 1985; William 1988). Hal ini merupakan terobosan baru dalam dunia ilmu-ilmu sosial-budaya termasuk antropologi. Menjelaskan masalah sosio-budaya dengan terikat pada satu definisi tidak dapat memberikan penjelasan dan pengertian yang memadai. Kecuali dengan memulai menyusun paradigma yang relevan dengan kondisi sosiobudaya tertentu.
Dalam kepustakaan antropologi maupun disiplin sosial lain, dijumpai berbagai konsep dan definisi tentang kebudayaan. Tetapi kesan terhadap konsep dan definisi yang ada, secara samar-samar menunjukkan latar kepentingan disiplin tertentu. d"Andrade (1984) menjelaskan kebudayaan dengan berfokus pada 'knowledge', bahkan ahli antropologi tertentu menempatkan "pengetahuan budaya" sebagai terra sentral dalam kebudayaan (Keesing 1980; Sparadley 1972)."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T49
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Birn, Anne-Emanuelle
"Fully revised and updated, this fourth edition of Oxfords Textbook of Global Health equips students, advocates, and health professionals with building blocks for a critical understanding of global health. It explores societal determinants of health and health inequities within and between countries and an array of actions seeking to address these issues in spheres of health and development aid, solidarity cooperation, global and domestic policymaking, and civil society mobilization. Health conditions and activities are analyzed in terms of interactions among global, regional, national, local, and community forces, resources, and interventions using a critical political economy of health lens that challenges mainstream biomedical and behavioral perspectives. The text covers the: historical dynamics of the field; political economy of health and development; current global health structures, actors, agencies, and activities; role of health data and the science and politics of measuring health inequities; worldwide patterns of death and disease as shaped by marginalization, deprivation, modernization, and work; impact on health of neoliberal globalization relating to trade, investment, and financial liberalization, illicit financial flows, austerity, and hazardous and precarious work; political ecology of environmental degradation and climate change; humanitarian challenges around addressing ecological disasters, militarism and war, complex emergencies, and refugee crises; principles of health care systems; and politics of health financing. The book encourages avid global health students, practitioners, and activists to consider social justice approaches as both viable and imperative, drawing from various solidarity paradigms and struggles ranging from community-level to national and transnational movements to building healthy societies and practicing global health ethically and equitably.
"
Oxford: Oxford University Press, 2017
e20470289
eBooks  Universitas Indonesia Library