Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Muhdlor
"Hipospadia merupakan kelainan kongenital dimana muara uretra anak tidak berada di ujung penis. Hipospadia dapat dikoreksi dengan operasi. Perawatan paska bedah hipospadia menimbulkan nyeri pada anak. Salah satu intervensi untuk mengurangi nyeri menggunakan tehnik distraksi dengan bermain dan bercerita. Teknik distraksi bermain dan bercerita merupakan salah satu penalaksanaan nyeri non farmakologis. Tindakan perawatan luka pasca operasi pada An. M menimbulkan nyeri pada anak sehingga perlu dilakukan penanganan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Hasil dari penerapan tehnik distraksi bermain dan bercerita ini selama 3 hari terbukti efektif menurunkan skala nyeri dari 6 menjadi 3 dengan menggunakan skala FLACC.

Hypospadias is a congenital defect in which the child s urethral opening is not located at the tip of the penis. Hypospadias can be repaired by surgery. Post operative treatment of hypospadias causes pain in children. One of the interventions in reducing pain is by using distraction technique through playing games and telling stories. Distraction technique of playing and story telling is one of non pharmacological pain management. Postoperative wound care on An M causes pain therefore a nursing care is necessary needed to reduce the pain. Results showed that 3 days application of playing and storytelling was effective to reduce the pain scale from 6 to 3 measured by using FLACC scale.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Atmoko
"Latar belakangMekanisme patofisiologi yang menyebabkan terjadinya chordee pada pasien dengan hipospadia dan fase tersembunyi dari penis buried penis pada lemak prepubis masih belum sepenuhnya dimengerti. Reseksi dari jaringan dartos pada umumnya bisa membuat penis kembali menjadi lurus pada pasien dengan hipospadia dan mengkoreksi kasus ini sama pada buried penis, yang menunjukkan adanya patofisiologi yang mirip pada kedua kondisi tersebut yang terkait dengan jaringan dartos. TujuanStudi ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik jaringan ikat beserta vaskularisasi dari fascia dartos antara penis normal, buried penis, dan hipospadia. Desain studiKami melakukan studi ini dari Mei 2013 hingga November 2016. Dartos fascia dikumpulkan dari 3 kelompok, yaitu: normal penis, buried penis, dan hipospadia. Kami membandingkan jaringan dari 3 kelompok ini menggunakan pewarnaan Mason Trichrome, Gomori rsquo;s silver impregnasi, Weigert resorcin-fuchsin, dan CD 31 imunohistokimia untuk mengevaluasi serat kolagen, retikulin, elastin, dan sel endothelial dari pembuluh darah. Semua data yang didapatkan kemudian dikuantifikasi menggunakan image J dan dilakukan analisis statistic one way ANOVA. Penilaian dilakukan oleh dua orang ahli patologi secara tersamar tanpa mengetahui diagnosis klinis dari pasien. HasilTotal didapatkan 60 pasien dengan 20 pasien tiap grup. Sebagian besar serat kolagen pada buried penis dan hipospadia menunjukkan serat yang lebih tebal dan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan penis normal. Terdapatkan penurunan jumlah total kolagen dan elastin pada dartos fascia hipospadia dan buried penis. Di sisi lain, rasio dari retikulin yang merepresentasikan kolagen tipe III terhadap total kolagen mengalami peningkatan dibandingkan penis normal. DiskusiIni adalah studi pertama yang membandingkan karakteristik histopatologi, histokimia, dan imunohistokimia dari jaringan ikat pada pasien buried penis dan hipospadia. Walaupun dartos fascia pada buried penis dan hipospadia tebal dan inelastis saat dipalpasi atau saat traksi/counter traksi, jaringan ini memiliki vaskularisasi yang baik. Dartos fascia ini inelastis dan bukan merupakan jaringan normal, dan karakteristiknya berbeda dengan jaringan fibrosis. Akan tetapi, studi lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar diperlukan dan harus mendiferensiasikan derajat dari chordee pada pasien dengan hipospadia dan buried penis. KesimpulanTerdapat perbedaan antara jaringan dartos fascia pada hipospadia dan buried penis dengan jaringan penis normal. Jaringan ini merupakan jaringan abnormal padsa pasien hipospadia dan buried penis. Sehingga, kami merekomendasikan untuk dilakukan eksisi jaringan ini saat operasi rekonstruksi. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui patofisiologi dari kondisi ini.

IntroductionPathophysiological mechanisms leading to chordee in patients with hypospadias and to the hidden state of buried penis in the prepubic fat remain unclear. Resection of dartos tissue usually makes the penis straight in patients with hypospadias and corrects it in those with buried penis, suggesting a common pathophysiology related to dartos tissue. ObjectiveThis study aimed to compare connective tissue and vascularization of dartos fascia between normal penis, buried penis and hypospadias. Study designWe conducted this study from May 2013 to November 2016. We collected Dartos fascia specimens from 3 groups buried penis, hypospadias, and normal penis as control. We compared the fibers between these groups by Masson Trichrome histochemical staining, Gomori 39 s silver impregnation staining, Weigert resorcin fuchsin staining and CD31 immunohistochemical staining for evaluation of collagen fibers, reticulin fibers, elastin fibers, and endothelial cells of blood vessels, respectively. The collagen fibers, reticular fibers, elastic fibers and vascular vessels were counted with ImageJ, and were analyzed using one way ANOVA test. The assessment conducted by two pathologists was blinded, without knowing the clinical diagnosis of patients. ResultsA total of 60 patients with 20 patients for each group. Collagen fibers for most cases of buried penis and hypospadias showed thicker but lesser number of collagen fibers than normal penis. There was a reduction of total collagen and elastin of dartos fascia in hypospadias and buried penis cases. On the other hand, ratio of reticulin fibers which represent collagen type III to total collagen was increased in comparison to normal penis. DiscussionThis is the first study which compare the histopathological, histochemical, and immunohistochemical features of dartos fascia connective tissue in patients with buried penis and hypospadias.Although dartos fascia in buried penis and hypospadias is thick and inelastic in palpation or during traction counter traction, it is well vascularized tissue. This inelastic dartos fascia tissue is an abnormal tissue, but its characteristic is not similar to fibrotic tissue. However, further study with larger sample is warrant and should differentiate degree of chordee in patients with hypospadias and buried penis. ConclusionsThere was a difference between connective tissue of dartos fascia in buried penis and hypospadias patients compared to normal penis. Inelastic dartos fascia tissue in patients diagnosed with buried penis and hypospadias is an abnormal tissue. Therefore, it is suggested to excise this tissue during reconstructive surgery. Further research is needed to unveil the pathophysiology of the condition.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Azzahra
"Hipospadia adalah kelainan kongenital yang menyebabkan anatomi pembukaan saluran kemih berada pada bagian ventral penis. Salah satu faktor risiko hipospadia adalah faktor gaya hidup yang tidak baik ataupun polusi udara yang dapat ditemukan pada masyarakat perkotaan. Penatalaksaan medis hipospadia adalah dengan operasi uretroplasti yang dapat menimbulkan masalah keperawatan berupa nyeri akut. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah menguraikan asuhan keperawatan pada anak dengan hipospadia. Salah satu intervensi yang diimplementasikan adalah teknik distraksi dengan menonton video kartun animasi. Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang berupa manajemen nyeri farmakologis dan non farmakologis selama tiga hari adalah skala nyeri anak turun dari skala nyeri 3/10 menjadi 0/10 atau tidak nyeri, anak tampak tenang dan dapat tertawa saat ada adengan lucu pada video kartun. Penulis menyarankan rumah sakit menyediakan fasilitas untuk melakukan distraksi pada anak berupa radio atau tape recorder untuk memutar musik, televisi untuk memutar video animasi ataupun mainan yang dapat mendistraksi anak. Sehingga distraksi dapat dilakukan sesuai dengan karakteristik nyeri dan usia anak.

Hypospadias is a congenital aberration that causes the anatomy of the opening of the urinary tract to be in the ventral part of the penis. One of the risk factors for hypospadias is a factor of poor lifestyle or air pollution that can be found in urban communities. Hypospadias can be treated through urethroplasty surgery. Post surgical pain will occur in a child. The steps to be taken to deal with this issue is to manage the pain in the child. The purpose of this paper is to describe nursing care in children with hypospadias. One of the interventions implemented is the distraction technique by playing animated cartoon videos as pain management for the child. The usage of distraction technique and pharmacological techniques for three days period decreased the pain rating scale from the 3 10 to 0 10, and the observation showed that the child also seemed to be calmed and laugh when there is a funny scene on an animated cartoon video. The authors suggest that hospitals provide facilities to perform distractions in children such as radio or tape recorders to play music, televisions to play animated videos or toys that can distract children, so that distractions can be performed according to the characteristics of pain and age of the child.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Atmoko
"Latar belakangMekanisme patofisiologi yang menyebabkan terjadinya chordee pada pasien dengan hipospadia dan fase tersembunyi dari penis buried penis pada lemak prepubis masih belum sepenuhnya dimengerti. Reseksi dari jaringan dartos pada umumnya bisa membuat penis kembali menjadi lurus pada pasien dengan hipospadia dan mengkoreksi kasus ini sama pada buried penis, yang menunjukkan adanya patofisiologi yang mirip pada kedua kondisi tersebut yang terkait dengan jaringan dartos. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik jaringan ikat beserta vaskularisasi dari fascia dartos antara penis normal, buried penis, dan hipospadia. Desain studi: Kami melakukan studi ini dari Mei 2013 hingga November 2016. Dartos fascia dikumpulkan dari 3 kelompok, yaitu: normal penis, buried penis, dan hipospadia. Kami membandingkan jaringan dari 3 kelompok ini menggunakan pewarnaan Mason Trichrome, Gomori's silver impregnasi, Weigert resorcin-fuchsin, dan CD 31 imunohistokimia untuk mengevaluasi serat kolagen, retikulin, elastin, dan sel endothelial dari pembuluh darah. Semua data yang didapatkan kemudian dikuantifikasi menggunakan image J dan dilakukan analisis statistic one way ANOVA. Penilaian dilakukan oleh dua orang ahli patologi secara tersamar tanpa mengetahui diagnosis klinis dari pasien. Hasil: Total didapatkan 60 pasien dengan 20 pasien tiap grup. Sebagian besar serat kolagen pada buried penis dan hipospadia menunjukkan serat yang lebih tebal dan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan penis normal. Terdapatkan penurunan jumlah total kolagen dan elastin pada dartos fascia hipospadia dan buried penis. Di sisi lain, rasio dari retikulin yang merepresentasikan kolagen tipe III terhadap total kolagen mengalami peningkatan dibandingkan penis normal. Diskusi: Ini adalah studi pertama yang membandingkan karakteristik histopatologi, histokimia, dan imunohistokimia dari jaringan ikat pada pasien buried penis dan hipospadia. Walaupun dartos fascia pada buried penis dan hipospadia tebal dan inelastis saat dipalpasi atau saat traksi/counter traksi, jaringan ini memiliki vaskularisasi yang baik. Dartos fascia ini inelastis dan bukan merupakan jaringan normal, dan karakteristiknya berbeda dengan jaringan fibrosis. Akan tetapi, studi lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar diperlukan dan harus mendiferensiasikan derajat dari chordee pada pasien dengan hipospadia dan buried penis. Kesimpulan: Terdapat perbedaan antara jaringan dartos fascia pada hipospadia dan buried penis dengan jaringan penis normal. Jaringan ini merupakan jaringan abnormal padsa pasien hipospadia dan buried penis. Sehingga, kami merekomendasikan untuk dilakukan eksisi jaringan ini saat operasi rekonstruksi. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui patofisiologi dari kondisi ini.
Introduction Pathophysiological mechanisms leading to chordee in patients with hypospadias and to the hidden state of buried penis in the prepubic fat remain unclear. Resection of dartos tissue usually makes the penis straight in patients with hypospadias and corrects it in those with buried penis, suggesting a common pathophysiology related to dartos tissue. Objective: This study aimed to compare connective tissue and vascularization of dartos fascia between normal penis, buried penis and hypospadias. Study design: We conducted this study from May 2013 to November 2016. We collected Dartos fascia specimens from 3 groups buried penis, hypospadias, and normal penis as control. We compared the fibers between these groups by Masson Trichrome histochemical staining, Gomori's silver impregnation staining, Weigert resorcin fuchsin staining and CD31 immunohistochemical staining for evaluation of collagen fibers, reticulin fibers, elastin fibers, and endothelial cells of blood vessels, respectively. The collagen fibers, reticular fibers, elastic fibers and vascular vessels were counted with ImageJ, and were analyzed using one way ANOVA test. The assessment conducted by two pathologists was blinded, without knowing the clinical diagnosis of patients. Results: A total of 60 patients with 20 patients for each group. Collagen fibers for most cases of buried penis and hypospadias showed thicker but lesser number of collagen fibers than normal penis. There was a reduction of total collagen and elastin of dartos fascia in hypospadias and buried penis cases. On the other hand, ratio of reticulin fibers which represent collagen type III to total collagen was increased in comparison to normal penis. Discussion: This is the first study which compare the histopathological, histochemical, and immunohistochemical features of dartos fascia connective tissue in patients with buried penis and hypospadias. Although dartos fascia in buried penis and hypospadias is thick and inelastic in palpation or during traction counter traction, it is well vascularized tissue. This inelastic dartos fascia tissue is an abnormal tissue, but its characteristic is not similar to fibrotic tissue. However, further study with larger sample is warrant and should differentiate degree of chordee in patients with hypospadias and buried penis. Conclusions: There was a difference between connective tissue of dartos fascia in buried penis and hypospadias patients compared to normal penis. Inelastic dartos fascia tissue in patients diagnosed with buried penis and hypospadias is an abnormal tissue. Therefore, it is suggested to excise this tissue during reconstructive surgery. Further research is needed to unveil the pathophysiology of the condition."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adistra Imam Tri Wahyu Hadi
"Pendahuluan: Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan uretroplasti satu tahap dan fakto-faktor yang berhubungan dengan kejadian fistel urethrokutan pada institusi kami.
Metode: Semua pasien hipospadia denga riwayat belum pernah dioperasi sebelumnya dan dilakukan tindakan rekonstruksi uretroplasti satu tahap. Data diambil dari Juli 2010 sampai dengan Januari 2018. Terdapat 179 pasien yang diikutkan dan di observasi minimal selama 1 tahun pasca operasi. Data-data yang dikumpulkan berupa tipe hipospadia, teknik operasi, derajat chordee, pre-operatif piuria (sel darah putih urin > 5/HPF), panjang defek dari urethra, dan kejadian fistel urethrokutan.
Hasil: Penelitian berhasil mengumpulkan sejumlah kasus hipospadia yang terdiri dari 103 posterior (57.5%), tengah (57 kasus), dan anterior (19 kasus) yang mana dilakukan onlay preputial island flad (71 kasus), Snodgrass’ tubular incised plate (46 kasus), dan Duckket transverse preputial island flap (35 kasus). Setelah observasi selama 47.1 ± 25.8 bulan, fistel urethrokutan ditemukan pada 23 pasien (12.8%), yang diasosiasikan dengan hipospadia posterior (p = 0.025), defek urethral yang lebih panjang (p = 0.007), dan preoperative piuria (p < 0.001). Sementara derajat chordee (p = 0.886) dan usia (p = 0.187) bukanlah faktor resiko yang signifikan dalam kejadian fistel urethrokutan.
Kesimpulan: Uretroplasti satu tahap adalah sebuah prosedur yang serba guna yang dapat digunakan pada berbagai macam kasus hipospadia dengan dengan angka kejadian fistel urethrokutan 12.8%. Hipospadia posterior, pre-operatif piuria, dan defek uretral yang lebih panjang di asosiasikan dengan kejadian fistel urethrokutan

Introduction: This study aims to describe single-stage urethroplasty and determine factors associated with urethrocutaneous fistula after the procedure in our institution.
Methods: All hypospadias patients without any prior surgery undergone single stage urethroplasty from July 2010 until January 2018 were included. In total, 179 patients were followed for at least 1 year post-operatively. Types of hypospadias, operation techniques, chordee degree, preoperative pyuria (urine white blood cell >5/HPF), urethral length defect, and urethrocutaneous fistula formation were collected.
Results: We obtained 103 cases of posterior (57.5%), middle (57 cases), and anterior (19 cases) hypospadias on whom onlay preputial island flap (71 cases), Snodgrass’ Tubular Incised Plate (46 cases), and Duckett’s transverse preputial island flap (35 cases) were conducted. After 47.1 ± 25.8 months follow up, urethrocutaneous fistula were found in 23 patients (12.8%) associated with posterior hypospadias occurrence (p = 0.025), longer urethral defect (p = 0.007), and preoperative pyuria (p < 0.001). Whilst chordee degree (p = 0.886) and age (p = 0.187) was not significant factor associated with urethrocutaneous fistula formation.
Conclusion: Single-stage urethroplasty is a versatile procedure for various hypospadias cases with urethrocutaneous fistula rate 12,8%. Posterior hypospadias, preoperative pyuria, and longer urethral defect were associated with urethrocutaneous fistula formation
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erlis Kurniasari
"Hipospadia adalah salah satu penyakit kelainan kongenital yang sering terjadi pada laki- laki khususnya pada usia anak-anak. Hipospadia dapat disembuhkan dengan penatalaksanaan medis seperti pembedahan. Kondisi suhu kamar operasi yang dingin, peralatan medis yang bersuhu dingin, terbatasnya linen dan blanket warmer dapat berkontribusi terhadap kejadian hipotermia pada anak intraoperasi. Tujuan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan analisis tindakan manajemen hipotermia dengan aktif dan pasif warming touch pada anak dengan hipospadia. Berdasarkan hasil evaluasi, teknik Manajemen hipotermia dengan active dan pasif warming touch mampu mengatasi hipotermia pada anak. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan perbaikan suhu tubuh pasien kedalam rentang normal (36,5OC-37,5OC). Keberhasilan teknik ini juga didukung dengan tindakan caring perawat dalam memantau suhu tubuh pasien selama perioperative. Agar teknik manajemen hipotermia dengan active dan pasif warming touch ini lebih efektif untuk mengatasi hipotermia pada anak, pihak institusi pelayanan kesehatan perlu membuat kebijakan dalam bentuk Standar Prosedur Operasional atau instruksi kerja mengenai persiapan perioperative pada pasien anak dengan memprioritaskan waktu jadwal operasi, lama operasi, dan pemasangan blanket warmer yang mendorong adanya intervensi perioperative sesuai tumbuh kembang anak.

Hypospadias is one of the most common congenital abnormalities in boys, especially at the age of children. Hypospadias can be cured with media management such as surgery. Cold operating room temperature conditions, cold medical equipment, limited linen and warmer blankets can contribute to the incidence of hypothermia in intraoperative children. The purpose of this final scientific paper is to describe the analysis of hypothermia management actions with active and passive warming touch in children with
hypospadias. Based on the evaluation results, hypothermia management techniques with active and passive warming touch are able to overcome hypothermia in children. This statement is evidenced by the improvement of the patient's body temperature into the normal range (36.5OC-37.5OC). The success of this technique is also supported by the caring actions of nurses in monitoring the patient's body temperature during perioperative. In order for the hypothermia management technique with active and passive warming touch to be more effective in dealing with hypothermia in children, the health care institution needs to make policies in the form of Standart Operational Procedure or work instructions regarding perioperative preparation in pediatric patients by prioritizing the operating schedule, duration of surgery, and the installation of appropriate blanket warmers. Encourage perioperative intervention according to the child's growth and development.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library