Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andika Wirawan
"Penelitian ini menelaah faktor-faktor dari sisi demand dan sisi supply dari peserta Jaminan Kesehatan Nasional JKN dalam memanfaatkan layanan kesehatan. Analisis dilakukan dengan menggunakan mixed method analysist, yaitu dengan melakukan telaah kuantitatif dengan menggunakan regresi linier dan telaah kualitatif terhadap variabel-variabel yang diuji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik faktor demand ketiadaan biaya transportasi, keinginan untuk berobat sendiri, ketiadaan biaya berobat dan merasa tidak perlu untuk berobat dan faktor supply keberadaan FKTP dan waktu tunggu layanan yang lama berpengaruh signifikan terhadap utilisasi layanan kesehatan. Hal tersebut terkonfirmasi dengan hasil telaah kualitatif. Hasil analisa per kawasan wilayah Indonesia, menunjukkan bahwa provinsi-provinsi dari kawasan timur Indonesia mempunyai lebih banyak kendala yang signifikan mempengaruhi pemanfaatan layanan kesehatan.

The study discusses the determinant factors, from demand and supply sides, of healthcare utilization among Jaminan Kesehatan Nasional JKN members. The research is using mixed method analysist that consist of quantitative analysist with linear regression method and qualitative study of variables that observed. The result shows that both demand tranportation cost availability, self medical treatment, medical cost availability and willingness to treat and supply healthcare facility availability and length of waiting time services factors signficantly affect the healthcare utilization. Those result also described with qualitative analysist result. Regional analysist shows that provinces from eastern Indonesia has more challenges that significantly affect the healthcare utilization.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T47062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fernando, Darrel
"Latar belakang: Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, yaitu 305 kematian per 100.000 persalinan hidup. Asuhan antenatal adalah salah satu upaya penting untuk mencegah kematian maternal, tetapi harus dilakukan asuhan yang berkualitas.
Tujuan: 1 Menentukan kualitas asuhan antenatal pada kasus dengan kematian maternal di RSCM. 2 Menentukan sebaran sebab kematian maternal di RSCM.
Metode: Dilakukan telaah retrospektif rekam medis pada kasus kematian maternal di RSCM tahun 2008-2016, untuk menentukan sebaran sebab kematian serta Fasyankes yang merujuk. Setelah diidentifikasi Fasyankes yang merujuk dan merupakan tempat pasien menjalani asuhan antenatal, dilakukan survei potong lintang pada Fasyankes tersebut. Pada kunjungan Fasyankes, dilakukan pengambilan data kuantitatif dengan daftar tilik kelengkapan komponen asuhan antenatal, serta pengambilan data kualitatif dengan panduan wawancara.
Hasil: Kelengkapan komponen asuhan antenatal di Fasyankes asal kasus dengan kasus kematian maternal di RSCM baik, yaitu 84-100. Akan tetapi, pelaksanaan asuhan antenatal di Fasyankes masih kurang baik untuk mengidentifikasi penyakit yang mendasari pre-existing conditions dan mendeteksi dini komplikasi pada kehamilan karena tidak rutin dilakukan pemeriksaan fisik umum pada pasien. Sebab kematian tersering di RSCM adalah sebab obstetri langsung 59.8, dengan preeklamsia-eklamsia sebagai kelompok penyebab tersering 38.9.
Kesimpulan: Secara kuantitatif, kelengkapan komponen asuhan antenatal di Fasyankes asal kasus dengan kasus kematian maternal di RSCM baik, tetapi kualitasnya kurang baik untuk mengidentifikasi penyakit yang mendasari pre-existing conditions dan mendeteksi dini komplikasi pada kehamilan.

Background: Maternal mortality rate in Indonesia is still high 305/100.000 live births despite efforts to decrease maternal deaths. Antenatal care is one of the key components to prevent maternal mortality. While quantity of antenatal care is important, it is also crucial to provide good quality health care.
Aim: 1 To determine quality of antenatal care in maternal death cases in RSCM. 2 To determine causes of maternal death in RSCM.
Methods: We conducted a retrospective medical record review on maternal death cases in RSCM from 2008 to 2016, to identify causes of maternal death and the referring healthcare facility. We then conducted a cross-sectional survey to the healthcare facility where the patient performed routine antenatal care. We obtained quantitative data using checklists and qualitative data using interview guides.
Results: The adequacy of antenatal care components in healthcare facilities that referred maternal death cases in RSCM is good, ranging from 84-100. However, the quality is still lacking to identify pre-existing conditions and to predict pregnancy complications, as general physical examination is not routinely conducted. Direct obstetric deaths are still the leading cause of maternal deaths in RSCM 59.8, with preeclampsia-eclampsia as the most frequent group 38.9.
Conclusion: Quantitatively, the components of antenatal care are conducted adequately, however the quality is still lacking to identify pre-existing conditions and to predict pregnancy complications. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chairunnisa Luthfya Nurifana
"ABSTRAK
Penderita demensia memiliki kebutuhan terhadap kualitas pencahayaan yang optimal di sekitar mereka karena kualitas cahaya yang diterima oleh tubuh mereka akan berdampak pada ritme biologis yang mana berpengaruh terhadap kualitas hidup mereka. Dengan kebutuhan mereka yang lebih banyak dilakukan di fasilitas kesehatan, maka tata cahaya yang baik akan memudahkan mereka untuk beraktivitas dan menghindari ketidaknyamanan pada mata mereka. Faktor utama yang memengaruhi dan dibutuhkan pada ruang-ruang yang digunakan penderita demensia adalah intensitas dan warna cahaya yang akan memberikan efek kepada ruang interior. Kriteria untuk mendapatkan kualitas cahaya yang optimal pada fasilitas kesehatan adalah dengan melakukan analisis terhadap kebutuhan visual penderita demensia pada ruang interior. Hal itu membantu menemukan jawaban terhadap dampak dari kualitas cahaya yang menentukan kualitas kinerja fasilitas kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup pada penderita demensia.

ABSTRACT
People with Dementia have an innate need of optimal lighting quality around them because the intensity and quality of light perceived by their body affects their bodys circadian rhythm, which in turn plays a vital role in maintaining their physical and psychological well-being. They are likely to spend considerably longer period of time in healthcare facilities, so properly designed lighting aids them to enjoy their activities, thereby helps them to pursue a better quality of life. Assuming that factors affecting the amount of light appropriately needed in a location for People with Dementia are mainly defined by elements of intensity, color, and its effect to the spatial atmosphere, this paper compared one example of geriatric healthcare facility with the standardized criteria for People with Dementia by quantitative observation. Then, the observed criteria were analyzed to help in finding out the impact of light quality affecting the performance of healthcare facilities to promote well-being to People with Dementia."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etik Wuryanti
"Reformasi cara pembayaran dari fee for service ke arah prospective payment di era JKN menjadi fokus perhatian di rumah sakit, khususnya untuk pengendalian biaya. Instalasi Farmasi Rumah Sakit sebagai bagian utama dari layanan kesehatan dijadikan sebagai revenue center sekaligus cost center, untuk itu perlu dikelola dengan baik agar rumah sakit mampu bertahan dan berkembang di era JKN. Dengan demikian pengendalian persediaan obat yang efektif dan efisien menjadi sesuatu hal yang prioritas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui fungsi pengendalian persediaan obat dengan metode analisa ABC Pemakaian, ABC Investasi dan ABC Indeks Kritis. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi perencanaan dan pengendalian persediaan obat di Instalasi Farmasi RS XYZ belum berjalan dengan optimal dikarenakan belum adanya metode yang cukup tepat dan berbasis bukti. Perencanaan pengadaan obat dilakukan untuk mengakomodir kebutuhan 3-4 hari kedepan dengan melihat tren pemakaian 14 hari terakhir. Analisa ABC yang dilakukan pada penggunaan obat di Instalasi Farmasi RS XYZ menunjukkan bahwa terdapat 2108 jenis obat yang digunakan, dimana hasil pada analisa ABC pemakaian, 84% atau sejumlah 1769 item obat masuk ke dalam kelompok C yang merupakan item slow moving. Hasil analisa ABC investasi kelompok A memiliki jumlah investasi paling besar dengan nominal Rp. 27.563.544.473,-. Hasil analisa ABC indeks kritis terhadap obat yang dijadikan sampel pada penelitian didapatkan ada 163 item obat yang masuk kelompok A ABC Indeks Kritis. Selanjutnya dilakukan penghitungan EOQ, SS dan ROP terhadap kelompok A ABC Indeks Kritis sebagai metode pengendalian persediaan obat sehingga diketahui berapa jumlah ekonomis yang akan dipesan, berapa stok aman selama masa tunggu dan pada jumlah berapa obat harus dipesan kembali.

The reformation of payment method from fee for service to prospective payment in the JKN era has recently become a primary concern in hospital management, especially for cost control. Hospital pharmacies serves as a revenue center as well as a cost center that needs to be managed properly to ensure hospitals can survive and thrive in the JKN era. Thus, effective and efficient drug management is increasingly important. The aim of this study is to determine the function of drug inventory control with the ABC usage, ABC investment and ABC critical index analysis method. This study utilizes a cross sectional study with qualitative and quantitative approaches. The results of this study show the planning and control functions at XYZ Hospital Pharmacy were not performing well due to lack of appropriate and evidence based method incorporated. The current drug planning is procurement to accommodate the needs of the following three to four days based on the previous 14 days usage trend. The ABC analysis indicated a drug count of 2108 drugs, with 84% in group C, the slow moving items of ABC usage analysis, consisting of 1769 drugs. ABC investment analysis shows that group A has the largest amount of investment (70%) at Rp. 27,563,544,473, whereas the ABC critical index analysis shows that there are 163 drug items included in the group A. Calculations of EOQ, SS and ROP were implemented to group A of the ABC Critical Index as a suggested method of controlling drug inventory, to indicate the most economical volume of drug order, volume of safe stocks necessary during the waiting period and the volume of drugs to be re-ordered."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Kesuma
"Latar Belakang. Subtipe delirium, terutama delirium hipoaktif merupakan salah satu prognostik buruk terhadap terjadinya mortalitas pada pasien usia lanjut. Sampai saat ini belum ada penelitian kohort prospektif di Indonesia mengenai hubungan keduanya.
Tujuan. Mengetahui gambaran subtipe delirium serta pengaruhnya terhadap mortalitas satu tahun pada pasien usia lanjut.
Metode. Penelitian ini merupakan kohort prospektif dari 138 pasien delirium di rawat inap geriatri RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo sejak Januari 2019 hingga Maret 2020. Pasien dilakukan penilaian subtipe delirium saat dirawat. Dilakukan analisis cox regression untuk menilai hubungan subtipe delirium terhadap mortalitas 1 tahun pada pasien usia lanjut.
Hasil. Pada penelitian ini didapatkan proporsi subtipe delirium, hiperaktif 34,1% dan hipoaktif 65,9%. Terdapat hubungan secara statistik bermakna antara subtipe delirium hipoaktif dengan mortalitas 1 tahun pada pasien usia lanjut, yaitu dengan adjusted HR 1,835 (IK 95% 1,145-2,941), dengan p=0,012.
Kesintasan satu tahun subtipe delirium hiperaktif, median 143 hari (IK 95% 0- 461) dan survival rate satu tahun 36,2%, sedangkan delirium hipoaktif 19 hari (IK 95% 13-25) dan survival rate satu tahun 5,5%, log rank p < 0,001. Geriatric Comorbidity Index menjadi faktor perancu dalam penelitian ini.
Kesimpulan. Lebih dari setengah subjek mengalami delirium hipoaktif. Delirium hipoaktif meningkatkan risiko kematian sebesar 1,8x lipat dibandingkan delirium hiperaktif.

Background. Delirium subtype, especially hypoactive delirium, is one of poor prognostic factors of mortality in geriatric patients. There have never been studied about the effect of delirium subtype and mortality in Indonesia.
Objective. This study aims to describe delirium subtype in geriatric patients, their effect and survival on one year mortality and survival in geriatric patients. Method. This was a prospective cohort study of 138 delirium geriatric patients at dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital who were hospitalized from Januari 2019 to March 2020. Patients were examined for delirium subtype. Cox regression analysis was performed to assess the effect between delirium subtype and 1-year mortality.
Results. The proportion of delirium subtypes were hyperactive (34.1%) and hypoactive (65.9%) respectively. 1-year survival rate of hyperactive delirium was 36.2%, with median of 143 days (95%CI 0-461) and hypoactive delirium was 5.5%, with median of 19 days (95%CI 45-85), p < 0.001. Hypoactive delirium was associated with 1-year mortality, with adjusted HR 1.835 (IK 95% 1.145- 2.941), p=0.012. The Geriatric Comorbidity Index was a confounding factor in this study.
Conclusion. More than half of the total subjects experienced hypoactive delirium. Hypoactive delirium increased the risk of death by 1.8 times compared to hyperactive delirium.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library