Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Supriyatni
"ABSTRAK
Dari penelitian yang dilakukan oleh Kholkute (1977), diketahui bahwa pemberian ekstrak benzena bunga Hibiscus rosa-sinensis L. pada tikus jantan selama 30, 45, dan 60 hari berturut-turut dengan dosis 250 mg/kg berat badan/hari mempengaruhi proses spermatogenesis dan fungsi endokrin testis tikus. Pada penelitian ini ekstrak benzena bunga tersebut dicobakan pada mencit (Mus musculus L.) jantan strain LMR untuk dilihat pengaruhnya terhadap jumlah dan viabilitas spermatozoa hewan tersebut. Mencit percobaan dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang diberi ekstrak bunga H. rosa-sinensis L. dengan cara dicekok dengan dosis 713 mg/kg berat badan/hari selama 21 hari berturut turut (E), sedangkan kelompok kedua adalah kelompok kontrol yang diberi perlakuan minyak kacang setiap hari selama 21 hari berturut-turut (K1), dan kelompok ketiga adalah kelompok kontrol tanpa perlakuan (K2). Dua puluh empat jam setelah pencekokan terakhir, semua kelompok mencit ditimbang dan kemudian dibius sampai mati. Setelah itu mencit dibedah dan dipotong sepasang organ vas deferensnya mulai dari bagian kauda epididimis sampai bagian ampula. Kamudian untuk mengeluarkan spermatozoanya, salah satu ujung vas deferens dijepit dengan menggunakan pinset halus dan dengan menggunakan pinset halus lainnya dilakukan penekanan sepanjang saluran vas deferens secara hati-hati selama beberapa kali. Spermatozoa yang keluar ditampung pada lempeng uji yang berisi larutan NaCl 0,9%. Selanjutnya dengan menjepit ujung vas deferens lainnya, dilakukan hal yang sama seperti semula. Spermatozoa tersebut kemudian diperiksa secara mikroskopik untuk dihitung jumlah dan viabilitasnya. Hasil perhitungan anva satu faktor memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak benzena bunga Hibiscus rosa-sinensis L. dengan dosis 713 mg/kg berat badan/hari selama 21 hari berturut-turut tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap jumlah dan viabilitas spermatozoa mencit (Mus nusculus L.) strain LMR pada taraf kepercayaan 95%. Selain itu, pemberian ekstrak bunga tersebut juga tidak manunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap berat badan mencit pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan, tidak ada pengaruh pemberian ekstrak benzena bunga H. rosa-sinensis L. dengan dosis 713 mg/kg berat badan/hari selama 21 hari berturut-turut terhadap jumlah dan viabilitas spermatozoa mencit (Mus nusculus L.) strain LMR. Diduga, tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak tersebut di atas terutama disebabkan oleh dosis pemberian yang masih kurang dan waktu pemberian yang lebih singkat jika dibandingkan dengan dosis dan waktu pemberian pda penelitian Kholkute (1977)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Varitha Ariyabukalakorn
Pathum Thani: Thammasat University, 2019
670 STA 24:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
R Siswanto Sudaryo
"Hibiscus sabdariffa. Linn dikenal di Indonesia sebagnai tanaman ekonomi, karena dapat diambil serat dari kulit batangnya dan dipakai untuk bahan baku pembuatan karung goni. Data mengenai kandungan kimia yang lengkap dari biji tanaman ini sangat jarang. Ada dugaan bahwa biji tanaman ini mempunyai khasiat sebagai anti tumor.
Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan golongon senyawa kimia pada biji tanaman Hibiscus sabdariffa.L yang telah dideterminasi di Bogor dan Tawangmangu, sekaligus dibandingkan kandungan kimia dari beberapa varietas yang ada pulau Jawa.
Penelitian ini diarahkan pada identifikasi golongan senyawa alkaloida, flavanoida, glikosida, tanin, seponin, minyak lemak, albuninoida dan HCN.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara umum seperti yang dilakukan pada pemeriksaan untuk golongan kimia tanaman dan juga dilaiukan pemeriksaan khromatografi lapisan tipis yang memakai berbagai pelarut dan penampak noda.
Ternyata hasilnya bahwa biji tanaman ini mengandung senyawa alkaloida, glikoside, minyak lemak, albuminoid dan HCN . Dari hasil khromatografi lapisan tipis ternyata bercak yang paling besar diberikan oleh Hibiscus sabdariffa.L varietas Victor. Konsentrasi untuk keempat varietas adalah sama besar."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1980
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trijani Suwandi
"Disertasi ini merupakan hasil penelitian eksperimental laboratorik yang mencakup: uji fitokimia ekstrak etanol H. sabdariffa L. yang bersifat antibakteri, uji penetapan parameter standar, uji KHM, KBM, zona hambat, uji toksisitas akut dan subkronis, uji sitotoksisitas terhadap sel epitel dan fibroblast serta uji efektivitas ekstrak H. sabdariffa L. terhadap S. sanguinis. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol H. sabdariffa L. mengandung golongan senyawa antibakteri fenol, flavonoid, tanin dan saponin. Parameter standar dapat ditetapkan.
Hasil KHM dan KBM 0,78%, dan zona hambat H. sabdariffa L. setara dengan klorheksidin. Ekstrak ini aman dan tidak toksik terhadap organ vital tikus pada uji toksisitas akut dan subkronis. Hasil MTT assay menunjukkan ekstrak tidak toksik terhadap sel epitel dan fibroblast. Hasil uji biofilm menunjukkan ekstrak H. sabdariffa L. dapat menurunkan potensi pertumbuhan S. sanguinis pada biofilm.

This dissertation is the result of laboratory experimental study involving phytochemistry test from ethanol extract of H. sabdariffa L. and to detect the standard parameters, MIC, MBC test, and inhibition zone, the acute and subchronic toxicity tests and the epithelial and fibroblast cytotoxicity tests. The effectiveness of the H.sabdariffa L. extracts in suppression of the S. sanguinis were also measured. This was a quantitative with analytical design study. The result of this study showed that in the ethanol extract H. sabdariffa L. contained phenol, flavonoid, tannin and saponin compounds. These compounds are well known antibacterial compounds.
The sensitivity tests showed that the MIC and MBC of H. sabdariffa L. was 0,78%, while the inhibition zone of H. sabdariffa L. was equivalent to chlorhexidine. The acute and subchronic toxicity tests showed that this compound was non-toxic. The MTT assay tests showed that the compound were not toxic to epithelial cell and fibroblast. The biofilm test showed that the extract of H. sabdariffa L.was a potent suppresor of S. sanguinis."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
D1345
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Mas Rizky Ramadhani
"Hibiscus rosa-sinensis memiliki variasi pada bentuk bunga single, crested, dan double. Variasi tersebut disebabkan adanya perubahan struktur stamen menjadi bentuk lembaran (petaloid) pada bunga crested dan double. Pembentukan struktur petaloid tersebut merupakan gejala homeosis yang disebabkan oleh mutasi pada gen homeotik pengatur identitas organ bunga. Gen homeotik bunga termasuk ke dalam kelompok gen MADS-box yang dibedakan berdasarkan fungsinya menjadi gen kelas A, B, C, D, dan E. Gen yang berfungsi dalam mengatur pembentukan identitas stamen adalah gen kelas B, C, dan E. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gen APETALA3 dan PISTILLATA (kelas B), AGAMOUS (kelas C), serta SEPALLATA1 (kelas E) pada petal dan struktur stamen bunga H. rosa-sinensis variasi single, crested, dan double, serta mengetahui homologi gen-gen tersebut dengan gen-gen ortolog pada spesies tumbuhan yang berbeda. Isolasi DNA genomik dilakukan menggunakan kit ekstraksi DNA genomik. Selanjutnya, amplifikasi gen dilakukan menggunakan primer AP3, PI, AG-1, AG-2, AG Kombinasi 1 dan 2, SEP1-1, dan SEP1-2. Sekuensing dilakukan pada amplikon gen yang berhasil diamplifikasi, yaitu pada amplikon gen PI, AG-1, AG Kombinasi 1, SEP1-1, SEP1-2. Hasil sekuensing berkualitas tinggi diperoleh dari amplikon gen PI, AG Kombinasi 1, dan SEP1-2. Penyejajaran sekuens gen yang diperoleh dengan gen target menunjukkan persentase kemiripan yang rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan sekuens gen MADS-box akibat proses evolusi tumbuhan. Oleh karena itu, desain primer untuk mendapatkan sekuens target perlu dilakukan kembali dengan mempertimbangkan kemungkinan diversifikasi gen MADS-box pada spesies tumbuhan yang berbeda.

Hibiscus rosa-sinensis has variations in the form of single, crested, and double flowers. This variation is caused by a change in stamen structure to form petaloids in crested and double flowers. The formation of these petaloid structures is a symptom of homeosis caused by mutations in homeotic genes that regulate flower organ identity. Flower homeotic genes belong to the MADS-box gene group which are distinguished based on their function into A-, B-, C-, D-, and E-class genes. The genes that function in regulating the formation of stamen identity are B-, C-, and E-class genes. This research is done to analyze the APETALA3 and PISTILLATA (B-class), AGAMOUS (C-class), and SEPALATA1 (E-class) genes in the petal and stamen structure of single, crested, and double H. rosa-sinensis flower variations, as well as to know the homology of these genes with other ortholog genes from different plant species. Genomic DNA isolation was carried out using an extraction kit. Next, gene amplification was performed using primers AP3, PI, AG-1, AG-2, AG Combinations 1 and 2, SEP1-1, and SEP1-2. Sequencing was carried out on the amplicons of the genes that were successfully amplified, namely the amplicons of the PI, AG-1, AG Combination 1, SEP1-1, SEP1-2 genes. High quality sequencing results were obtained from the amplicons of the PI, AG Combination 1, and SEP1-2 genes. Sequence alignment between obtained and target genes showed a low percent similarity. This can occur due to changes in the MADS-box gene sequence caused by the process of plant evolution. Therefore, primer redesign to obtain target sequences needs to be done by considering the possibility of MADS-box gene diversification in different plant species."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ribka Erdiana
"Penelitian terhadap Hibiscus rosa-sinensis variasi crested peach pada musim kemarau dan hujan menemukan plastisitas fenotipe, kemampuan genotipe untuk menunjukkan fenotipe yang berbeda berdasarkan lingkungannya. Plastisitas fenotipe tersebut menyebabkan karakter bunga menyerupai bunga single atau double dilihat dari perubahan stamen menjadi petal serta morfologi dan anatomi ovarium. Perubahan tersebut diduga disebabkan oleh perubahan ekspresi gen homeotik MADS-box, tepatnya gen AGAMOUS. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh lingkungan terhadap plastisitas fenotipe serta hubungan antara plastisitas fenotipe dan ekspresi gen AGAMOUS pada bunga tersebut. Pencatatan suhu udara dan tanah, kelembapan udara dan tanah, pH tanah, dan intensitas cahaya serta morfologi bunga dan ovarium dilakukan setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Isolasi DNA dan PCR dilakukan untuk menemukan primer optimal dalam amplifikasi gen AGAMOUS. Isolasi RNA dan RT-PCR dilakukan untuk menemukan primer yang menempel pada ekson. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi suhu udara, kelembapan udara, dan curah hujan mempengaruhi plastisitas fenotipe bunga, berdasarkan data morfologi dan data ovarium. Amplifikasi DNA dengan primer A1, C6, dan C7 masing-masing menghasilkan satu pita dengan panjang 300 bp, 200 bp, dan 300 bp. Primer D3 menghasilkan pola pita yang unik; bunga single memiliki pita dengan panjang 550 bp dan 450 bp, sedangkan crested dan double memiliki pita tambahan dengan panjang 300 bp. Amplifikasi cDNA dengan sembilan primer yang diuji tidak menghasilkan pita yang terdeteksi. Pola pita primer D3 diduga merupakan gene duplication atau copy number variation pada gen AGAMOUS yang mungkin belum diekspresikan tetapi ada sebagai salah satu cara tumbuhan bertahan hidup di tengah perubahan iklim.

Research on Hibiscus rosa-sinensis crested peach found that changes of stamen into additional petal and ovary morphology and anatomy cause flowers to resemble single or double flowers, depending on the season. Such organ changes are assumed to be caused by MADS-box homeotic gene expression changes, specifically the AGAMOUS gene. Therefore, research was done to analyze the effects of the environment on phenotypic plasticity and analyze the relationship between phenotypic plasticity and AGAMOUS gene expression. The study was conducted by observing and linking air and soil temperature, air and soil humidity, soil pH, and light intensity with flower and ovary morphology every Monday, Wednesday, and Friday. DNA isolation and PCR were conducted to find optimal primers for amplifying AGAMOUS gene. RNA isolation and RT-PCR were conducted to find primers that attach to exons. Results found that a combination of air temperature, air humidity, and rainfall affects the phenotypic plasticity, as seen from the variations of flower and ovary morphology that occurred. DNA amplification with primers A1, C6, and C7 produced one band with a length of 300 bp, 200 bp, and 300 bp, respectively. Primer D3 produced a unique banding pattern; single flowers have bands with lengths of 550 bp and 450 bp, while crested and double flowers have an additional band with a length of 300 bp. cDNA amplification with nine primers tested did not produce detectable bands. The difference in the banding pattern produced by primer D3 is suspected to be a gene duplication or copy number variation in the AGAMOUS gene that may not have been expressed but exists as one way for plants to survive amidst climate change."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neng Tine Kartinah author
Jakarta: UI Publishing, 2025
616.398 NEN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Neng Tine Kartinah author
Jakarta: UI Publishing, 2025
616.398 NEN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Achiro, Yaserita
"Stres pada manusia dapat mengakibatkan penurunan kemampuan dari sistem imun. Oleh karena itu dewasa ini dibutuhkan pengembangan dari senyawasenyawa berkhasiat imunostimulan. Telah dilakukan penelitian tentang efek imunostimulan dari sediaan teh kombinasi rosela (H. sabdariffa) dan Pegagan (C.asiatica) dengan metode Uji Bersihan Karbon. Sediaan teh kombinasi Rosela dan Pegagan dengan dosis 0,0078 g rosela/20gBB dan 0,0702 g pegagan /gBB tidak memiliki aktivitas imunostimulan dengan indeks fagositosis 1,209. Sediaan kombinasi rosela dan pegagan dengan dosis 0,0156 g rosela/20gBB dan 0,1404 g pegagan/20gBB memiliki aktivitas imunostimulan sedang dengan indeks fagositosis sebesar 1,416. Sediaan kombinasi rosela dan pegagan dengan dosis 0,0312 g rosela/20gBB dan 0,2808 g pegagan/20gBB memiliki aktivitas imunostimulan yang besar dengan nilai indeks fagositosis sebesar 1,665. Nilai ini lebih besar daripada nilai indeks fagositosis Zymosan, Rosela dan Pegagan yaitu secara berturut-turut 1,613; 1,314 dan 1,569. Dilakukan uji statistik pada seluruh sediaan uji dengan analisa ANOVA satu arah dan diperoleh nilai p < 0,05 pada pada seluruh sediaan uji bila dibandingkan dengan kontrol CMC-Na.

Stress at human will reduce the immune system capability. So that, nowadays immunostimulant is needed to be developed. It has been done research about immunostimulant activity of tea consist Rosella (H. sabdariffa) and Pegagan (C.asiatica) by measure phagocity index in Carbon Clearance Test at mice. Tea bag consist of 0.0078 rosella/20gBB and 0.0702 g pegagan/20gBB has no immunostimulant activity with phagocity index 1.209. Tea combination consist of 0.0156 g rosella/20gBB and 0.1404 g pegagan/20gBB has slight immunostimulant activity with phagocity index 1.416. Tea bag consist of 0.0312 g rosella/20gBB and 0.2808 g pegagan/20gBB has great immunostimulan activity with phagocity index 1.665. This activity is greater than Zymosan, Rosella and Pegagan alone with phagocity index 1.613; 1.314 and 1.569. One way ANOVA test showed that all of drug has immunostimulant activity greater than control with p < 0,05."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33091
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Sjarif Effendi
"ABSTRAK
Pada penelitian ini dibuat 2 jenis komposit yang berbeda seratnya (filler-nya) yaitu komposit poliester - serat kenaf dan poliester - serat gelas.
Serat kenaf (Hibiscus cannabinus) adalah serat alam banyak ditanam di P.Jawa, harganya murah, biasa dipakai untuk membuat tali dan karung goni. Sebagai matrik dipakai resin poliester tidak jenuh (unsaturated polyester) jenis polimer termaseting, general purpose.
Kedua jenis filler disusun dalam bentuk lamina woven roving -ortotropik, selanjutnya komposit diuji kuat tarik dengan Bandar ASTM D 63B type I. Sudut orientasi letak filler bervariasi 0. 15, 30, 45, 60, 75, dan 90.
Hasil uji kedua komposit menunjukkan bahwa modulus elastis komposit paling besar pada sudut 6, makin besar sudutnya modulus makin menurun. Hal ini juga berlalu pada Poisson ratio.
Untuk uji modulus geser ternyata sudut 45 harganya paling tinggi untuk kedua komposit. Kecuali itu hasil percobaan tersebut bila dibandingkan dengan cara perhitungan kurvanya menunjukkan kecenderungan yang sama atau hasil perhitungan dapat dipakai untuk meramalkan sifat komposit ortotropik. Keunggulan komposit s. kenaf kecuali harganya lebih murah juga komposit ini tidak mengalami penyusutan (shrinkage), jadi bentuknya tetap stabil tidak melengkung. Sedang komposit s. gelas mempunyai sifat susut yang besar sehingga bentuknya tidak dapat stabil. "
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>