Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Septia Wahyuni
"Kelompok anak pemulung terutama pada tahap usia sekolah (6-12 tahun) sangat dekat dengan lingkungan yang tidak hygiene. Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan perilaku personal hygiene pada kelompok anak pemulung di Bantar Gebang. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Alam Tunas Mulia Bantar Gebang dengan jumlah responden 72 orang dan menggunakan metode total sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar kelompok anak pemulung usia sekolah di Bantar Gebang 76,4% berpengetahuan baik dan 52,8% berperilaku personal hygiene baik. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk terus berpartisipasi aktif dalam mempertahankan dan meningkatkan perilaku hygiene anak usia sekolah.

Scavengers children group, especially in school age (6-12 years) is very close with unhygienic environment. This is descriptive study with cross-sectional design aims to describe the knowledge and personal hygiene behaviors about scavengers children group at Bantar Gebang. This research was conducted at Sekolah Alam Tunas Mulia Bantar Gebang. The total of respondents is 72 people and used total sampling method. The results showed that almost scavengers children group at Bantar Gebang are 76.4% children have good knowledge and 52.8% children have good personal hygiene behavior. This study provides recommendations to the government in order to participate actively in maintaining and improving school age hygiene behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56735
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthon Nashir. Y
"Latar Belakang: Skabies merupakan penyakit yang dapat terjadi di mana saja, terutama di tempat padat penghuni, seperti pondok pesantren. Faktor yang menyebabkan terjadinya skabies pada remaja adalah tingkat pengetahuan, perilaku, tinggal di tempat padat penghuni, dan hygiene yang buruk. Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan personal hygiene, sanitasi lingkungan dan perilaku dengan kejadian skabies. Metode: Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Santri SMP Putra dengan jumlah 96 Santri. Teknik sampel menggunakan total sampling, pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan univariat dan bivariat dengan analisis chi-square. Hasil: hasil penelitian menunjukan karakteristik usia di diketahui rerata usia santri adalah 13,61 tahun dengan hampir setengahnya santri kelas IX (45,8%). Sebagian besar dalam kategori iya (74,0%), pengetahuan tentang personal hygiene didapatkan setengahnya responden dalam kategori pengetahuan kurang (57,3%), pengetahuan tentang sanitasi lingkungan didapatkan sebagian besar dalam kategori pengetahuan kurang (58,3%), perilaku tentang personal hygiene didapatkan sebagian besar dalam kategori perilaku kurang (64,6%). Berdasarkan analisis bivariat menunjukan ada hubungan antara pengetahuan personal hygiene, pengetahuan sanitasi lingkungan, perilaku dengan kejadian skabies. Kesimpulan: pengetahuan personal hygiene, pengetahuan sanitasi lingkungan, perilaku terkait personal hygiene merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian skabies.

Background: Scabies is a common disease that occurs in many places, such as Islamic boarding schools. Factors that cause scabies in adolescents are the level of knowledge, behavior, living in densely populated places, and poor hygiene. Objective: To determine the correlation between knowledge of personal hygiene, environmental sanitation and behavior with the incidence of scabies. Method: This type of research is a quantitative cross-sectional design. The population in this study were all male junior high school students with a total of 96 students. The sample technique used total sampling, data collection used a questionnaire and data analysis used univariate and bivariate with chi-square analysis. Results: The results showed that the age characteristics of the students were 13,61 with almost half of the students in class IX ( 45,8%). Most were in the yes category (74,0%), knowledge about personal hygiene was found by half of the respondents in the less knowledge category (57,3%), knowledge about environmental sanitation was obtained mostly in the less knowledge category (58,3%). about personal hygiene, most of them were in the less behavioral category about personal hygiene (64,6%). Based on bivariate analysis, it showed that there was a correlation between knowledge of personal hygiene, knowledge of environmental sanitation, behavior related to personal hygiene and the incidence of scabies Conclusion: knowledge of personal hygiene, knowledge of environmental sanitation, behavior related to personal hygiene are factors that influence the incidence of scabies."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurin Muthia Adani
"Tujuan: Mengetahui hubungan antara attitude, subjective norms, dan perceived behavioral control dengan intention dalam merawat gigi dengan baik, serta mengetahui hubungan antara intention dengan Oral Hygiene Behavior mahasiswa S1 RIK UI menggunakan Theory of Planned Behavior TPB .
Metode: Studi analitik observasional dengan desain cross sectional menggunakan kuesioner TPB Scale dan OHB Index pada 169 mahasiswa S1 RIK UI di Depok, serta uji reliabilitas dan validitas kuesioner.
Hasil: Reliabilitas internal TPB Scale Cronbach rsquo;s alpha = 0,929 dan OHB Index Cronbach rsquo;s alpha = 0,827 . Attitude, subjective norms, dan perceived behavioral control memiliki hubungan signifikan dengan intention merawat gigi dengan baik p < 0,001 , dengan korelasi positif. Intention memiliki hubungan signifikan dengan Oral Hygiene Behavior mahasiswa RIK p < 0,001 , dengan korelasi positif.
Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara attitude, subjective norms, dan perceived behavioral control dengan intention dalam merawat gigi dengan baik, serta intention dengan Oral Hygiene Behavior mahasiswa S1 RIK UI.

Objective: To determine the relationship between attitude, subjective norms, and perceived behavioral control with the intention of good dental care, and the relationship between intention to Oral Hygiene Behavior in Health Science Universitas Indonesia undergraduates students using the Theory of Planned Behavior TPB.
Methods: The study was observational analytic with cross sectional design using OHB Index and TPB Scale questionnaires at 169 Health Science Universitas Indonesia undergraduates rsquo students in Depok, and the reliability and validity test of the questionnaire.
Results: Internal reliability of TPB Scale Cronbach's alpha 0.929 and OHB Index Cronbach's alpha 0827. Attitude, subjective norms, and perceived behavioral control has a positive correlation with intention of good dental care.
Conclusion: There is a significant relationship between attitude, subjective norms, and perceived behavioral control with the intention of good dental care, as well as the intention with the undergraduates’ Oral Hygiene Behavior in Health Science Universitas Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gasper, Ivonne Alfonsina Victorina
"ABSTRAK
Malaria merupakan penyakit infeksi menular yang terjadi di daerah tropis dan
dialami oleh semua kelompok usia termasuk pada aggregate dewasa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik individu dan perilaku personal hygiene
dengan kejadian malaria pada aggregate dewasa di Kabupaten Maluku Tenggara.
Penelitian ini menggunakan disain diskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional pada 108 responden dengan cluster proporsional. Hasil menunjukkan ada
hubungan bermakna antara karakteristik pekerjaan (p= 0.016), perilaku personal
hygiene (p=0.045) dengan kejadian malaria. Perawat komunitas disarankan
melakukan edukasi melalui program pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan
masyarakat berdasarkan faktor risiko penyebab masalah serta memperhatikan
sumberdaya yang ada di masyarakat.

ABSTRACT
Malaria is an infectious transmitted disease that commonly occurs in tropical area in
all age group including adult group. The purpose of this study is to determine the
correlation between demographic characteristics and personal hygiene behavior with
malaria incidence in Maluku Tenggara. This is descriptive correlation study using
cross sectional and proportional cluster in recruiting 108 respondents. The result
shows that there is significant correlation between job characteristics (p value =
0.014), and personal hygiene behavior with malaria incidence (p value = 0.037). It is
recommended nurse are advised to educate community through health education
programs as needed community based on risk factors cause of problem, as well as
resources in society."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Vindalia Dian Sari Helfardi
"Satpam dengan kerja gilir berisiko mengalami insomnia.Penelitian Didi Purwanto (2005) pada pekerja pabrik semen Citeureup?Bogor,didapatkan prevalensi insomnia sebesar 48,1% pada pekerja gilir dan prevalensi tersebut hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan pekerja non gilir.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi insomnia dan faktor?faktor yang meningkatkan risiko kejadian insomnia pada satpam dengan kerja gilir di PT.X.
Desain penelitian menggunakan cross sectional yang melibatkan 107 satpam dengan kerja gilir.Pengambilan data menggunakan beberapa kuesioner, diantaranya kuesioner Sleep Hygiene Index, kuesioner Stress Diagnostic Survey, kuesioner Insomnia Rating Scale-KSPBJ, serta wawancara menggunakan instrumen MINI.
Prevalensi insomnia pada satpam dengan kerja gilir di PT.X adalah 81,9%.Hasil penelitian menunjukkan sikap higiene tidur buruk meningkatkan risiko terjadinya insomnia hampir 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan sikap higiene tidur baik (OR=9,820, 95%CI=1,185?81,413).Usia lebih tua, masa kerja lebih lama, pola kerja gilir iregular dan stres kerja sedang-tinggi tidak terbukti meningkatkan risiko kejadian insomnia pada satpam dengan kerja gilir (p>0,05).
Saran bagi satpam yang menjalani kerja gilir adalah dapat menerapkan sikap higiene tidur dengan baik.Bagi manajemen PT.X, disarankan penyuluhan berkala setiap tiga bulan sekali mengenai gangguan kesehatan akibat kerja gilir terutama insomnia dan evaluasi kesehatan pada satpam yang mengalami insomnia setiap satu hingga tiga bulan sekali.

Security squad who undergo shift work,are at risk for insomnia.Study at cement factory Citeureup-Bogor,2005 by Didi Purwanto found the prevalence of insomnia on shift workers is 48,1% and this prevalence is almost two times higher than non-shift workers.The aim of this research are to know prevalence of insomnia and to determine factors that increase the risk of insomnia on security squad with shift work at PT. X.
Design of research is cross sectional which involved 107 squad of security unit with shift work.Retrieving data used several questionnaires,including Sleep Hygiene Index questionnaire,Stress Diagnostic Survey questionnaire and Insomnia Rating Scale-KSPBJ questionnaire,as well as interview were conducted using MINI instrument.
The prevalence of insomnia on security squad with shift work at PT.X is 81.9%.The result is poor sleep hygiene behavior increases the risk of insomnia is almost 10 times higher than good sleep hygiene behavior (OR=9.820, 95%CI=1.185-81.413).Elder age,longer working lives,pattern of irregular shift work,and medium-high work stresses are not determine to increase the risk of insomnia on security squad with shift work (p> 0.05).
Suggest to security squad who undergo shift work should implement sleep hygiene behavior well.For PT.X management,counseling about the health problems caused by shift work,especially insomnia is recommended regularly every three months and taking health evaluation at security squad who have insomnia every one to three months.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saffina Mirsa Sabila
"Latar Belakang
Skabies adalah penyakit kulit akibat infestasi Sarcoptes scabiei var hominis, yang ditandai dengan gatal terutama di malam hari. Penyakit ini mudah menyebar, terutama di lingkungan dengan sanitasi buruk dan populasi padat, seperti pesantren. Berdasarkan data WHO, skabies mempengaruhi lebih dari 200 juta orang secara global setiap tahunnya, dengan prevalensi tinggi di Indonesia. Faktor risiko utamanya adalah kebersihan diri yang tidak memadai, terutama di lingkungan pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara perilaku kebersihan diri santri dengan kejadian skabies di Pesantren Daarul Ishlah, serta mendukung program eradikasi skabies nasional menuju target Indonesia bebas skabies pada 2030.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan seluruh santri sebagai subjek. Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan pada 18 November 2023, meliputi pemeriksaan kulit dan kuesioner terkait kebersihan diri. Analisis dilakukan dengan uji statistik chi-square menggunakan IBM SPSS Statistics 23.
Hasil
Dari 142 santri, 76 santri (53,25%) terdeteksi positif skabies, sedangkan 66 santri (46,48%) negatif. Hasil analisis menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara perilaku kebersihan diri dengan kejadian skabies (p > 0,05).
Kesimpulan
Prevalensi skabies di Pesantren Daarul Ishlah mencapai 53,25%, dan tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara perilaku kebersihan diri santri dengan kejadian skabies.

Introduction
Scabies is a skin condition caused by the infestation of Sarcoptes scabiei var hominis, marked by intense itching, particularly at night. The disease spreads quickly, especially in environments with poor sanitation and overcrowding. According to the WHO, more than 200 million people are affected by scabies annually worldwide, with Indonesia having one of the highest prevalence rates. Islamic boarding schools, or pesantrens, are high-risk areas for scabies outbreaks due to often inadequate personal hygiene practices. Previous research shows a significant relationship between improved hygiene and decreased scabies cases. This study aims to examine the connection between the personal hygiene practices of students at Pesantren Daarul Ishlah and the occurrence of scabies, supporting Indonesia's goal to eliminate scabies by 2030.
Method
A cross-sectional study was conducted, involving all students at the pesantren. Data were collected during a community service event on November 18, 2023, through skin examinations and a 10-question personal hygiene survey. The analysis was performed using IBM SPSS Statistics 23 and chi-square statistical tests.
Results
Out of 142 students, 76 (53.25%) were diagnosed with scabies, while 66 (46.48%) were not. The statistical analysis showed no significant correlation between the 10 aspects of personal hygiene and scabies incidence, with a P-value greater than 0.05.
Conclusion
In conclusion, the prevalence of scabies at Pesantren Daarul Ishlah was 53.25%, with no significant association found between personal hygiene practices and scabies cases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarah Fauzia
"Health Care-Associated Infections (HCAI) menjadi masalah kesehatan yang sangat diperhatikan baik di negara berkembang dan negara maju. Infeksi-infeksi ini berkontribusi terhadap peningkatan mordibitas, mortalitas dan biaya perawatan kesehatan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa kebersihan tangan merupakan garda terdepan dalam pencegahan HCAI. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku kebersihan tangan pada pengunjung rumah sakit. Desain penelitian ini berupa deskriptif dengan pendekatan Cross-sectional dengan 107 responden yang akan diambil tidak secara acak dengan menggunakan metode Quota sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen yang dirumuskan peneliti dan form observasi kepatuhan kebersihan tangan dari WHO (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah pengunjung rumah sakit memiliki pengetahuan rendah (48%) dan perilaku buruk (47%) tentang kebersihan tangan. Pemberian informasi terkait kebersihan tangan kepada pengunjung rumah sakit perlu ditingkatkan untuk memperluas pengetahuan dan perilaku kebersihan tangan pengunjung rumah sakit.

Health Care-Associated Infections (HCAI) has becoming a health problem that considerable concerned in both developing countries and developed countries. These infections contributes in the increment of morbidity, mortality and health care costs. Several research had concluded that hand hygiene is the frontline in the prevention of HCAI. This study was conducted to reveal the hand hygiene knowledge and behavior among hospital visitors. This study used Cross-sectional with 107 participants using Quota sampling. The researcher is using questionnaire which is formulated by herself and hand hygiene compliance observation form from WHO (2009). Result showed that nearly half of visitors have a low hand hygiene knowledge (48%) and bad hand hygiene behavior (47%). The provision of hand hygiene information to the hospitals visitor needs to be improved to increase the hand hygiene knowledge and behavior of hospital visitors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andanali Rukhul Finisha
"Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara indeks plak terhadap efikasi Propolis Fluoride dalam menghambat aktivitas karies. Metode: 246 anak dengan karies aktif pada anak usia 36-71 bulan diaplikasikan Propolis Fluoride. 149 anak merupakan kelompok perlakuan dengan diberi perlakuan sikat gigi serta edukasi kesehatan gigi dan mulut rutin. Sedangkan 97 anak merupakan kelompok kontrol hanya diberi edukasi kesehatan gigi dan mulut pada saat baseline. Evaluasi pemeriksaan dilakukan setelah 3 bulan untuk menilai persentase karies yang menjadi arrested dan hubungannya dengan indeks plak. Hasil: Pada saat evaluasi 3 bulan persentase karies arrested pada kelompok perlakuan 62,44 sedangkan pada kelompok kontrol 46,18. Terdapat perbedaan bermakna rata-rata indeks plak dan jumlah karies aktif antara kelompok perlakuan dan kontrol. Terdapat hubungan yang signifikan bernilai negatif antara indeks plak dan persentase karies arrested. Terdapat hubungan yang signifikan bernilai positif antara skor tindakan dan persentase karies arrested. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara indeks plak dan efikais Propolis Fluoride dalam menghambat aktivitas karies.

Objective To determine the relationship between plaque index and efficacy of propolis fluoride in inhibiting caries activity. Method 246 children aged 36 71 month were applied Propolis Fluoride on every tooth surface that has active caries. 149 children are intervention group, they have been treated toothbrushing program and give them routine Dental Health Education. 97 children are control group only have been given Dental Health Education on the baseline. The evaluation and examination were conducted after 3 months to measure the percentage of arrested caries and the correlation with plaque index. Result At the 3 months evaluation, the percentage of arrested caries for both group of intervention and control were 62,44 and 46,18 respectively. There was a significant difference in mean plaque index and the number of active caries between two groups. There was a significant correlation between the plaque index and the percentage of arrested caries. There was a significant correlation between the behavior score and the percentage of arrested caries. Both correlation has negative and positive value respectively. Conclusion There is a significant correlation between plaque index and efficacy of Propolis fluoride in inhibiting caries activity.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library