Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Prasetyo Ningrum
Abstrak :
Latar Belakang: Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang mengenai kesehatan mental remaja. Studi pedahuluan dari penelitian ini menemukan fakta bahwa masalah gejala kecemasan menduduki peringkat pertama prevalensi 84.9 , berdasarkan hasil tes skrining menggunakan subskala kecemasan Hopkins Symptom Check List ndash; 25 HSCL-25. Tujuan: Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas pada subskala kecemasan HSCL-25 dalam mengidentifikasi kecemasan jika dibandingkan dengan gold standard berupa wawancara diagnostik, serta mengidentifikasi nilai cut-off yang tepat dalam penggunaan subskala kecemasan HSCL-25 pada populasi remaja. Metode: Membandingkan kecenderungan kecemasan berdasarkan hasil skrining HSCL-25 dengan hasil wawancara diagnostik menggunakan modul skrining Structured Clinical Interview for DSM-IV SCID sebagai acuan pembuatan gold standard. Proses penelitian menggunakan teknik double-blind dengan bantuan tim penelitian. Wawancara dilakukan kepada 40 orang remaja siswa SMA di wilayah DKI Jakarta, mengacu pada hasil skrining. Hasil: Subskala kecemasan HSCL-25 memiliki nilai sensitivitas sebesar 0.50 dan nilai spesifisitas sebesar 0.50. Skor cut-off HSCL-25 sebesar 1.75 yang digunakan dalam penelitian ini kurang ideal dalam mengidentifikasi individu dengan masalah kecemasan pada populasi remaja. Kesimpulan: Subskala kecemasan HSCL-25 memiliki kemampuan terbatas dalam mengidentifikasi kecemasan yang mengarah pada gangguan pada populasi remaja. Oleh sebab itu, HSCL-25 tidak disarankan sebagai alat skrining tunggal dalam mengukur kecenderungan gangguan kecemasan pada populasi ini. Terdapat pula kemungkinan bahwa gold standard yang dipilih dalam penelitian ini kurang sesuai sebagai pembanding HSCL-25. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempersingkat interval waktu antara proses skrining dan wawancara, serta mempertimbangkan pemilihan gold standard yang lebih sesuai. ......Background: This study is part of a longitudinal study about adolescent's mental health. A preliminary study of this study found that anxiety symptoms were ranked first prevalence 84.9, based on screening using Hopkins Symptom Check List 25 HSCL 25 anxiety subscale. Objective: To determine the sensitivity and specificity of the HSCL 25 anxiety subscale compared to the diagnostic interview as a gold standard, as well as identifying appropriate cut off score for HSCL 25 anxiety subscale in adolescent's population. Methods: Comparing HSCL 25 anxiety score with the results of diagnostic interview using the Structured Clinical Interview for DSM IV SCID screening module as the gold standard. This study was conducted using double blind technique, and the blinding process was assisted by the research team. Interviews were conducted to 40 high school students in DKI Jakarta, based on screening results. Results: Anxiety subscale of HSCL 25 has a 0.50 sensitivity and 0.50 specificity. The cut off score used in this study 1.75 is less than ideal in identifying individuals with anxiety problems in adolescent populations. Conclusion: The anxiety subscale of HSCL 25 has limited ability to identify anxiety disorder in adolescent populations. Therefore, it is not recommended as a single screening tool in measuring the anxiety disorder trends in this population. It is also possible that the gold standard chosen in this study is less suitable as a comparison of HSCL 25. Further research is expected to shorten the time interval between the screening process and interviews, as well as consider more appropriate gold standard selection.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Rahmawati Tirto
Abstrak :
ABSTRAK
Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang banyak dialami oleh remaja. Mengingat dampaknya yang berbahaya bagi tahap perkembangan mereka di saat ini dan saat yang akan datang, perlu dilakukannya upaya pencegahan dengan mendeteksi tanda-tanda gangguan tersebut sedini mungkin. Hopkins Symptom Checklist ndash; 25 HSCL-25 subskala depresi adalah salah satu instrumen yang banyak digunakan sebagai alat screening yang mudah dan secara luas digunakan untuk mendeteksi simtom-simtom depresi tahap awal, termasuk pada remaja. Studi untuk menguji akurasi HSCL-25 sendiri sudah dilakukan di berbagai negara yang memberikan hasil sensitivitas dan spesifisitas relatif baik. Meskipun demikian, uji akurasi HSCL-25 versi adaptasi Bahasa Indonesia tersebut belum pernah dilakukan di Indonesia terkhusus pada penggunaannya terhadap subjek remaja. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengukur akurasi sensitivitas dan spesifisitas HSCL-25 subskala depresi versi Bahasa Indonesia dengan membandingkannya dengan wawancara diagnostik semi-terstruktur yang dilakukan oleh peneliti sebagai gold standard. Dilakukan pengambilan data wawancara pada 40 orang partisipan. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dengan partisipan yang merupakan sampel partisipan dari penelitian sebelumnya. Pemilihan partisipan dilakukan dengan metode double-blind study. Wawancara dilakukan satu per satu secara one-shot. Hasil menunjukkan bahwa HSCL-25 subskala depresi memiliki sensitivitas yang baik 87,5 dengan spesifisitas yang cukup baik 65,4 . Instrumen ini juga menghasilkan nilai LR sebesar 2,5 dan ndash;LR sebesar 0,2. Skor cut-off yang digunakan dalam penelitian ini 1,75 terbukti sudah optimal digunakan sebagai skor cut-off untuk mendeteksi simtom awal depresi seperti tujuan dari penelitian ini, yaitu HSCL-25 sebagai langkah preventif, untuk mencegah simtom-simtom depresi remaja semakin berkembang menjadi lebih parah.
ABSTRACT
Depression is one of mental health problems experienced by many adolescents across the world. Considering its dangerous effects for adolescents rsquo now and later developmental stages, there is an urge to do the prevention efforts to detect its early symptoms as soon as possible. Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 depression subscales is one of the easy to use, mainstream screening tools that has been used largely to detect early stage of depression symptoms, including for the adolescents. The accuracy study of HSCL 25 had been conducted all over the countries with the results of relatively good sensitivity and specificity. However, that testing for the HSCL 25 Indonesian version has never been conducted in Indonesia, especially on adolescents. Therefor, this study aimed to test the accuracy sensitivity and specificity of HSCL 25 depression subscales Indonesian adapted version by comparing it to semi structured diagnostic interview conducted by us as the gold standard. We conducted the interview to 40 adolescents. This study was a continuation study and the participants were the sample participants from previous study. The participants were selected double blindly. The interview was held one to one with one shot technique. The results showed that HSCL 25 depression subscales have a good sensitivity 87.5 and fairly good specificity 65.4 with the LR of 2.5 and ndash LR of .2. The cut off score used in this study 1.75 was proven to be the optimal for detecting depression early symptoms, as the aim of this study where this instrument used as the prevention way for the early symptoms to become worsen in the future.
2018
T50697
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahaean, Bona S.H.
Abstrak :
Latar Belakang: Mahasiswa yang memiliki self-esteem tinggi cenderung lebih mampu melakukan penyesuaian diri sehingga memiliki prestasi akademis yang lebih baik. Mereka juga akan lebih mampu mengatasi permasalahan dalam dunia perkuliahan sehingga secara otomatis menurunkan level distres psikologis. Metode: Penelitian dilakukan secara quasi experimental. Delapan mahasiswa Universitas Indonesia berusia antara 18-23 tahun yang memiliki tingkat self-esteem di bawah 29 berdasarkan alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale dan memiliki level distres psikologis di atas 1.75 berdasarkan alat ukur HSCL-25 menjadi subyek penelitian. Kepada mereka diberikan intervensi pelatihan peningkatan self-esteem selama dua hari berturut-turut yang terdiri dari 5 sesi utama. Pelatihan dilakukan selama ± 6 jam per harinya. Empat minggu setelah pelatihan hari kedua, dilakukan wawancara dan pengukuran pasca intervensi menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale dan HSCL-25. Hasil: Berdasarkan pengukuran sebelum dan sesudah intervensi pelatihan, diketahui bahwa tujuh partisipan mengalami peningkatan self-esteem, satu partisipan mengalami penurunan self-esteem, tujuh partisipan mengalami penurunan level distres psikologis, dan satu partisipan mengalami peningkatan level distres psikologis. Kesimpulan: Penelitian ini membuktikan bahwa intervensi pelatihan dinilai berhasil dalam meningkatkan self-esteem dan menurunkan level distres psikologis mahasiswa Universitas Indonesia. Partisipan juga menyampaikan bahwa mereka memperoleh informasi baru mengenai self-esteem dan keterampilan baru berkomunikasi secara asertif dan berpikir positif. ......Background: Undergraduate student with high self-esteem level tends to have a good adjustment to college world, therefore they can achieve greater academic performance. They will also have the ability to deal with college problems and automatically decreasing their psychological distress level. Method: Quasi experimental research was conducted. Eight Universitas Indonesia?s undergraduate students aged 18-23 years who had self-esteem level below 29 as measured by Rosenberg Self-Esteem Scale and had psychological distress level above 1.75 as measured by HSCL-25 became the subject of this research. They were involved in self-esteem building training intervention within two days in a row (@ approximately 6 hours), consisted of 5 main sessions. Four weeks after the second day of training, the level of self-esteem and psychological distress were measured using Rosenberg Self-Esteem Scale and HSCL-25. Result: The measurements before and after the training intervention found that seven participants had an increase in self-esteem level, one participant had a decrease in self-esteem level, seven participants had decreased psychological distress level, and one participant had increased psychological distress level. Conclusion: This study proves that the training intervention is effective in increasing the level of self-esteem and decreasing the level of psychological distress for Universitas Indonesia?s undergraduate students. Participants also commented that they acquired new knowledge regarding selfesteem and new skills to communicate assertively and think positively.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30962
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Dewayani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan psychological distress antara mahasiswa yang memiliki perceived peer social support dengan mahasiswa yang tidak memiliki perceived peer social support. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur HSCL-25 untuk mengetahui psychological distress partisipan dan data demografis untuk membedakan antara partisipan yang memiliki perceived peer social support dengan yang tidak. Partisipan dalam penelitian ini adalah 666 mahasiswa S1 program reguler Universitas Indonesia yang dikumpulkan dengan teknik acak. Teknik statistik yang digunakan adalah independent sample t-test. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan psychological distress yang signifikan antara mahasiswa UI yang memiliki perceived peer social support dengan mahasiswa UI yang tidak memiliki perceived peer social support. Hal ini dapat terjadi karena psychological distress tidak hanya dipengaruhi oleh perceived peer social support, tetapi juga faktor-faktor lain. ......This study investigated the difference of psychological distress between students of Universitas Indonesia who have and who does not have perceived peer social support. This quantitative study has been done by adapting HSCL-25 questionnaire to know psychological distress to differentiate students of Universitas Indonesia who perceived peer social support. Participants are 666 students of Universitas Indonesia obtained by random/probability sampling. There is no significant difference in psychological distress between students of Universitas Indonesia who have and who does not have perceived peer social support. It is assumed that there are many other factors that influence the psychological distress student.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2011
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Dewayani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan psychological distress antara mahasiswa yang memiliki perceived peer social support dengan mahasiswa yang tidak memiliki perceived peer social support. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur HSCL-25 untuk mengetahui psychological distress partisipan dan data demografis untuk membedakan antara partisipan yang memiliki perceived peer social support dengan yang tidak. Partisipan dalam penelitian ini adalah 666 mahasiswa S1 program reguler Universitas Indonesia yang dikumpulkan dengan teknik acak. Teknik statistik yang digunakan adalah independent sample t-test. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan psychological distress yang signifikan antara mahasiswa UI yang memiliki perceived peer social support dengan mahasiswa UI yang tidak memiliki perceived peer social support. Hal ini dapat terjadi karena psychological distress tidak hanya dipengaruhi oleh perceived peer social support, tetapi juga faktor-faktor lain.

This study investigated the difference of psychological distress between students of Universitas Indonesia who have and who does not have perceived peer social support. This quantitative study has been done by adapting HSCL-25 questionnaire to know psychological distress to differentiate students of Universitas Indonesia who perceived peer social support. Participants are 666 students of Universitas Indonesia obtained by random/probability sampling. There is no significant difference in psychological distress between students of Universitas Indonesia who have and who does not have perceived peer social support. It is assumed that there are many other factors that influence the psychological distress student.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library