Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
S2010
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Enrico Samsurizal S.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1976
S5996
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Joesana Tjahjani
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Najma
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S8309
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rubenstein, William
St. Paul, MN: West A Tomson Reuters Busines, 2011
342 RUB c (2);342 RUB c (2)
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Nadia Salsabila
"
ABSTRACTThis undergraduate thesis discusses how grief in the movie A Single Man (2009) is represented through several elements. The elements are: the contradicting use of colours for the background of the movie, the symbolism of water, and the suicidal thought. The technique of film analysis and Sigmund Freuds psychoanalysis are used to analyse them. Aside from the elements, this study also explores the idea on how such bereavement is influenced by the main protagonists gender and sexual preference. Therefore, this study also highlights the interaction between George Falconer and other people, particularly Charley and Kenny. It is then concluded that George could only grief in private as he is forced to silence his grief due to his gender and sexual orientation.
ABSTRACTSkripsi ini membahas bagaimana rasa duka dalam film A Single Man (2009) direpresentasikan melalui beberapa elemen. Unsur-unsur tersebut adalah: penggunaan warna yang bertentangan untuk latar belakang film, simbolisme air, dan pemikiran bunuh diri. Teknik analisis film dan psikoanalisis Sigmund Freud digunakan untuk menganalisisnya. Selain unsur-unsur, penelitian ini juga mengeksplorasi ide tentang bagaimana berkabung seperti itu dipengaruhi oleh gender protagonis utama dan preferensi seksual. Oleh karena itu, penelitian ini juga menyoroti interaksi antara George Falconer dan orang lain, terutama Charley dan Kenny. Kemudian disimpulkan bahwa George hanya bisa berduka secara pribadi karena ia terpaksa membungkam kesedihannya karena gender dan orientasi seksualnya."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fakhri Husaini
"
ABSTRACTRepresentasi laki-laki gay di Jepang dalam media masa pertama kali dimulai pada saat terjadi gay boom pada tahun 1990-an. Dua puluh tahun setelah gay boom, representasi laki-laki gay di Jepang tetap ada dalam media massa Jepang, salah satu contohnya drama Gisou no Fuufu yang salah satu tokoh utamanya merupakan seorang laki-laki gay. Menggunakan konsep wacana Foucault dan konsep universalizing view dan minoritizing view Sedgewick, tulisan ini akan membahas wacana homoseksualitas yang merupakan minoritas yang disandingkan dengan wacana heteroseksualitas yang merupakan mayoritas dalam drama tersebut. Wacana homoseksualitas dalam drama tersebut dianggap ldquo;kalah rdquo; jika disandingkan dengan wacana heteroseksualitas
ABSTRACTRepresentation of Japanese gay men in the media began when gay boom occurred in the 1990s. Twenty years after the gay boom, the representation of gay men in Japan still persists in Japanese mass media. Japanese television drama Gisou no Fuufu is one of the example because one of the main characters from that drama is a gay man. Using Foucault 39 s concept of discourse and Sedgewick rsquo s universalizing view and minoritizing view, this paper will discuss the discourse of homosexuality coupled with the discourse of heterosexuality in the drama. The discourse of homosexuality in the drama somehow cannot ldquo win rdquo againts the discourse of heterosexuality."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Erol Kurniawan
"
ABSTRAKPath sebagai platform media sosial banyak digunakan oleh kelompok homoseksual di Indonesia untuk mengekspresikan homoseksualitas. Secara umum kelompok homoseksual di Indonesia masih mengalami kesulitan untuk mengekspresikan diri di ruang publik. Hal ini dikarenakan homoseksualitas masih dianggap sebagai penyimpangan seksual dan perbuatan dosa sehingga visibilitasnya di ruang publik masih rentan dengan berbagai bentuk kekerasan. Akan tetapi, di tengah berkembangnya wacana-wacana dominan yang terus diproduksi untuk memarginalisasi kelompok homoseksual, Path hadir sebagai ruang publik baru yang menawarkan privasi bagi penggunanya untuk bebas menyuarakan diri tanpa harus khawatir akan serangan dari pihak-pihak yang menentang eksistensi mereka. Penelitian ini mengambil studi kasus terhadap dua akun Path homoseksual Indonesia yang mengunggah konten-konten homoseksualitas. Penelitian ini mengungkap bagaimana homoseksualitas direpresentasikan di media sosial Path dan melihat bagaimana media sosial ini digunakan oleh mereka untuk mengafirmasi dan mengkontestasi wacana-wacana dominan yang memarginalisasi kelompok homoseksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum homoseksualitas di Indonesia masih direpresentasikan dengan cara yang sangat normatif. Di sisi lain, usaha untuk mensubversi wacana-wacana heteronormativitas juga ditemukan di media sosial Path melalui unggahan-unggahan yang ditujukan kepada wacana agama dan wacana biomedis.
ABSTRACT As a social media platform, Path is now mostly utilized by many Indonesian gay men to express homosexuality. In general, Indonesian gay men are unable to express their sexuality in public space since homosexuality is still perceived as sexual disorder and sinful sexuality. Therefore, they tend to experience various kinds of violence if they appear in public space. Amongst the discourses on homosexuality frequently produced and constructed to marginalise homosexual people, Path appears as a new public sphere which offers privacy to its users to actively voice their interests without having to worry about the other parties trying to oppose their existence. Two active gay Path users are taken as case study in this research. Both are active in sharing homosexuality related contents in their Path accounts. This research also reveals how homosexuality is articulated in Path and examines how far Path as a social media platform is used to affirm and contest the dominant discourse on homosexuality in Indonesia. Reserach findings show that, in general, homosexuality is still articulated in a very normative way similar to heterosexuality. In one side, some attempts to subvert heteronormativity are also identified in this research through shared contents which are addressed to religion and bio medical discourses."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50223
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Nilam Putri Puspitasari
"
ABSTRAKHomoseksualitas menjadi salah satu tema yang banyak diangkat dalam perfilman Prancis. Salah satu film Prancis yang mengangkat tema homoseksualitas adalah La Belle Saison yang disutradarai oleh Catherine Corsini. Artikel ini membahas tentang benturan nilai-nilai konservatif dan nilai-nilai nonkonservatif di Prancis pada tahun 70-an terhadap isu homoseksualitas. Penggunaan metode kajian sinema dari Boggs dan Petrie diterapkan untuk memaparkan struktur naratif film yang mencakup elemen alur, penokohan, dan latar ruang-waktu. Konsep konflik dari Lewis A. Coser dan Thorsten Sellin digunakan untuk memperlihatkan bahwa benturan budaya yang terjadi dapat menentukan sikap dan pandangan seseorang. Hasil analisis memperlihatkan bahwa benturan yang terjadi akibat dari adanya dua budaya yang saling bertentangan belum dapat diselesaikan. Salah satu cara untuk menghindari konflik benturan tersebut adalah avoiding. Avoiding yang ditampilkan dalam film ini adalah salah satu pihak yang berkonflik lebih baik mundur dari wilayah yang menolak eksistensi homoseksualitas.
Homosexuality has become one of the themes that have appeared in many French films. One of the French films that raised the theme of homosexuality is La Belle Saison, a film directed by Catherine Corsini. This article discusses the clash of conservative values and non-conservative values in France in the 70s on the issue of homosexuality. Using the cinema study method of Boggs and Petrie, the analysis begins by describing the narrative structure of the film which includes elements such as, plot, characterization, also setting of space and time. By using the concept of conflict of Lewis A. Coser and Thorsten Sellin, it shows that the cultural clash that occurs can determine a persons attitudes and views. The results of the analysis showed that the clash that occurred as a result of the existence of two conflicting cultures could not be resolved. One way to avoid conflict from these conflicts is compromise. The compromise presented in this film is that one of the conflicting parties is better off from the region which rejects the existence of homosexuality"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Tazkia Khansa Farhani
"Sebagai salah satu penulis drama paling terkenal dalam sejarah, Shakespeare telah menghasilkan berbagai karya yang kerap dibaca dan diadaptasi oleh banyak orang. Produksi adaptasi Shakespeare bervariasi tergantung niat pengadaptasi, dan hasilnya bisa berbeda dari teks sumber yang digunakan. Salah satu adaptasi film Shakespeare yang cukup radikal adalah
A Midsummer Night's Dream (2016) karya Russell T. Davies. Film ini memasukkan fasisme ke dalam narasinya dan menghadirkan kisah cinta dan pernikahan antara laki-laki dan perempuan dengan tambahan unsur homoseksualitas di bawah pemerintahan yang otoriter. Artikel ini mengkaji signifikansi fasisme dalam film dan bagaimana pasangan heteroseksual dan homoseksual digambarkan dalam kaitannya dengan fasisme. Dengan mengacu pada teori adaptasi dan konsep seksualitas, penulis berpendapat bahwa fasisme adalah metafora dari sistem opresif yang masih ada pada masyarakat dewasa ini. Sistem ini mempertahankan heteronormativitas melalui pasangan heteroseksual yang ditampilkan dalam film. Namun, homoseksualitas dihadirkan sebagai kekuatan yang dapat menumbangkan fasisme. Homoseksualitas menunjukkan bahwa film
A Midsummer Night’s Dream (2016) mendukung hak-hak LGBT.
.As one of the most celebrated playwrights in history, Shakespeare’s works have been read and adapted every so often. The production of Shakespearean adaptation varies depending on the adapter’s intentions, and the end product may differ from the source text to an extent. One radical film adaptation is A Midsummer Night's Dream (2016) by Russell T. Davies. This film incorporates fascism into its narrative and presents the story of love and marriage between men and women with the addition of homosexuality under an authoritarian government. The article examines the significance of fascism in the film and how heterosexual and homosexual couples are portrayed in relation to it. By referring to the theory of adaptation and the concept of sexuality, the author argues that fascism is a metaphor for an oppressive system that persists in many societies today. It preserves heteronormativity through heterosexual couples shown in the film. However, homosexuality is presented as a force that can subvert fascist power, showing how the film advocates LGBT rights."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library