Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Blau, Joseph L.
New York, NY: Columbia University Press , 1956
301.153 BLA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ikeda, Daisaku, 1928-
New York: Weather Hill, 1976
573.2 IKE h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Takwin
Abstrak :
Dalil penelusuran pemikiran tentang rasio dan kesadaran dari para filsut ada lima hal yang dapat ditarik berkaitan dengan masalah dan tesis dalam penelitian ini:
1) Rasio atau (dalam istilah pasca cartesian) kesadaran manusia haruslah terbuka, tidak tertutup seperti yang dikemukakan Plato, Descartes dan Leibniz;
2) Kesadaran juga tidak mengharuskan dirinya merujuk pada satu titik mutlak seperti yang dikemukakan Aristoteles, Kant, Hegel dan Husserl;
3) Juga tidak hanya mencari persamaan saja seperti dalam pandangan Aristoteles dan Kant melainkan juga memahami perbedaan;
4) Kesadaran memiliki kemampuan memahami pada dirinya sendiri tidak tergantung pada hal di luarnya seperti yang dikemukakan para filsuf empirisme;
5) Kesadaran juga memiliki kesatuan organisasi untuk memahami dan mengolah berbagai hal, tidak seperti yang dikemukakan oleh Hume yang menolak adanya ego atau diri sebagai pusat kesadaran. Untuk menemukan satu konsep kesadaran yang dapat menjelaskan kondisi pluralistik manusia dilakukan konstruksi konsep kesadaran dengan metode konstruktif, kritis-reflektif, induktif dan deduktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran manusia selain memiliki kemampuan memahami juga memiliki Kehendak bebas yang memungkinkan adanya berbagai penafsiran tentang realitas. Dengan kata lain kesadaran manusia memiliki rasionalitas dan kehendak bebas. Rasionalitas berfungsi untuk memahami berbagai kenyataan dengan segala persamaan dan perbedaannnya. Kehendak bebas memungkinkan kesadaran manusia untuk memilih kenyataan-kenyataan tertentu saja untuk dipahami. Sejauh kesadaran menghendaki, kenyataan apapun dapat dipahami oleh kesadaran tetapi kesadaran sendiri yang menentukan mana yang hendak dipahami dan mana yang tidak. Kehendak bebas ini yang menyebabkan manusia memiliki pendapat yang berbeda-beda dan memilih jalan hidup yang berbeda-beda pula. Dengan kesadaran yang demikian, pada dasarnya manusia mampu terbuka terhadap beragam hal yang berbeda tanpa harus saling bertikai.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T10838
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Luthfi Ubaidillah
Abstrak :
Dari seluruh ciptaan yang telah diciptakan Tuhan, manusia merupakan makhluk yang memiliki nilai spesial. Karena ia adalah makhluk yang secara khusus mengemban tugas sebagai wakil Tuhan (khalifah). Tugas ini merupakan beban yang sangat berat, karena mengemban amanat Tuhan adalah kewajiban melaksanakan kebaikan dan meninggalkan keburukan yang tujuannya untuk mencapai rido-Nya. Untuk itu tentu ada hubungan yang harus dilakukan antara manusia dengan Tuhan agar manusia selalu dibimbing dalam setiap pelaksanaan amanat yang telah diberikan-Nya. Maka pertanyaanya adalah kenapa manusia yang diberikan sifat kebaikan untuk dijadikan pengemban tugas wakil Tuhan (khalifah). Dalam hal ini sufisme yang diwakili Ibn Al-'Arabi dan kebatinan yang diwakili Ranggawarsita berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Menurut. pemikiran kedua tokoh dan aliran ini, manusia dijadikan sebagai pengemban tugas wakil Tuhan (khalifah), karena dalam kejadiannya manusia memiliki nilai kesempurnaan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Ia merupakan pengejawantahan nama-nama Tuhan secara keseluruhan, sehingga ia adalah cermin bagi Tulis yang bersih dan bening. Tuhan dapat melihat citra Diri-Nya dengan sempurna melaluinya. Maka manusialah yang dapat dijadikan wakil Tuhan di bumi untuk melaksanakan kewajiban syari'at dan mengelola alam. Akan tetapi tidak semua manusia berhasil menjadikan dirinya sebagai wakil Tuhan (khalifah), karena tidak semua orang dapat mengejawantahkan nama-nama Tuhan. Dalam anti bahwa, bagi manusia yang tidak dapat melaksanakan kebaikan dan tidak bisa menjauhkan segala hal yang buruk, ia adalah manusia yang tidak dapat menggunakan nama-nama Tuhan secara proprosional, yang menurut bahasa Ibn Al-`Arabi tidak berakhlak dengan akhlak Allah. Manusia seperti ini adalah manusia hewan atau hamba nalar, Sedangkan manusia yang dapat melaksanakan kebaikan dan manjauhkan keburukan dengan baik, ia akan mendapatkan pengetahuan hakikat segala realitas dan mejadikan diri-Nya dekat dengan Tuhan. Manusia seperti ini menurut Ibn Al-`Arabi dinamakan insan kamil, sedangkan menurut Ranggawarsita dinamakan manusia pilihan atau manusia golongan klas. Bagi manusia yang ingin mencapai derajat insan kamil atau golongan khusus terlebih dahulu ia harus menjalani mujahadah, yaitu serangkaian pendekatan diri kepada Tuhan secara intensif dengan melalui berbagai ujian dan cobaan. Untuk itu tidaklah mudah dalam mencapai apa yang diharapkan. Dengan hati yang suci dan konsekuenlah manusia yang dapat mencapai kesempurnaan tujuan. Dua pemikiran yang masing-masing mewakili golongannya tersebut secara garis besar memiliki persamaan mendasar. Walaupun terdapat perbedaan dalam sebagian keterangan, tetapi perbedaan itu bukanlah sesuatu yang prinsipil. Perbedaan hanya didasari dari pola pemikiran. lbn Al-'Arabi menclasarkan pemikirannya atas pengetahuan intuitif atau pengalaman batin, yang dalam dunia sufisme pemikiran ini melalui ciri khan khusus. Sedangkan Ranggawarsita memiliki pola pikir kebatinan berdasakan prinsip " sangkan paraning dumadi." Adapun Persamaan pemikiran kedua tokoh ini diakibatkan pemikiran yang satu telah mepengaruhi pemikiran yang lain. Dalam hal ini pemikiran Ibn Al-`Arabi, semenjak abad ke 16 telah masuk dalam dunia pemikiran Islam Nusantara, sehingga pemikiran Ranggawarsita pun terpengaruh dalam menelurkan konsepnya tentang manusia. Maka tidaklah heran jika kedua pemikiran ini memiliki persamaan pemikiran yang cukup mendasar. Human Being on the Perspective of Sufism and Mysticism: a Comparative Study on the Thoughts of lbn Al-Arabi and Ranggawarsita Compared to the other Gods' creatures man has more special values. He is especially relied on to be the representative of God (khalifah) in the earth. A very heavy duty he must carry out is to do goodness; instead of to prohibit badness, its goal is only to obtain the favor of God. Therefore there must be a relationship established between roan and God. So that, man is always guided in doing the mandate God has given. Now, the question is why human is given the goodness in order to be a caretaker of tasks of khalifah. In this case, Sufism which is represented by Ibn Al-`Arabi and the Mysticism represented by Ranggawarsita, all at once, attempts to answer that question. According to both of those authors and credos, man is chosen as the caretaker of the mandate of khalifah because he is created with the special perfection that the other creatures do not have. He is a manifestation of the names of God on the whole. So, man is a kind of a clear mirror for God to see well about the image of Him-self. That is why; man is elected to be God's representative in the earth to do the obligation of Islamic law (syariah) and to manage the nature. Yet, some people cannot treat themselves as the God's representative successfully. Because, some people can only manifest the names of God. It means that the man who is not able to do the kindness and to prevent the badness cannot employ the names of God suitably that is so-called by Ibn Al-Arabi as the man who does not behave based on the moral of God. This kind of man is the Animal Man or the slave of reasoning. Whereas, the man being able to conduct the goodness and to forbid the badness will achieve the nature of knowledge reality and will make him-self get closer to God. According to Ibn Al-Arabi, this kind of man is called as the Perfect Man (insan kamil), though the man is regarded as the Elected Man (golongan khas) by Ranggawarsita. Those who are interested in becoming the Perfect Man or the Elected Man must follow mujahadah first. Mujahadah is a set of personal approach to God intensively through various efforts and ordeals. Then, it is not easy to gain what is hoped. People can only reach the perfection of goal with the pure hearth and consistency. The two of thoughts represented by each of authors have the fundamental similarity in general. Although there is distinction in some of their thought explanations, it is not a principle difference. The difference is only based on the pattern of thought. Ibn Al-Arabi refers his thought to the intuitive knowledge or soul experience that has a special character in the circle of Sufism thought. Whereas, Ranggawarsita has his own Mysticism thought according to the principle of where is man from and where will he be back, "sangkan paraning dumadi." Because one thought influences another one, both of the authors come to their similarity each other. The thought of Ibn Al-Arabi have entered the Islamic thought in Indonesian archipelago since the 16 centuries. So that, Ranggawarsita is also affected by `Arabi particularly in producing his concept of human. Then, it is not a strange matter that both of the above thoughts have the fundamental similarity.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Corina
Abstrak :
Wacana kekuasaan dan moralitas senantiasa mengemuka dalam kajian filsafat politik. Di satu sisi kekuasaan memiliki nilai ideal sebagai sarana perwujudan aspirasi rakyat. Namun di sisi lain, kekuasaan identik dengan praktek politik penguasa yang melakukan berbagai upaya untuk melanggengkan kekuasaan. Kekuasaan terlibat dalam perdebatan nilai dan praktek. Nilai ideal terkait dengan tuntutan moralitas yang seharusnya (ought) dimiliki oleh penguasa. Sementara pada prakteknya, kekuasaan menghadirkan fenomena yang sulit dan kompleks, riil dan bergerak dalam kebutuhan pribadi sang penguasa sendiri. Pemikiran Niccolo Machiavelli identik dengan kondisi tersebut. Situasi sosial dan politik yang belum stabil menuntut penguasa untuk melakukan berbagai upaya untuk melanggengkan kekuasaan. Pilihannya adalah kekuasaan tanpa stabilitas hanya menyisakan suasana tak menentu bagi negara. Akibatnya program program penguasa sulit berjalan, sementara kekuasaan harus mengakomodasikan berbagai perbedaan kepentingan dalam masyarakat. Menurut Machiavelli, kekuasaan dan moralitas merupakan dua hal yang terpisah. Asumsi moral dipandang sebagai entitas yang berdiri sendiri. Moralitas merupakan bagian dari strategi kekuasaan, yang tidak selamanya terkait dengan persoalan baik dan buruk namun bersifat realistik dan obyektif serta tidak universal, ia bisa saja berubah-ubah setiap waktu tergantung pada kondisi masyarakat. Penguasa yang berlaku baik kepada rakyat dalam membangun tatanan sosial dan politik yang baru terbentuk, dianggap sebagai bagian dari strategi kekuasaan. Tujuannya adalah agar legitimasi kekuasaan bisa tercapai. Menurut tesis ini, bahwa hubungan moralitas dan kekuasaan menurut Machiavelli sebagai sebuah strategi. Sementara pennikiran lain, seperti Russell dan Kant memposisikan moralitas sebagai landasan berpikir penguasa dalam menjalankan kekuasaan. Hal ini juga berarti bahwa hubungan moralitas dan kekuasaan tidak sekadar hubungan strategi, namun kewajiban yang sudah semestinya dilakukan oleh penguasa. Ajaran moral tidak harus mengarah pada asumsi teologis tertentu, namun bersifat universal, yakni kemanusiaan. Wacana kekuasaan dan moralitas senantiasa mengemuka dalam kajian filsafat politik. Di satu sisi kekuasaan memiliki nilai ideal sebagai sarana perwujudan aspirasi rakyat. Namun di sisi lain, kekuasaan identik dengan praktek politik penguasa yang melakukan berbagai upaya untuk melanggengkan kekuasaan. Kekuaasaan terlibat dalam perdebatan nilai dan praktek. Nilai ideal terkait dengan tuntutan moralitas yang seharusnya (ought) dimiliki oleh penguasa. Sementara pada prakteknya, kekuasaan menghadirkan fenomena yang sulit dan kompleks, riil dan bergerak dalam kebutuhan pribadi sang penguasa sendiri. Pemikiran Niccolo Machiavelli identik dengan kondisi tersebut. Situasi sosial dan politik yang belurn stabil menuntut penguasa untuk melakukan berbagai upaya untuk melanggengkan kekuasaan. Pilihannya adalah kekuasaan tanpa stabilitas hanya menyisakan suasana tak menentu bagi negara. Akibatnya program program penguasa sulit berjalan, sementara kekuasaan harus mengakomodasikan berbagai perbedaan kepentingan dalam masyarakat. Menurut Machiavelli, kekuasaan dan moralitas merupakan dua hal yang terpisah. Asumsi moral dipandang sebagai entitas yang berdiri sendiri. Moralitas merupakan bagian dari strategi kekuasaan, yang tidak selamanya terkait dengan persoalan baik dan buruk namun bersifat realistik dan obyektif serta tidak universal, ia bisa saja berubah-ubah setiap waktu tergantung pada kondisi masyarakat. Penguasa yang berlaku baik kepada rakyat dalam membangun tatanan sosial dan politik yang baru terbentuk, dianggap sebagai bagian dari strategi kekuasaan. Tujuannya adalah agar legitimasi kekuasaan bisa tercapai. Menurut tesis ini, bahwa hubungan moralitas dan kekuasaan menurut Machiavelli sebagai sebuah strategi. Sementara pennikiran lain, seperti Russell dan Kant memposisikan moralitas sebagai landasan berpikir penguasa dalam menjalankan kekuasaan. Hal ini juga berarti bahwa hubungan moralitas dan kekuasaan tidak sekadar hubungan strategi, namun kewajiban yang sudah semestinya dilakukan oleh penguasa. Ajaran moral tidak harus mengarah pada asumsi teologis tertentu, namun bersifat universal, yakni kemanusiaan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T22898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dito Wicaksono
Abstrak :
Fokus dalam skripsi ini adalah status moral pre-natal human being. Awal mula perdebatan mengenai status moral pre-natal human being dapat ditelusuri melalui perdebatan antara kubu pro-life dan pro-choice. Dari sana, kita dapat melihat bahwa inti argumen dari keduanya adalah permasalahan mengenai kapan kehidupan manusia dimulai. Untuk menentukan ada atau tidaknya status moral dari pre-natal human being, skripsi ini menggunakan beberapa pendekatan etis yang relevan, seperti konsep personhood, hak asasi, dan pembedaan moral standing.
The Focus of this study is the moral status of pre-natal human being. This problem can be traced through from all debate between pro-life and pro-choice side. From that, we can see that both of them, have filling the argument with the problem about when human ife_s started. To determine whether there is or no moral status of pre-natal human being, this study applies some relevant ethical approachs, like a concept of personhood, basic rights, and distinction of morale standing.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S16129
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Hardi
Abstrak :
Pada saat ini pembangunan di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hai ini diiringi dengan semakin meningkatnya perkembangan dan kemajuan di bidang industri. Perkembangan dan kemajuan di bidang industri tersebut akan mempengaruhi limbah yang dihasilkan oleh industri, baik dari segi kuantitas maupun kualitas limbah. Limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut akan mempunyai risiko sebagai penyebab pencemaran lingkungan, dan saat ini pencemaran lingkungan yang berakhir dengan kerusakan lingkungan menjadi suatu masalah utama dalam pembangunan, terutama bagi manusia. Limbah industri, khususnya limbah cair memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pencemaran air. Hal ini merupakan suatu kondisi yang memiliki risiko tinggi, karena pencemaran pada air dapat menjadi sumber utama terjadinya kontak manusia dengan senyawa kimia beracun. Hal ini harus menjadi perhatian semua pihak yang terkait, mengingat air adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Dengan pesatnya perkembangan industri di Indonesia, akan mengakibatkan timbulnya masalah pencemaran yang semakin serius. Pencemaran tersebut tidak hanya merusak lingkungan, tetapi dapat berakibat fatal bagi mahluk hidup terutama pada manusia. Senyawa azo, adalah zat warna yang digunakan untuk pewarna tekstil yang dapat mencemari perairan. Zat warna dari limbah tekstil bila dibuang ke perairan dapat menutupi permukaan badan air sehingga menghalangi sinar matahari untuk masuk ke dalam perairan. Berkurangnya sinar matahari yang masuk ke perairan menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis oleh tumbuhan yang ada diperairan. Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen di dalam air menurun dan pada akhimya menyebabkan kematian mahluk hidup yang ada di perairan tersebut. Selain itu, badan air yang tercemar oleh limbah tekstil juga sangat berbahaya bila digunakan oleh manusia untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini dikarenakan beberapa senyawa kimia dan limbah tekstil mempunyai sifat yang toksik bagi mahluk hidup yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker dan tidak berfungsinya organ-organ tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian. Di samping mempunyai sifat yang berbahaya bagi mahluk hidup terutama bagi manusia, pencemaran limbah tekstil juga dapat mengurangi nilai estetika badan air, badan air (sungai atau danau) menjadi tidak nyaman untuk dipandang karena aimya berwarna bahkan mungkin berwarna gelap atau hitam pekat. Nilai estetika suatu badan air juga menurun dengan timbulnya bau yang tidak sedap seperti bau amoniak dan asam sulfida hasil penguraian limbah oleh bakteri secara anaerob karena badan air mempunyai kandungan oksigen yang sangat minim. Penurunan atau hilangnya nilai estetika suatu badan air akan menurunkan nilai ekonomis badan air, dan tentunya akan merugikan bagi masyarakat yang tinggal disekitar badan air tersebut. Senyawa-senyawa kimia yang umumnya ada di dalam air limbah industri tekstil adalah senyawa organik. Senyawa organik ini umumnya adalah senyawa azo yaitu zat warna yang digunakan pada pencelupan dan pewarnaan tekstil. Kadar senyawa organik yang ada dalam suatu perairan dapat diukur dengan parameter Chemical Oxygen Demand (COD) atau dengan parameter Biochemical Oxygen Demand (BOD). Sedangkan untuk melihat kepekatan wama maka dapat dilakukan pengukuran intensitas warna. Saat ini sedang dikembangkan metode fotokimia yaitu suatu metode untuk menguraikan senyawa organik dengan menggunakan bantuan sinar ultra violet yang dipadukan dengan senyawa kimia Metode ini diharapkan mampu menguraikan secara efektif dan efisien (dari segi waktu, tenaga, dan biaya) berbagai senyawa organik (terutama senyawa organik yang berasal dari limbah tekstil seperti zat warna azo). Tujuan Penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui kemampuan maksimum pengolahan zat warna dan senyawa organik pada air limbah industri tekstil dengan metode Fotokimia UV-H202. 2) Untuk mengetahui kondisi optimum metode Fotokimia UV-F1202, yaitu besamya konsentrasi larutan H202 dan lamanya waktu penyinaran Ultra Violet yang diberikan untuk pengolahan zat wama dan senyawa organik pada air limbah industri tekstil. Pengolahan air limbah dengan metode Fotokimia UV-H202 dapat menurunkan intensitas wama dan jumlah senyawa organik, dan semakin besar konsentrasi larutan H202 yang digunakan dan semakin lama waktu penyinaran sinar UV, semakin besar penurunan nilai intesitas warna, nilai COD dan BOD pads air limbah industri tekstil. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah Metode Eksperimental, yaitu dengan cara memvariasikan nilai variabel bebas untuk mencari variasi apa yang mempunyai kemampuan yang paling optimum. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikat (dependen) adalah kemampuan pengolahan limbah, yang didapat dan selisih Konsentrasi Zat Varna sebelum dan sesudah pengolahan limbah cair, sedangkan yang merupakan variabel bebas (Independen) adalah konsentrasi larutan H202 yang digunakan di dalam pengolahan dan lamanya waktu penyinaran ultra violet pada pengolahan air limbah. Data hasil analisis yang didapat pada penelitian ini berupa nilai Intensitas warna dan konsentrasi senyawa organik yaitu nilai BOD dan COD dari sampel air sebelum dilakukan pengolahan dan pada sampel air yang telah dilakukan pengolahan dengan metode Fotokimia UV-H202. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran parameter-parameter yang telah disebutkan pada bagian terdahulu disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta dianalisis secara deskriptif dan hubungan beberapa parameter menggunakan uji statistik sederhana untuk menentukan korelasi antara variasi konsentrasi larutan H202 dan variasi lama waktu penyinaran dengan data parameter kadar zat warna, BOD dan COD. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat membuktikan bahwa hipotesis penelitian yaitu: Pengolahan air limbah dengan metode Fotokimia UV-H202 dapat menurunkan intensitas warna dan senyawa organik pada air limbah industri tekstil, dapat diterima. Dan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan jugs dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan pengolahan zat wama dan senyawa organik pada air limbah industri tekstii dengan metode fotokimia UV-H202 adalah sebagai berikut: a. nilai intensitas warna, sebelum pengolahan nilai konsentrasi zat warna yang ada pada air limbah indusri tekstil sebesar 1.073,47 ppm Pt/Co dan setelah pengolahan menjadi sebesar 81,58 ppm Pt/Co atau mengalami penurunan sebesar 92,4%. b. Nilai COD sebelum pengolahan sebesar 773.55 mg/l dan setelah pengolahan sebesar 140 mg/l atau mengalami penurunan sebesar 81,9%. c. Nilai BOD5 pada air limbah sebelum pengolahan sebesar 584,6 mg/1 dan setelah mengalami pengolahan turun menjadi 42,1 mg/1, ini berarti nilai BOD5 mengalami penurunan sebesar 92,8%. 2. Kondisi pengolahan optimum yang didapat untuk pengolahan limbah dengan metode fotokimia UV-H202 adalah sebagai berikut: a. Konsentrasi larutan H202 optimum pengolahan air limbah industri tekstil adalah sebesar 2000 ppm b. Lama waktu penyinaran LTV optimum pada pengolahan air limbah industri tekstil adalah selama 6 jam.
Waste Processing with Photochemistry Method UV-H2O1 in Textile IndustryNowadays, development in Indonesia is undergoing very rapid growth. The situation is followed with more development and progresses in the industry section. The development and progress in the industry section will influence amount of liquid waste from industry based on quantity and quality. The waste is produced by industry has risk for environment impact, and currently environment impact will bring environment degradation becomes one of main prior problem on development, particularly for human. The industrial waste, especially liquid waste gives sufficient contribution toward water pollution, and it becomes high-risk condition. Water pollution can be main source for human contact with toxic chemical compound. This matter draws attention of related parties, considering that water is one of basic need of human being. Through The rapid industrial development in Indonesia, at the same time will cause serious environment problem. The pollution is not only degrading environment quality but also can bring important impact for living creatures particularly human. Azo derivate as color substance is used for textile color can pollute water body. The colour substance from textile waste deposit into water able to spread surface of water body and hamper ultraviolet enters into waters. The decrease of ultraviolet penetrate into waters can cause the hamper of photosynthetic process of plant the waters to produce oxygen and it causes decreasing oxygen contents in the water and finally causes death of living creatures in the waters. Besides that, water body is polluted by textile waste is very hazardous if it is consumed by human for daily needs. Due to the several chemical compounds of textile industries have toxic character for living creatures can cause various diseases such as cancer and disfunction of organ and even can cause the mortality. Besides having hazardous character for living creatures particularly to human, textile as waste pollution can reduce aesthetic value from water body, water body such as river or lake become not in comfortable condition because water is colored and even dark or pitch black. Aesthetic value of water body will also decrease with arising of outdoor such as ammoniac and hydrogen sulphide acid result from waste rotening by anaerobic bacteria because water body has minim oxygen content. The reduction or vanish of aesthetic value from water body will reduce economical value of water body itself, and it certainly create non-profit condition for community who stay in the surrounding area. The chemistry compound which is generally present in textile industries waste is organic compound, this organic compound is generally azo compound color substance is used for textile coloring and dyeing. The content of organic substance in the waters can be measured with Chemical Oxygen Demand (COD) parameter or Biochemical Oxygen Demand (BOD) parameter. In order to observe color darkness is used color intensity measurement. Nowadays, it is implemented the development of photochemistry method such as certain method to reduce organic compound with ultraviolet combine to chemical substance. This method is expected able to eliminate effectively and efficiently from the aspect of time, workers, and budget toward various kinds of organic compound, particularly organic compound comes from textile industry such as azo color substance. The purpose of research: 1. To distinguish maximum capability of color substance and organic compound of the textile industries waste with photochemistry method UV-H202. 2. To distinguish the concentration of H202 and the maximum duration of UV radiation which give the maximum result of color and organic compound processing. The research hypothesis are the photochemistry UV-H202 processing will reduce intensity of color and organic compound, the increasing of H2O3 concentration and the longer duration time of UV in waste processing will decrease the color intensity, COD, and BOD in textile industrial waste. This research is using experimental method. This method is carried out the experiment to distinguish maximum capability of textile industry liquid waste with photochemistry method. This experiment is implemented through the variation of independence variable value to look for variation which has the most maximum capability. In this research, the dependent variable is capability to process waste, is taken from reduce of color substance concentration before and after liquid waste processing, independent variable is H202 concentration which is used in processing and time duration of ultraviolet exposure. The data of analysis data result consist of color intensity value and organic compound concentration in BOD and COD value from water sample before and after processing with photochemistry methods UV-H202. The data are taken from parameters measurement has been explained in the previous chapter is performed in the form of tables, graphics and analyzed descriptively and the relation between several parameters by exercising with simple statistic test to determine correlation between variation of H202 concentration and variation time duration of UV radiation with color substance parameter, BOD and COD. From the research results are proven the hypothesis; the photochemistry UV-H202 processing will reduce intensity of color and organic compound in textile industrial waste, can be accepted. Since then several conclusions are as follows : 1. Photochemistry method can accepted be utilized as alternative method for textile industrial waste processing, particularly in colour substances and organic compound in textile industrial waste. It can be shown from processing result: a. the value of color intensity, before processing of color substance concentration in textile industry waste 1.073,47ppm Pt/Co and after processing 81,58 ppm Pt/Co or reduce by 92,4%. b. COD value before processing 773.55 mg/l and after processing 140 mg/l or reduce by 81,9% c. BOD value before processing 584,6 mg/l and after processing reduce 42,1 mg/l it means BOD value reduce by 92,8% 2. The optimum condition of Photochemistry UV-H202 method can be shown from processing result: a. The concentration of H202 which give the maximum result of Photochemistry UV-H202 processing is 2000 ppm. b. The time duration of UV radiation which gives the maximum result of Photochemistry UV-H202 processing is 6 hours.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyanto
Abstrak :
Tesis ini mengangkat tema: "Filsafat Ilmu Pengetahuan Ibn Khaldun". Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat, yang membahas tentang sumber, struktur, metode, kesahihan, dan tujuan ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu pengetahuan ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai hakekat ilmu pengetahuan, yakni mempertanyakan objek yang ditelaah ilmu pengetahuan, wujud hakiki objek tersebut, serta bagaimana hubungan antara objek yang ditelaah, seperti alam dan segala isinya, dengan daya tangkap manusia berpikir, merasa, dan mengindra, yang membuahkan ilmu pengetahuan dalam bingkai ontologis, epistemologis, dan axiologis. Atas bingkai itulah ilmu pengetahuan dapat berkembang sebagai suatu disiplin, yaitu pengetahuan yang mengembangkan dan melaksanakan aturan-aturannya dengan penuh kesungguhan. Inilah yang disebut refleksi filosofis ilmu pengetahuan. Upaya refleksi filosofis diarahkan pada ciri dan cara kerja ilmu pengetahuan. Ciri ilmu pengetahuan ditandai dengan adanya unsur sistematis, logis, dan intersubjektif. Adapun cam kerja ilmu pengetahuan diarahkan pada upaya pembenaran metodologis dan paradigma ilmu pengetahuan. Ciri dan Cara kerja ilmu pengetahuan inilah yang menandai kemandirian ilmu pengetahuan itu. Ibn Khaldun dipandang sebagai salah seorang filosof muslim abad pertengahan, lahir di Tunis pada tahu 732H1 1332 M dan meninggal di Cairo-Mesir pada tahun 808 HI 1406 M. Ia berasal dari keluarga ulama, ilmuwan, dan terhormat serta berpengaruh dalam bidang ilmu dan politik. Banyak teori ilmu pengetahuan Ibn Khaldun dipengaruhi oleh ilmu-ilmu agama dan filsafat, karya-karya filosof besar seperti Ibn Sina, Al-Ghazali, Ibn Rusyd, Nashiruddin al-Thusi, dan Aristoteles. Dari lingkungan keluarga dan bacaannya itu, Ibn Khaldun menciptakan logika realistik. Dengan logika realistiknya, memetakan perkembangan ilmu pengetahuan, keahlian-keahlian, dan, peradaban masyarakat-manusia. Ibn Khaldun menjadi terkenal karena karyanya "Muqaddimah" yang memuat berbagai teori-teori disiplin ilmu dan tidak mengherankan, banyak pemikir dan penulis muslim maupun non-muslim mencoba mengungkap konsep-konsep Ibn Khaldun dalam berbagai disiplin keilmuan, seperti; sejarah, sosial, politik, ekonomi, ilmu-ilmu agama, filsafat, dan ilmu-ilmu rasional lainnya, Bagian yang menarik dalam pemikiran Ibn Khaldun yang akan dikaji dalam tesis ini adalah teks dalam Muqaddimah itu, yakni: tentang filsafat ilmu pengetahuannya. Ada tiga persoalan pokok yang akan diteliti, yaitu: (1) Bagaimana filsafat Ibn Khaldun tentang Ilmu Pengetahuan?; (2) Bagaimana tafsiran Ibn Khaldun terhadap pembagian Ilmu Pengetahuan?; dan (3) Bagaimana relevansi teori ilmu pengetahuan Ibn Khaldun dan kerangka konsep ilmu pengetahuan modem dalam perspektif sejarah? Penelitian ini akan berusaha mengungkap dan menjelaskan jawaban dengan pendekatan filsofis atas pertanyaan-pertanyaan di atas, dan metode yang digunakan adalah deskriptik, hermeneutik, dan komparatif Penelitian ini juga memiliki tujuan dan kegunaannya, yaitu: (1) Tujuan dalam aspek teoritis, yakni: (a) Berusaha memahami dan mengangkat konsep filsafat ilmu pengetahuan Ibn Khaldun; (b) Selain memberikan evaluasi kritis terhadap masalah atau bidang yang diteliti (filsafat ilmu pengetahuan Ibn Khaldun), juga melengkapi data-data penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dengan membuat sintesis dari bahan yang telah dikumpulkan; dan (c) Membuat sintesa baru (pemikiran barn) tentang filsafat ilmu pengetahuan Ibn Khaldun. (2) Kegunaan dalam aspek praktis, yakni: (a) Hasil penelitian ini memiliki arti akademis yang dapat menambah informasi dan dipertimbangkan dalam memperkaya teori-teori keilmuan filsafat (Islam); (b) Penjelasan ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran umum tentang pemikiran Ibn Khaldun; dan (c) Diharapkan mempunyai arti demi kelangsungan pembangunan masyarakat dan negara.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover