Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Monica Harvriza
"Latar Belakang Pandemi COVID-19 membuat banyak negara melakukan pembatasan aktivitas sosial, memaksa orang untuk beraktivitas dalam rumah dan mengakibatkan turunnya tingkat aktivitas. Di Indonesia belum ada data yang menjelaskan dampak pandemi COVID-19 terhadap komponen kesehatan terkait kebugaran pada populasi dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran perubahan tingkat aktivitas fisik dan tingkat kebugaran masyarakat Indonesia sebelum dan saat pandemi COVID-19. Metode Penelitian ini merupakan studi potong lintang, menggunakan kuesioner daring (online survey), dengan parameter yang diukur adalah tingkat kebugaran (VO2peak) dan tingkat aktivitas fisik masyarakat Indonesia dewasa sebelum dan saat pandemi COVID-19. Hasil pengisian kuesioner dimulai sejak Juli sampai November 2022, dari 412 responden, responden laki – laki sebesar 52,4%. Rerata responden yang mengikuti penelitian ini berusia 39,4 tahun, dan didapatkan bahwa tidak terdapat perubahan tingkat aktivitas fisik (MET) sebelum dan selama pandemi (p=0,613), namun pada komponen tingkat kebugaran, terdapat peningkatan VO2peak yang bermakna (p=0,03), dan perubahan ini dipengaruhi secara bermakna oleh faktor sosiodemografis yaitu usia (p=0,024) dan jenis kelamin (p=0,003). Kesimpulan pandemi COVID-19 memberikan gambaran bahwa faktor sosiodemografis tidak mempengaruhi perubahan tingkat aktivitas fisik namun perubahan tingkat kebugaran dipengaruhi secara bermakna oleh faktor usia dan jenis kelamin.
Background The COVID-19 pandemic has forced many countries to place restrictions on social activities, forcing people to stay indoors and causing a decrease in activity levels. In Indonesia, there is no data explaining the impact of the COVID-19 pandemic on health components related to fitness in the adult population. This study aims to see an overview of changes in the level of physical activity and fitness level of the Indonesian people before and during the COVID-19 pandemic Method this is a cross-sectional study, using an online questionnaire (online survey), with the parameters measured being the level of fitness (VO2peak) and the level of physical activity of adult Indonesians before and during the COVID-19 pandemic Results The questionnaire filling started from July to November 2022, out of 412 respondents, male respondents were 52.4% with an average age of 39.4 years, it was found that there was no change in the level of physical activity (MET) before and during the pandemic (p=0.613 ), but for the fitness level component, there was a significant increase in VO2peak (p=0.03), and this change was significantly influenced by sociodemographic factors, age (p=0.024) and gender (p=0.003).Conclusion COVID-19 pandemic illustrates that sociodemographic factors do not affect the level of changes in physical activity, but changes in fitness levels and are significantly influenced by age and gender factors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Mochamad Zulfar Aufin
"Latar Belakang. Aktivitas fisik dapat menjadi solusi penting dalam mencegah terjadinya penyakit hipokinetik seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung koroner dan obesitas. Kurangnya aktivitas fisik paling banyak ditunjukkan dengan lama waktu duduk. Tenaga kesehatan yang diharapkan mempunyai tingkat aktivitas fisik yang baik, namun beberapa studi menunjukkan tenaga kesehatan mempunyai tingkat aktivitas fisik yang rendah. Dengan pemberian edukasi berdasarkan tahapan stage of change (SOC) diharapkan dapat meningkatkan tingkat aktivitas fisik lebih tepat sasaran, terutama di era 4.0 pemberian edukasi dengan metode luring dapat menjangkau populasi tenaga kesehatan lebih luas dan efisien. Metode penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimental untuk menilai pemberian anjuran aktivitas fisik yang diberikan melalui aplikasi pengirim pesan. Subyek yang terpilih dibagi ke dalam dua kelompok, Kelompok intervensi yang mendapatkan pesan disesuaikan dengan stage of change, sementara kelompok kontrol mendapatkan flyer rekomendasi aktivitas fisik berdasarkan American College of Sports Medicine (ACSM), penelitian dilakukan selama 9 minggu. Hasil. Mayoritas tenaga kesehatan berada pada tahap SOC inaktif (47 subjek) dan mempunyai tingkat aktivitas fisik kurang METS <3 (jumlah langkah 5546), Pemberian anjuran aktivitas fisik melalui pesan singkat dapat meningkatkan jumlah langkah sebesar 2651 yang secara klinis bermakna dan tahap SOC tenaga kesehatan ke tahap yang lebih baik dari minggu 0 tahap SOC aktif meningkat dari 17,9% menjadi 57,1% di minggu 8, sementara terjadi penurunan nilai kebugaran kardiorespirasi dan kekuatan otot. Kesimpulan terhadap tingkat aktivitas fisik, tahapan SOC, akan tetapi tidak terhadap nilai kebugaran kardiorespirasi dan kekuatan otot.
Background. Physical activity could be important solution in preventing hypokinetic disease like hypertension, diabetes melitus, coroner heart disease, and obesity. Lack of physical activity mostly indicated by length of sitting time. Healthcare workers are expected have a good level of physical activity, However some study have shown that they have low level of physical activity. By giving education based on Stage of Change is expected to increase their physical activity more precisely. In this globalization era 4.0 giving education through online or text messenger can reach wider population and more efficient. Methods this study using quasi experimental to analyse the effect of physical activity recommendation through text messenger based on stage of change. All the subject divide into 2 groups. Intervention group get the message based on Stage of Change and group control get flyer about physical activity recommendation based on ACSM. Result.Almost all the healthcare workers have SOC inactive (47 subjects) and have lack of physical activity METs <3 (steps per day 5546). Physical activity recommendation based on SOC could increase 2651 steps per day and make their SOC active increase from 17.9% to 57.1%. While the cardiorespiratory fitness and muscle strength decrease in eight weeks. Conclusion Physical activity recommendation based on SOC could possibly give the effect on physical activity level, SOC, but not in cardiorespiratory capacity and muscle strength."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Marco Ariono
"Latar belakang: Gaya hidup sedenter menjadi topik yang penting karena telah terbukti bahwa terlalu lama duduk dapat menjadi faktor risiko berbagai penyakit. Tenaga Kesehatan memiliki prevalensi gaya hidup sedenter yang tinggi dan merupakan salah satu pekerja yang bekerja dengan sistem kerja gilir sehingga berisiko memiliki kualitas tidur yang buruk. Berjalan kaki memiliki manfaat kesehatan dan diduga dapat memperbaiki kualitas tidur. Jumlah langkah dapat diukur salah satunya dengan activity tracker. Diduga perlu ada edukasi penggunaan activity tracker agar dapat memperbaiki perilaku sedenter. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pengaruh edukasi penggunaan activity tracker terhadap jumlah langkah harian, kualitas tidur, dan health related fitness pada tenaga kesehatan kerja gilir Puskesmas Kecamatan X dengan gaya hidup sedenter dibandingkan dengan penggunaan activity tracker tanpa edukasi. Metode: Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental di dua Puskesmas Kecamatan di Jakarta selama 8 minggu. Lima puluh empat tenaga kesehatan kerja gilir dirandomisasi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan activity tracker serta edukasi mingguan sementara kelompok kontrol hanya diberikan activity tracker. Pada pemeriksaan data dasar dilakukan pemeriksaan jumlah langkah harian selama 1 minggu, kualitas tidur dengan kuesioner PSQI, komposisi tubuh (IMT, persen lemak total, lemak viseral), dan VO2max. Setelah 8 minggu intervensi, dilakukan pemeriksaan data akhir. Hasil: Terdapat peningkatan 1.295 langkah yang signifikan (p=0,004) pada kelompok intervensi bila dibandingkan pemeriksaan data dasar. Seiring dengan peningkatan jumlah langkah, terjadi perbaikan kualitas tidur yang signifikan (skor global PSQI -1,24 dengan p=0,041) pada kelompok intervensi dibandingkan data dasar. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan baik pada komposisi tubuh (IMT, persen lemak total, lemak viseral) maupun VO2max setelah 8 minggu. Kesimpulan: Edukasi penggunaan activity tracker dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan aktivitas fisik dan kualitas tidur pada tenaga kesehatan kerja gilir dengan gaya hidup sedenter.
Background: A sedentary lifestyle is an important topic because it has been proven that sitting too long can be a risk factor for various diseases. Healthcare workers have a high prevalence of a sedentary lifestyle and they are one of the workers who work with a shift work system so they are at risk of having poor sleep quality. Walking has health benefits and is thought to improve sleep quality. Walking steps can be measured with an activity tracker. It is suspected that there needs to be education on the use of activity trackers in order to reduce sedentary behavior. Objective: To determine the effect of education on the use of an activity tracker on the number of daily steps, sleep quality, and health related fitness in shift work health workers at the Public Health Centers with a sedentary lifestyle compared to the use of an activity tracker without any education. Methods: This study used a quasi-experimental design in two Public Health Centers in Jakarta for 8 weeks. Fifty-four shift work health workers were randomized into two groups: the intervention group and the control group. The intervention group was given an activity tracker and weekly education while the control group was only given an activity tracker. The baseline data examined the number of daily steps for 1 week, sleep quality using the PSQI questionnaire, body composition (BMI, percent total fat, visceral fat), and VO2max. After 8 weeks of intervention, final data were examined. Results: There was a significant increase 1.295 steps (p=0.004) in the intervention group compared to baseline data. As the number of steps increased, there was a significant improvement in sleep quality (PSQI global score -1.24 with p=0.041) in the intervention group compared to baseline data. However, there were no differences in body composition (BMI, percent total fat, visceral fat) and VO2max after 8 weeks. Conclusion: Education on the use of activity trackers can be an alternative to increase physical activity and sleep quality for shift work health workers with a sedentary lifestyle."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library