Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulistyo Rini Utami
"Latar Belakang : Gangguan muskuloskeletal akibat faktor risiko ergonomi sering ditemukan pada tempat kerja. Berbagai penelitian dilakukan namun penelitian menggunakan NMQ self administered versi Indonesia belum dilakukan pada pekerja di RS. Tujuan penelitian ini mendapatkan prevalensi gangguan muskuloskeletal dan faktor-faktor yang berhubungan pada pegawai di RSUD melalui skrining menggunakan NMQ self administered versi Indonesia.
Metode : Penelitian cross sectional menggunakan Skor Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) Self Administered versi Indonesia, di RSUD pada Desember 2013 dengan 360 responden.
Hasil : Prevalensi gangguan muskuloskeletal sebesar 244 responden (67,8%). Hubungan faktor individu terhadap gangguan muskuloskeletal bermakna pada usia, IMT Obese I serta tidak bermakna pada jenis kelamin,sisi tangan dominan.Hubungan faktor pekerjaan terhadap gangguan muskuloskeletal bermakna pada posisi kerja dan pekerjaan medis serta tidak bermakna pada masa kerja, lama kerja dan shift kerja.Faktor dominan gangguan muskuloskeletal adalah jenis pekerjaan (ORsuaian=3,798;95%CI=1,008-14,310),posisi kerja (ORsuaian=2,948; 95% CI=1,740-4,997) serta usia (ORsuaian=0,495; 95% CI=0,269-0,911)
Kesimpulan : Dari hasil penelitian disarankan untuk pekerja melaksanakan olah raga, mini break, peregangan ringan,berobat bila gangguan otot. Untuk manajemen RS melakukan follow up dan promosi kesehatan, pendidikan internal mengenai ergonomi, untuk pekerja dengan gangguan muskuloskeletal ditempatkan yang tidak berisiko, menyediakan alat kerja yang ergonomis dilengkapi Standar dan Instruksi Kerja. Untuk penelitian selanjutnya menggunakan metode dan alat penelitian lain.

ABSTRACT Name : Sulistyo Rini Utami Study Program : Magister Occupational Medicine Title : The prevalence of musculoskeletal disorders and related factors to the employee in Public Hospital. Skrining using Self Administered Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) Indonesian version. Background :Musculoskeletal Disorders due to ergonomics risk factor is often found in the workplace.Various studies conducted, but studies using self-administered NMQ Indonesian version has not been carried out on workers in the hospital.The purpose of this study getting the prevalence of musculoskeletal disorders and related factors to the employee at the hospital through screening using self-administered NMQ Indonesian version. Methods : a cross sectional study using Score of self Administered Nordic Musculoskeletal Quessionaire Indonesian version, a public hospital in December 2013 with 360 respondents. Results: The prevalence of musculoskeletal disorders 244 respondents (67.8%).The relationship of individual factors on musculoskeletal disorders significantly in age, BMI Obese I and not significant for gender,the dominant hand. Relationship factors work against musculoskeletal disorders significant at the working position and medical work.Not significantly on years of service, duration of employment, shift work. The dominant factor is the type of work musculoskeletal disorders (OR=3.798;95%CI=1.008-14.310),working position (OR=2.948; 95% CI=1.740-4.997), age (OR=0.495; 95% CI=0,269-0,911). Conclusion: From these results it is advisable to carry workers for sports, mini-break, stretching and treatment.For hospital management with health promotion, for hospital worker with musculoskeletal disorders were not placed at risk, provide ergonomic work tools include Standards and Work Instructions.For further research using other research methods and tools. Keywords: hospital worker;musculoskeletal disorders;NMQ "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Rotua Wendeilyna
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menguji hubungan motivasi dan training terhadap peningkatan produktivitas karyawan di Rumah Sakit Hewan Mount Pleasant Singapura. Populasi pada penelitian ini adalah karyawan Rumah Sakit Hewan Mount Pleasant Singapura tenaga medis dan non medis yang berlatar belakang pendidikan setingkat SLTA, DIII, S1, S2, S3 yang berjumlah 85 orang. Sampel ditetapkan menurut tabel Krejcie sebanyak 70 orang yang diambil dengan cara cluster proportionate random sampling sehingga semua strata terwakili.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup yang terdiri dari 4 bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan yang berkaitan dengan sosio-demografi sebanyak 9 pertanyaan. Bagian kedua adalah pertanyaan yang berkaitan dengan motivasi terdiri dari 25 pertanyaan. Bagian ketiga adalah pertanyaan yang berkaitan dengan training terdiri dari 25 pertanyaan dan bagian keempat adalah pertanyaan tentang produktivitas terdiri dari 25 pertanyaan.
Pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Untuk mengetahui kecenderungan beberapa variabel sosio demografi dengan produktivitas kerja digunakan tabulasi silang (crosstab), sedangkan untuk menguji hubungan antara motivasi dan training dengan produktivitas kerja digunakan korelasi Pearson. Untuk menentukan faktor penentu produktivitas kerja digunakan regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara motivasi (X1) dengan produktivitas kerja (Y) diperoleh nilai r = 0,715 dengan tingkat signifikansi 0,000 dan R2 = 0,511; maka Ho ditolak. Tingkat hubungan kuat dan pengaruh motivasi pada produktivitas kerja sebesar 51,1 %. Untuk hubungan training (X2) dengan produktivitas (Y) diperoleh r = 0,756 dengan tingkat signifikansi 0,000 dan R2 = 0,572, maka Ho ditolak. Tingkat hubungan kuat dan pengaruh training terhadap produktivitas kerja sebesar 57,2 %. Untuk hubungan antara motivasi (X1) dan training (X2) dengan produktivitas (Y) digunakan teknik regresi ganda, hasilnya untuk motivasi r = 0,715 dengan tingkat signifikansi 0,000 dan R2 = 0,511 dengan tingkat signifikansi 0,000 dan untuk training r = 0,768 dengan tingkat signifikansi 0,000 dan R2 = 0,590 dengan tingkat signifikansi 0,000, maka Ho ditolak.
Selanjutnya hasil uji beda untuk membedakan produktivitas kerja antara tenaga medis dan non medis dengan uji beda t-test independent sampel karena jumlah sampel antara tenaga medis dan non medis tidak sama. Diperoleh hasil t hitung sebesar 0,531 dengan taraf signifikansi sebesar 0,597, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada perbedaan produktivitas ditinjau dan aspek tenaga medis dan non medis. Hal ini juga didukung hasil tabulasi silang antara variabel sosio demografi lainnya yaitu lama bekerja, agama dan training, masing-masing dengan produktivitas kerja. Hasilnya semua menunjukkan kecenderungan yang sama terhadap produktivitas kerja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T8762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Dian Ika Ratnasari
"ABSTRAK
Latar belakang: Sindrom dispepsia fungsional merupakan gejala gastrointestinal
yang bersifat kronis atau rekuren dan tidak dapat dijelaskan, karena abnormalitas
biokimia atau struktural pada evaluasi menggunakan pemeriksaan diagnostik
standar tidak menunjukkan adanya abnormalitas. Pada penelitian ini ingin
diketahui apakah pekerja rumah sakit yang bekerja dengan sistem kerja gilir
berhubungan dengan sindrom dispepsia fungsional dibandingkan dengan pekerja
yang tidak bekerja secara gilir.
Metode: Desain studi yang digunakan adalah komparatif potong lintang yang
membandingkan antara pekerja dengan sistem kerja gilir dengan pekerja bukan
dengan sistem gilir. Data yang digunakan adalah data primer (kuesioner dan
wawancara), dan data sekunder (rekam medis serta data kepegawaian). Subjek
terdiri dari 218 pekerja (109 pekerja gilir dan 109 pekerja bukan gilir).
Hasil penelitian: Prevalensi dispepsia fungsional pada pekerja rumah sakit
Jakarta adalah 42,2%. Pada analisis multivariat didapatkan bahwa kerja gilir
(OR=2,22 (1,212-4,086) p=0,010), usia (OR=0,39 (0,209-0,752) p=0,005), pola
makan (OR=1,90 (1,045-4,455) p=0,035), dan status perkawinan (OR=2,49
(1,097-5,651) p=0,029) mempunyai hubungan bermakna dengan dispepsia
fungsional.
Pembahasan: Kerja gilir, usia, pola makan, dan status perkawinan merupakan
faktor risiko sindrom dispepsia fungsional. Usia dan jenis kelamin menjadi faktor
protektif. Usia menjadi faktor protektif karena adanya mekanisme adaptasi
dispepsia. Jenis kelamin sebagai faktor protektif mungkin disebabkan pada
perempuan tingkat kesadaran terhadap kesehatan lebih tinggi yang menyebabkan
angka mortalitas lebih kecil daripada laki-laki

ABSTRACT
Background: Functional dyspepsia syndrome is a gastrointestinal symptoms that
are chronic or recurrent and can not be explained, because the biochemical or
structural abnormalities in the evaluation using standard diagnostic examination
showed no abnormalities. In this study, we want to know whether the hospital
workers who worked shift work system associated with the syndrome of
functional dyspepsia compared with workers who do not work in shifts.
Method: The study design used was a comparative cross-sectional comparing
between workers with shift work system to workers who work not with the shift
system. The data used are primary data using questionnaires and interviews, and
secondary data through medical records and employment data. Subjects consisted
of 218 employees (109 workers with shift work and 109 workers without shift
work).
Results: The prevalence of functional dyspepsia at Jakarta hospital workers was
42.2%. On multivariate analysis, it was found that shift work (Adj. OR=2.22
(1.212-4.086) p=0.010), age (Adj. OR=0.39 (0.209-0.752) p=0.005), diet (Adj.
OR=1.90 (1,045-4.455) p=0.035) and marital status (Adj. OR=2.49 (1.097-5.651)
p=0.029) had a significant relationship with functional dyspepsia.
Discussion: Shift work, age, diet, and marital status are risk factors syndrome
functional dyspepsia. Age and sex becomes a protective factor. Age becomes a
protective factor for their adaptation mechanism of dyspepsia. Gender as a
protective factor may be due to the level of awareness of women's health is
higher that causes of mortality rate is smaller than the male"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifah Alfiyyah
"Penelitian ini menganalisis pengendalian mutu infeksi TB pada petugas di Rumah Sakit “X” Daerah Depok Jawa Barat, yang jarang dilakukan karena fokus pada pasien. Berdasarkan teori Donabedian (structure, process dan outcome) dan teori Van Meter dan Van Horn, penelitian ini mengidentifikasi standar pengendalian TB, kebijakan, SDM, sarana, dan anggaran sebagai bagian dari struktur; komunikasi dan manajemen risiko sebagai proses; serta deteksi TB/ILTB dan pengobatan sebagai hasil. Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan triangulasi sumber melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen dengan 13 informan. Hasil menunjukkan bahwa standar pengendalian TB mengikuti aturan nasional, kebijakan khusus TB sedang diproses, dan perlindungan airborne disease diterapkan. Kesadaran individu dan unit terkait bertanggung jawab atas pemantauan dan evaluasi kebijakan perlindungan. Sarana dan prasarana TB RO belum memenuhi standar, namun anggaran sudah mendukung perlindungan melalui BPJS dan dana hibah. Proses komunikasi dilakukan antar unit dan personal melalui digitalisasi dan nota dinas, serta manajemen risiko infeksi TB memenuhi 5 level hirarki pengendalian. Data outcome menunjukkan 49% petugas ILTB tahun 2023 dengan 2 petugas hasil x-ray tidak normal, namun pemantauan pengobatan belum optimal. Secara keseluruhan, perlindungan petugas terhadap infeksi TB berjalan meski kebijakan khusus TB belum ditetapkan. Perlindungan petugas terhadap infeksi TB dengan melihat structure, process dan outcome dapat melindungi petugas dari penyebaran TB dan meningkatkan mutu rumah sakit.

This study analyzes TB infection control among healthcare workers at hospital “X” Depok West Java, which is often overlooked due to patient-focused efforts. Using Donabedian’s framework (structure, process, outcome) and Van Meter and Van Horn's theory, the study examines TB control standards, policies, human resources, facilities, and budget (structure); communication and risk management (process); and TB/LTBI detection and treatment (outcome). Qualitative descriptive methods, including interviews, observations, and document reviews with 13 informants, reveal adherence to national TB control standards, ongoing policy development, and airborne disease protection. Despite some infrastructural shortcomings, budget support through national universal health coverage called BPJS Kesehatan and grants is noted. Communication is maintained digitally and formally, with risk management aligning with the hierarchy of controls. Outcomes indicate 49% LTBI detection in 2023, though treatment monitoring is insufficient. Overall, TB protection for staff is in place, yet specific TB policies are pending. Improved MDR-TB (Multidrug-Resistant Tuberculosis) facilities and policy optimization could enhance hospital quality."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library