Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudwina Indira Deannisa
"Permasalahan pembentukan identitas yang dialami oleh imigran merupakan fenomena yang masih marak terjadi terutama pada imigran yang datang ke Jerman. Salah satu penyebabnya adalah karena pertentangan budaya antara budaya asal dan budaya Jerman. Dilematika pertentangan budaya ini menjadi tantangan bagi para imigran yang ingin berintegrasi dan hidup harmonis bersama masyarakat Jerman. Penelitian ini akan meneliti isu tersebut melalui buku audio Der unglaubliche Lauf der Fatima Brahimi (2017) oleh penulis buku anak-anak Jürgen Banscherus. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teori Identitas Budaya dan Diaspora oleh Stuart Hall dan teori Status Identitas oleh James Marcia. Penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga Fatima dan tokoh Jakob memberikan pengaruh besar yang menjadi faktor dilematika pembentukan identitas baru tokoh Fatima sebagai remaja muslim moderat Aljazair-Jerman. Keluarga Fatima menjadi hambatan proses integrasi Fatima sementara Jakob menjadi faktor akselerasi yang mendorong Fatima mengadopsi budaya Jerman dengan cepat.

The problem of identity formation experienced by immigrants is a phenomenon that still arise, especially among immigrants who come to Germany. One of the reasons is due to cultural conflicts between the culture of origin and German culture. This dilemmatic cultural conflict is a challenge for immigrants who want to integrate and live in harmony with German society. This research will examine this issue through the audiobook Der unglaubliche Lauf der Fatima Brahimi (2017) by children's book author Jürgen Bancsherus. This research uses descriptive qualitative methods with the theory of Cultural Identity and Diaspora by Stuart Hall and the theory of Identity Status by James Marcia. This study shows that Fatima's family and Jakob have a major influence that becomes a dilemma factor in the formation of Fatima's new identity as a moderate Algerian-German Muslim teenager. Fatima's family became a barrier to Fatima's integration process while Jakob became an accelerating factor that encouraged Fatima to acquire German culture quickly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Dwina Juniandri
"Representasi Turki di dalam filmGegen die Wand (melawan tembok): Proses encoding-decoding tiga narasumber herkebangsaan Turki terhadap film. (I)i bawah bimbingan Dr. Lilawati Kurnia). Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya IJniversitas Indonesia, 2008. Penelitian mengenai idenitas kultural Turki dilakukan melalui sebuah film Jerman karya Fatih Akin herjudul Gegen die Wand (melawan tembok). Tujuannya untuk mengetahui lebih lanjut lenomena identitas kultural di kalangan generasi muda Turki sebagai komunitas pendatang terbesar di Jerman. Pendekatan cultural studies menjadi landasan utama penelitian beserta'beherapa teori dan metodc lain. Sementara basil wawancara betsama tiga prang narasumber menjadi uji kebenaran perihal identitas kultural Turki yang direpresentasikan kedelapan tokoh film dengan dua karakter utama, Cahit Tomruk dan Sibel Guner. Seperti apa identitas dan representasi awal yang terbentuk Berta identitas dan representasi barn dari ketiga narasumber menjadi basil akhir penelitian. Didapat representasi Baru dari ketiganya, bahwa representasi Turki di dalam film berbeda dengan representasi Turki di negara asal. Ketiga narasumber memaknai para tokoh sebagai generasi Turki hibrid, yakni mereka yang telah megadopsi nilai-nilai kebudayaan setempat. Dengan demikian melalui film Gegen die Wand (melawan tembok) Fatih Akin selaku sutradara berupaya menghadirkan gambaran Turki yang mcmiliki beragam bentuk, baik esensialis, diaspora-hibrid, atau berada diantaranya. ilal tersehut adalah realisasi multikulturalisme, bahwa masing-masing dapat menjadi apa pun yang diinginkan di mana pun berada sekaligus pilihan dalam memaknai identitas kultural diri sebagai seorang'furki.

Representation of Turkish culture in Gegen die Wand (Against The Wall) film: Encoding-decoding process of three Turkish people toward the film. (Under supervision of Dr. Lilawati Kurnia). Faculty of Humanities University of Indonesia. 2008. The research about cultural identity of Turkish is made based on a Germany film from Fatih Akin with the title of Gegen die Wand (Against The Wall). The aim is to get more understanding about the phenomena of cultural identity within the Turkish young generation as the largest immigrant comnTunity in Germany. Cultural studies method becomes the main foundation for this research along with some other theories and methods. While the interview result with the three Turkish young men use as analysis for cultural identity of Turkish. In the film the cultural identity are represented in eight film characters with two leading role, Cahit Tomruk and Sihel Giiner. The final result is to determine on how the new identity and representation was formed against the initial one from the three sources. Based on their point of view it is clear that Turkish image in the film is different from the Turkish as its origin. All of them observed some the figures as a Turkish hybrid generation which already adopted local culture values. Therefore through Gegen die Wand (Against The Wall) film Fatih Akin as director tried out to represented portraits of Turkish identity which has many figures, such as origin, diaspora-hybrid, and between the two of them. This is an attempt to show the act of multiculturalism: that every person can choose his or her place and also represent the cultural identity as Turkish."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14705
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marco Abram Christian
"Linda Lê merupakan penulis frankofon yang berasal dari Vietnam. Karyanya yang berjudul Œuvres Vives ia mengangkat bahwa bagaimana kolonialisme berpengaruh terhadap tindakan seseorang yang bahkan tidak mengalaminya. Novel ini menceritakan tentang jurnalis muda yang pada novel ini disebut dengan tokoh aku menemukan sebuah buku karya seorang penulis berdarah Vietnam yang bernama Antoine Sorel di sebuah kota bernama Le Havre. Akan tetapi tak lama kemudian ia menemukan bahwa penulisnya yang bernama Antoine Sorel telah mati bunuh diri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan tekstual dan menggunakan teori analisis naratif Barthes (1975) serta teori fokalisasi oleh Gerard Genette (1983) serta teori identitas Stuart Hall (1997). Penelitian ini akan membahas bagaimana konflik identitas yang dimiliki oleh Martin Tran yaitu ayah dari Antoine Sorel dan Antoine sorel sendiri dalam novel Œuvres Vives. Ketidakharmonisan ini membuat anak-anak dari Martin Tran khususnya Antoine Sorel yang menjadi salah satu fokus penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat pembentukan identitas diri pada seorang Martin Tran yang malu menjadi bagian dari orang Vietnam dan Antoine Sorel yang memiliki sifat bertolak belakang dengan ayahnya Marin Tran yaitu ingin mencari tahu asal usulnya. Selain itu penelitian ini akan melihat inferioritas Martin Tran yang merasa malu bahwa ia adalah orang keturunan Vietnam. Temuan pada Penelitian ini adalah bagaimana konflik identitas yang dialami oleh beberapa tokoh dapat mengubah cara pandang dan perilaku dari tokoh tersebut terhadap kolonialisme.

Linda Lê is a francophone writer from Vietnam. Her work Œuvres Vives is about how colonialism affects the actions of someone who did not even experience it. The novel tells the story of a young journalist who, in this novel, is called the character I, finds a book by a Vietnamese writer named Antoine Sorel in a city called Le Havre. However, shortly afterward he discovered that the author named Antoine Sorel had committed suicide. This research uses a qualitative research method with a textual approach and uses Barthes' narrative analysis theory (1975) as well as Gerard Genette's focalization theory (1983) and Stuart Hall's identity theory (1997). This research will discuss how the conflict of identity owned by Martin Tran, the father of Antoine Sorel and Antoine Sorel himself in the novel Œuvres Vives. This disharmony makes the children of Martin Tran, especially Antoine Sorel, one of the focuses of the research. The purpose of this research is to see the formation of self-identity in a Martin Tran who is ashamed to be part of the Vietnamese people and Antoine Sorel who has the opposite nature to his father Marin Tran, namely wanting to find out his origins. In addition, this study will look at the inferiority of Martin Tran who feels ashamed that he is a person of Vietnamese descent. The finding of this research is how identity conflicts experienced by several characters can change the perspective and behaviour of these characters towards colonialism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Faizah
"Black Bazar merupakan salah satu novel karya penulis frankofon yang berasal dari Republik Kongo, yaitu Alain Mabanckou. Novel ini bercerita tentang kehidupan tokoh Fessologue di Paris sebagai seorang pria imigran kulit hitam yang berasal dari Republik Kongo. Lingkungan sosial yang baru membuatnya harus meniru perilaku orang Prancis agar dapat berintegrasi di sana. Artikel ini membahas pencarian identitas Fessologue melalui peniruan yang menyebabkan keadaan ambivalen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan kajian naratologi Gérard Genette dan analisis struktur naratif Roland Barthes dengan diperdalam menggunakan teori representasi dan identitas Stuart Hall, serta teori hibriditas budaya Homi K. Bhabha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penokohan dan latar cerita menggambarkan ambivalensi identitas budaya tokoh Fessologue. Peniruan-peniruan yang dilakukan Fessologue tercermin dalam gaya berpakaian, gaya hidup, dan cara berpikirnya agar sama dengan orang Prancis. Proses peniruannya tersebut tidak terus berlanjut sehingga timbul ambivalensi dalam dirinya karena berada di antara dua budaya, yaitu budaya Prancis dan Kongo. Keadaan ambivalen menyadarkannya bahwa tidak ada budaya yang murni sehingga tidak perlu mengagungkan kemurnian suatu identitas budaya.

Black Bazar is a novel by a francophone writer from the Republic of Congo, Alain Mabanckou. This novel tells a story about the life of a character named Fessologue in Paris as a black immigrant man from the Republic of Congo. The new social environment required him to impersonate French behavior in order to successfully integrate there. This article discusses the search for Fessologue's identity through impersonation which leads to ambivalence. The method used in this research is a qualitative method with the study of the narratology of Gérard Genette and the analysis of the narrative structure of Roland Barthes with further study of representation and identity of Stuart Hall and Homi K. Bhabha's theory of cultural hybridity. The results showed that the characterizations and story settings illustrate the ambivalence of Fessologue's cultural identity. Fessologue's imitations are reflected within his style of dressing, lifestyle, and way of thinking to be the same as French people. The imitation process did not continue which cause an ambivalence in him because he is in between two cultures, French and Congolese cultures. The ambivalent state made him realize that there is no real pure culture, therefore there is no need to glorify the purity of cultural identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Agustina Laras Chintiya Devi
"Film Fatima (2015) karya Philippe Faucon menceritakan perjuangan seorang imigran asal Aljazair dalam menghadapi benturan budaya di Prancis. Benturan budaya tersebut disebabkan tradisi dan kebudayaan asal Aljazair yang terus diterapkan dalam kehidupan baru di Prancis. Adanya benturan antara budaya Aljazair dan budaya Prancis yang dihadapi oleh imigran dalam film Fatima ini menjadi latar belakang penelitian ini. Masalah penelitian ini adalah bagaimana bentuk benturan budaya serta cara negosiasi yang dilakukan oleh tokoh utama dalam film ini. Melalui metode kualitatif, penelitian ini akan menggunakan kajian sinema dan kajian struktural untuk menganalisis struktur naratif dan sinematografis film. Selanjutnya, penulis akan menggunakan teori identitas dari Stuart Hall untuk menemukan masalah benturan dan negosiasi budaya. Hasil analisis menunjukkan bahwa tokoh Fatima masih memegang erat tradisi dan budaya yang dimiliki di daerah asalnya yang jelas menyebabkan adanya benturan budaya. Benturan budaya terjadi di dalam lingkup keluarga dan dapat dikategorikan menjadi 6 aspek, yaitu nilai dan norma, bahasa, agama dan kepercayaan, tradisi dan adat, gaya berpakaian, dan makanan. Negosiasi budaya ditemukan pada aspek, bahasa, gaya berpakaian, dan makanan, sedangkan yang tidak dapat dinegosiasikan yaitu agama dan kepercayaannya.

Film Fatima (2015) karya Philippe Faucon menceritakan perjuangan seorang imigran asal Aljazair dalam menghadapi benturan budaya di Prancis. Benturan budaya tersebut disebabkan tradisi dan kebudayaan asal Aljazair yang terus diterapkan dalam kehidupan baru di Prancis. Adanya benturan antara budaya Aljazair dan budaya Prancis yang dihadapi oleh imigran dalam film Fatima ini menjadi latar belakang penelitian ini. Masalah penelitian ini adalah bagaimana bentuk benturan budaya serta cara negosiasi yang dilakukan oleh tokoh utama dalam film ini. Melalui metode kualitatif, penelitian ini akan menggunakan kajian sinema dan kajian struktural untuk menganalisis struktur naratif dan sinematografis film. Selanjutnya, penulis akan menggunakan teori identitas dari Stuart Hall untuk menemukan masalah benturan dan negosiasi budaya. Hasil analisis menunjukkan bahwa tokoh Fatima masih memegang erat tradisi dan budaya yang dimiliki di daerah asalnya yang jelas menyebabkan adanya benturan budaya. Benturan budaya terjadi di dalam lingkup keluarga dan dapat dikategorikan menjadi 6 aspek, yaitu nilai dan norma, bahasa, agama dan kepercayaan, tradisi dan adat, gaya berpakaian, dan makanan. Negosiasi budaya ditemukan pada aspek, bahasa, gaya berpakaian, dan makanan, sedangkan yang tidak dapat dinegosiasikan yaitu agama dan kepercayaannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library