Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Izumi Diana Nur
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Cara remaja putri Jepang mengaktualisasikan dirinya, dan dari mana remaja mendapatkan dana untuk mendukung penampilannya. Kesadaran kelompok remaja Jepang dan pengaruh media massa juga menjadi faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku konsumtif remaja Jepang khususnya terhadap fashion.
Usia remaja merupakan tahap pencarian dan pembentukan identitas diri dan aktualisasi diri. Sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan jati diri remaja menjadi penting bagi mereka. Remaja Jepang adalah konsumen yang sangat menyukai sesuatu yang bermerek dan baru. Terutama pada usia SMP dan SMU, mereka sangat peka terhadap perbedaan. Merupakan hal yang wajar jika remaja mengikuti mode dan idols mereka dalam hal berpakaian dan berpenampilan, namun jika tidak dicermati dengan baik, maka akan berakibat kepada obsesi yang berlebihan, sehingga menimbulkan hal-hal yang negatif.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja Jepang cenderung menjadi konsumtif karena faktor-faktor yang meliputi; diri remaja itu sendiri, teman sebaya, dorongan untuk diterima dalam kelompok dan sosialisasi media massa, yang mencakup industri fashion. Sikap konsumtif dan obsesi berlebihan membuat segelintir remaja putri Jepang menjadi permisif dan melakukan enjo kosai."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11398
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Haryadi
"Wacana dapat ditemukan dalam berbagai bentuk ujaran, seperti percakapan, pidato dan juga lagu, yang mana mengimplikasikan makna-makna berdasarkan analisa-analisa dari beberapa penelitian yang sudah ada untuk menganalisa makna-makna di balik ujaran tersebut. Penelitian ini menganalisa dua lagu dengan judul Bulls on Parade (1996) dan Know Your Enemy (1992) yang ditulis oleh sebuah band yang bernama Rage Against The Machine. Alasan yang mendasari penelitian ini untuk menganalisa kedua lagu ini adalah karena kedua lagu ini dianggap sebagai kritik tajam atas keputusan politik dan peraturan-peraturan di Amerika Serikat pada tahun 1990an, yang mana ditunjukkan dalam beberapa potongan lirik dari kedua lagu tersebut. Namun, ada beberapa kelompok masyarakat yang memberikan tanggapan berbeda atas pesan yang tersirat di dalam lirik kedua lagu tersebut. Berdasarkan analisa penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pesan tersirat dari lirik kedua lagu ini, yang mana tersirat di dalam kata-kata, frasa-frasa dan kalimat-kalimat dari lirik kedua lagu tersebut dapat memberikan dampak yang berbeda bagi kelompok masyarakat yang berbeda terutama saat ujaran-ujaran tersebut mendapatkan perhatian yang cukup dari masyarakat, dan hal ini bisa terjadi karena adanya keakraban, kesamaan, dan latar belakang pengetahuan masing-masing kelompok masyarakat.

Discourses can be found in several types of utterances, such as conversations, speeches, and also songs, which imply several meanings based on the corpus used in several researches in order to analyze the meanings behind those utterances. This research paper uses two songs written by a band, Rage Against The Machine, titled Bulls on Parade (1996) and Know Your Enemy (1992). The reason for this research paper to analyze these songs is because these songs have been recognized by some people to be extreme criticism towards United States' politics decision and policies in the 1990s, which is shown in several parts of both songs' lyrics. However, there are different group of people which responded differently towards the songs' lyrics and the meanings implied behind them. From the analysis, it is concluded that the lyrics' implied meanings, which is implied in the words, phrases, and sentences of the lyrics can give different impact toward different communities especially when such utterances can get a certain level of exposure in society, and it is mainly affected by the familiarity, similarity, and the background knowledge of the communities in the society themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andita Dyah Octaviani
"Dikenal secara global, idola K-Pop banyak diminta untuk menunjukkan kemampuan Bahasa Inggris mereka saat mempromosikan diri di kalangan penggemar internasional. Gagasan bahwa idola K-Pop harus mampu berbicara Bahasa Inggris pun ditekankan oleh seorang pembawa acara dalam variety show berjudul The Immigration yang ditayangkan di K-Style TV. Ia menegaskan bahwa sangat penting bagi idola K-Pop untuk mampu berbicara Bahasa Inggris sebelum hadir di berbagai acara, khususnya acara di luar negeri. Akan tetapi, banyak idola K-Pop yang belum terbiasa berbicara Bahasa Inggris. Hal ini menyebabkan adanya penggunaan alih-kode dan campur-kode oleh idola K-Pop. Untuk mencari tahu berbagai faktor yang berpengaruh dalam penggunaan alih dan campur-kode, studi ini meneliti tiga episode dari The Immigration. Selain itu, studi ini juga menggunakan kuesioner dari Google Forms untuk mengetahui opini para penonton internasional setelah menyaksikan The Immigration. Hasil studi menunjukkan bahwa idola K-Pop cenderung menggunakan alih-kode dan campur-kode untuk menjaga kesinambungan topik pembicaraan dan menjaga solidaritas antar anggota. Selain itu, survei menunjukkan bahwa pandangan yang muncul dari partisipan, baik laki-laki maupun perempuan, terhadap idola K-Pop bergantung pada rasa kedekatan mereka terhadap komunitas penggemar K-Pop.

Well-known worldwide, K-Pop idols are expected to maintain their fame by speaking in English to promote themselves to international viewers. The idea of K-Pop idols ought to speak English is even emphasised by a host of a variety show called The Immigration, aired on K- Style TV. The host stated that speaking English is essential for K-Pop idols before attending any overseas performance. Nonetheless, some of the K-Pop idols are still unaccustomed to English, which leads to phenomena called code-switching and code-mixing. To find out this matter, this study used three episodes of The Immigration to find out the influential factors behind code-switching and code-mixing phenomena. Besides, this study also used a questionnaire which was filled through the Google Forms to gather opinions from the international viewers after watching the shows. The result shows that K-Pop idols tend to switch and mix the languages to maintain the topic and solidarity between the group members. Furthermore, the survey shows that the perception from participants of both sex groups towards K-Pop idols may vary due to their sense of belonging to the K-Pop fandom.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Setiasih Aurelie
"This research is situated in the context where the influence of the Korean Wave (Hallyu) and the idols serving as cultural ambassadors of the country are changing conventional attractiveness standards across the globe. By applying Stuart Hall's theory of representation and establishing connections with the dissemination of Korean beauty products in the Indonesian market, this article examines the messages within the ads of these idols which may influence the reframing the concept of conventional beauty in the Indonesia. The research focuses on three local products that use K-Pop idols to represent the ideal beauty: Cha Eun-woo as the ambassador for MS Glow, Han So Hee who represents Somethinc, and TWICE who is supporting Scarlett Whitening. The main argument asserts that the aesthetic appeal of these idols, serving as brand representatives, conveys messages that have the potential to alter Indonesian beauty standards. The study is conducted through descriptive qualitative observation of the three mentioned product advertisements on Instagram. Findings and discussions reveal the intricate relationship between media representation, brand endorsements, and the potential for changing beauty standards embraced by social media users who are fans of these idols.

Penelitian ini ditempatkan dalam konteks dimana pengaruh Korean Wave (Hallyu) dan idola-idola yang menjadi duta budaya negara tersebut mengubah standar daya tarik konvensional di berbagai belahan dunia. Dengan menerapkan teori representasi Stuart Hall dan menjalin keterhubungan dengan penyebaran produk kecantikan Korea di pasar Indonesia, artikel ini mengkaji pesan lewat iklan dari idola-idola ini dan kemungkinannya membingkai ulang konsep kecantikan konvensional di Indonesia. Penelitian ini mengkaji tiga produk local yang menggunakan idol K-Pop sebagai representasi ideal kecantikan, yaitu Cha Eun-woo (sebagai duta MS Glow), Han So Hee (mewakili Somethinc), dan TWICE yang mendukung Scarlett Whitening. Argumen utama menegaskan bahwa daya tarik estetis dari idola-idola ini, yang berfungsi sebagai perwakilan merek, memberikan pesan-pesan 2 yang berpotensi mengubah standar kecantikan Indonesia. Studi dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan observasi terhadap tiga iklan produk tersebut di Instagram. Temuan dan dikusi mengungkapkan hubungan rumit antara representasi media, dukungan merek, dan potensi perubahan standar kecantikan yang diterima oleh pengguna sosial media yang adalah penggemar para idola ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library