Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarah Nabilah
Abstrak :
Hidrogel superabsorben telah berhasil disintesis dengan karboksimetil selulosa (CMC) sebagai kerangka utama, akrilamida (AAm) sebagai monomer, N,N’- metilena-bis-akrilamida (MBA) sebagai pengikat silang, dan amonium persulfat (APS) sebagai inisiator. Karakterisasi dilakukan dengan spektroskopi FTIR untuk analisis gugus fungsi dan SEM untuk melihat morfologi permukaan hidrogel. Spektrum IR memperlihatkan adanya serapan baru dan kuat pada bilangan gelombang sekitar 1660 cm-1 karena adanya vibrasi regangan dari gugus karbonil pada amida. Hasil foto SEM memperlihatkan perbedaan CMC sebelum tercangkok yang berupa fibril-fibril terpisah menjadi menyatu setelah dilakukan pencangkokan terhadap poliakrilamida. Kapasitas pengembangan hidrogel terbesar didapat sebesar 27,62 g/g pada konsentrasi AAm sebesar 30%, MBA 1,5%, APS 1% (%w/v), dan CMC 0,7 g dengan suhu reaksi 80ºC. Modifikasi menjadi hidrogel berpori dengan penambahan CaCO3 dapat meningkatkan kapasitas pengembangan sebesar 98,27 g/g. Hidrolisis pada sebagian gugus amida pada hidrogel dapat meningkatkan kapasitas pengembangan hingga 204,72 g/g. Hidrogel hasil hidrolisis memiliki kinetika penyerapan urea mengikuti model kinetika orde satu, sedangkan kinetika pelepasannya mengikuti model kinetika orde nol dan Higuchi yang berarti laju pelepasannya tidak dipengaruhi konsentrasi urea dalam hidrogel. ......The superabsorbent hydrogel based on carboxymethyl cellulose (CMC) grafted polyacrylamide (PAM) was successfully synthesized with N,N’-methylene-bis- acrylamide (MBA) as a crosslinker and ammonium persulfate (APS) as an initiator. The hydrogel was characterized using FTIR spectroscopy and SEM. FTIR spectrum showed new and strong peak on 1660 cm-1 because of stretching vibration from carbonyl group (-C=O) of amide. Pictures of SEM characterization showed that CMC before grafting was seen as separated fibryl while CMC grafted polyacrylamide was seen as united fibryl. The highest swelling capacity of superabsorbent hydrogel in water was 27,26 g/ g at 80°C with 30% AAm, 1,5% MBA, 1%APS (w/v), and 0,7g/10mL CMC. Synthesis of porous hydrogel with adding 3g of CaCO3 was increasing swelling capacity to 98,27 g/g. Furthermore, swelling capacity of hydrogel after partial hydrolisis reaction was increased to 204,72 g/g. Swelling kinetics of hydrolized-hydrogel in urea solution showed a first order kinetics and releasing kinetic of urea in water showed zero order kinetic and Higuchi model which means the concentration of urea in hydrogel didn’t effect releasing rate.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Yohana Tiovella
Abstrak :
Penambahan pati yang memiliki daya cerna rendah sebagai bahan fungsional sedang banyak dikembangkan karena kebutuhan masyarakat terkait bahan pangan sehat, terutama dengan kandungan kalori rendah dan serat tinggi. Pati tapioka dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengolahan makanan karena memiliki kejernihan pasta yang baik, dan rasanya yang hambar ketika dimasak. Namun, pati ini memiliki keterbatasan dari sifat fungsionalnya untuk digunakan dalam sistem makanan yaitu tidak tahan panas, dan kelarutan yang terbatas. Pati ini juga memiliki daya cerna yang tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya modifikasi pati untuk mengubah sifat pati agar lebih dapat diaplikasikan sebagai bahan pengolahan makanan dan menurunkan daya cernanya. Pada penelitian ini, dilakukan modifikasi kimia secara ikat silang dan hidrolisis suasana asam untuk mengamati perubahan sifat fungsional pati tapioka dan daya cerna. Agen ikat silang yang digunakan adalah campuran natrium trimetafosfat dan natrium tripolifosfat, serta dalam reaksi hidrolisis asam digunakan larutan asam klorida. Pati modifikasi dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD, dan SEM. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa modifikasi pati melalui reaksi hidrolisis suasana asam dan ikat silang dapat menurunkan daya cerna menjadi 28%. Modifikasi pati juga merubah sifat fungsional pati. Pati modifikasi menunjukkan peningkatan kelarutan, stabilitas termal dan derajat kristalinitas, penurunan swelling power, viskositas dan kejernihan pasta.
Low digestibility starch addition as functional material is rapidly developed due to the society demand concerning healthy food material, especially those with low calorie and high fibre contents. Tapioca starch could be utilized as food processing material due its excellent pasta purity, and its tasteless when being cooked. Nevertheless, this kind of starch has limitation from its properties to be utilized in food system, such as its low thermal resistance, and poor solubility. This starch also has high digestibility. Therefore, starch modification is necessary to increase its nature to be applied as food processing material and reducing its digestibility. In this research, cross-linking and acid hydrolysis chemical modifications were carried out to observe tapioca starch and digestibility functional natures. Cross-linking agent utilized were sodium trimetaphosphate and sodium tripolyphosphate, and acid hydrolysis reactions used hydrochloric acid. The modified starch is characterized using FTIR, XRD, and SEM. Result showed that starch modification through acid hydrolysis and cross-linking reactions were better reducing digestibility into 28%. Starch modification also altered starch functional properties. Modification starch demonstrated increasing solubility, thermal stability, cristallinity, as well as decreasing swelling power, viscosity and pasta purity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldriez Tresna Fachrezzy
Abstrak :
Bioplastik sebagai alternatif plastik konvensional dapat disintesis dengan berbahan dasar poli(vinil alkohol) (PVA) dan bahan alami di alam yaitu pati dari tepung tapioka. Bioplastik disintesis melalui metode ikat silang (crosslinking) dengan ditambahkan asam maleat dimana terjadi reaksi esterifikasi Fischer yang bertujuan untuk mengurangi mobilitas dari struktur dan dapat meningkatkan kekuatan mekanis dari polimer plastik yang disintesis. Plastik tersebut lalu ditambahkan dengan filler selulosa yang termodifikasi dengan asam palmitat yang berguna untuk menurunkan tingkat asupan air dan meningkatkan kekuatan daripada lapisan campuran PVA/Pati sehingga menghasilkan produk bioplastik biodegradable yang memiliki sifat ketahanan tarik yang tinggi dan memiliki tingkat swelling yang rendah. Plastik tersebut lalu dikarakterisasi dan diuji tingkat kekuatan tarik, kelarutan dan kemampuan swelling. ......Bioplastics as an alternative to conventional plastic can be synthesized from poly(vinyl alcohol) (PVA) and natural ingredients in nature such as starch especially from tapioca flour. Bioplastic was synthesized through a crosslinking method by adding maleic acid where a Fischer esterification reaction occurs which aims to reduce the mobility of the structure and can increase the mechanical strength of plastic. The plastic was then added with cellulose which was modified with palmitic acid which is useful to reduce the level of water intake and increase the strength of the PVA/starch mixture layer to produce bio-based plastic products that are biodegradable but can also can have high tensile resistance features, be resistant to water and have a low level of swelling. The plastic was then characterized and tested the level of tensile strength, solubility and swelling ability.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Zuardi
Abstrak :
Roti adalah produk pangan yang dibuat melalui proses pemanggangan dengan temperatur yang cukup tinggi dan menjadi salah satu sumber utama karbohidrat dalam bentuk pati yang dikonsumsi manusia di penjuru dunia yang umumnya menggunakan tepung terigu sebagai bahan baku. Berdasarkan respons glukosa yang cepat setelah dikonsumsi, roti adalah makanan yang berperan luar biasa dalam perkembangan obesitas dan diabetes serta permasalahan berat badan. Terjadinya proses cerna yang cepat terutama terjadi karena besarnya jumlah kandungan pati yang dapat dicerna dengan cepat (rapidly digestible starch), sedangkan jumlah pati resisten yang kecil yakni sekitar 2,5 %. Permasalahan terkait masalah kesehatan akibat mengkonsumsi roti diharapkan dapat diatasi dengan meningkatkan resistensi pati pada tepung terigu yang ditandai dengan menurunnya daya cerna pati. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi pati pada tepung terigu sebagai bahan baku roti guna meningkatkan resistensi pati. Modifikasi ikat silang dilakukan dengan menggunakan natrium trimetafosfat sebagai agen pengikat silang, natrium fosfat, natrium hidroksida dan asam klorida. Dilakukan optimisasi dengan melakukan variasi pada kadar natrium trimetafosfat. Pati hasil modifikasi dan pati tanpa modifikasi sebagai kontrol diuji sifat fungsionalnya dengan mengukur persen kelarutan dan swelling power, dikarakterisasi menggunakan instrumen FTIR, di uji daya cerna-nya, serta dilakukan penentuan kadar fosfor dan derajat substitusi. Produk hasil modifikasi dengan daya cerna terendah dan pati tanpa modifikasi digunakan sebagai bahan baku pembuatan roti. Roti yang dihasilkan kemudian dianalisis kualitasnya dengan mengukur massa, volume dan nilai baking expansion, diamati dan dikonsumsi untuk mengetahui tekstur, aroma, dan rasanya, serta dilakukan pengukuran kemampuan daya cernanya. ......Bread is a food product that is made by roasting process at high temperatures. Bread has become a source of carbohydrates and is consumed by people all over the world. Wheat flour starch is the primary ingredient in bread. According to the fast glucose response after consumption, bread is classified as a high-GI food and plays a remarkable role in the development of obesity and diabetes as well as weight gain. Bread is rapidly digested and fast glucose release and absorption happen after its consumption mainly due to a large amount of rapidly digestible starch content and the small amount of resistant starch about 2.5 %. Problems caused by bread consumption is expected to be resolved by increasing the starch resistant content in wheat flour which is attributed to decreasing the starch digestibility. In this study, wheat starch as the primary ingredient for bread is modified to increase the resistance starch content. In this study, crosslinking modification is using sodium trimetaphosphate as the crosslinker agent, sodium phosphate, sodium hydroxide, and hydrogen chloride. Optimization is being done by varying the amount of sodium trimetaphosphate. Native starch and crosslinked starch are being evaluated for the swelling power, solubility, starch digestibility, and the amount of phosphorus and being characterized by using FTIR spectroscopy. Crosslinked starch that has the lowest starch digestibility and native starch are used for breadmaking. The bread that has been made is being analyzed for the mass, volume, and baking expansion, and being observed and consumed for evaluating the texture, the scent, and the taste, also being measured for the digestibility.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Prilia Muthoharoh
Abstrak :
Hidrogel superabsorben dapat menyerap dan menahan sejumlah besar larutan. Polimer superabsorben berdasarkan hidrogel kitosan disintesis dengan mengikatsilang kitosan dengan agen pengikat silang yang berbeda, yaitu Formaldehid, Asetaldehid, dan Glutaraldehid. Kemampuan swelling hidrogel kitosan terikat silang dilakukan dengan merendam gel dalam media cair dan pengaruh agen pengikat silang terhadap daya absorbsi air telah diamati. Hidrogel kitosan terikat silang dengan asetaldehid memperlihatkan rasio swelling paling tinggi hingga 350%. Pengaruh luar yang mempengaruhi seperti pH dan suhu media swelling diamati. Hidrogel memperlihatkan perilaku yang khas terhadap pH dan suhu media seperti pada media pH rendah (pH 4) dan suhu tinggi (55oC) swelling maksimal sedangkan pada pH tinggi (pH 10) dan suhu rendah (35oC) memperlihatkan swelling minimal. Film hidrogel kitosan terikat silang dikarakterisasi menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). ......Superabsorbent hydrogels are able to absorb and retain large amounts of aqueous fluids. Superabsorbent polymer based crosslinked chitosan hydrogels were synthesized by crosslinking chitosan with different crosslinking agents, i.e. formaldehyde, acetaldehyde and glutaraldehyde. The Swelling behavior of the crosslinked chitosan hydrogels was measured by immerse the gels and the effect of crosslinking agent on water absorbency has been investigated. The crosslinked chitosan hydrogel by acetaldehyde exhibited a higher swelling ratio up to 350%. The influence of external stimuli such as pH and temperature of the swelling media has been observed. Hydrogels showed a typical pH and temperature responsive behaviour such as low pH (pH 4) and high temperature (55oC) has maximum swelling while high pH (pH 10) and low temperature (35oC) show minimum swelling. The film of crosslinked chitosan hydrogels were characterized by Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42009
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arfi Rianes Febri
Abstrak :
Metode semi interpentrating polymer network (semi-IPN) merupakan metode yang digunakan untuk mensintesis hidrogel kitosan-poliNNDMAA. Pada metode ini, jaringan kitosan akan terikat silang dengan agen ikat silang lalu berinteraksi dengan jaringan polimer NNDMAA secara linear. Hasil sintesis memperlihatkan bahwa variasi penambahan monomer NNDMAA, agen ikat silang dan waktu reaksi akan menurunkan daya swelling dan meningkatkan derajat ikat silang. Rasio swelling dan derajat ikat silang optimum hidrogel kitosan poli NNDMAA semi-IPN terikat silang formaldehida didapatkan sebesar 545,64% dan 75,02% pada penambahan 25% berat NNDMAA dan waktu optimum pada 2 jam. Hidrogel kitosan poli NNDMAA semi-IPN terikat silang formaldehida memilki derajat ikat silang yang lebih besar jika dibandingkan terikat silang glutaraldehida maupun asetaldehida. Karakterisasi dilakukan dengan spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR), Differential Scanning Calotimetry(DSC) dan Scanning Electron Microscope (SEM).
Method semi interpentrating polymer network (semi-IPN) is a method used to synthesize the chitosan hydrogel-poliNNDMAA. In this method, chitosan will crosslinked with a crosslink agent then interacts with the polymer network NNDMAA linearly. Synthesis results show that the variation of the addition of monomer NNDMAA, crosslink agents and reaction time will reduce swelling and increase the degree of crosslink. Swelling ratio and the degree of crosslink optimum chitosan hydrogel poly NNDMAA crosslinked semi-IPN formaldehyde obtained by 545.64% and 75.02% on addition of 25% by weight NNDMAA and optimum time at 2 hours. Chitosan hydrogel poly NNDMAA crosslinked semi-IPN formaldehyde have the degree of cross belt larger than glutaraldehyde cross-linked or acetaldehyde. Characterization is done by spectrophotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR), Differential Scanning Calotimetry (DSC) and Scanning Electron Microscope (SEM).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S58772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhrah Wivanius
Abstrak :
Material polimer untuk menyusun hidrogel harus dapat mengembang (swell) dan mempertahankan fraksi air pada strukturnya, namun tidak larut dalam air. Polimer alami memiliki gugus fungsi yang dapat menjadi pusat aktif reaksi dimana dapat dilakukan modifikasi untuk menghasilkan suatu polimer dengan karakteristik yang lebih baik. Kitosan merupakan polimer alami yang memiliki kekuatan struktur yang kurang dibandingkan kemampuan swelling. Sintesis hidrogel kitosan dengan metode full interpenetrating polymer network (IPN) dapat meningkatkan kekuatan struktur melalui ikat silang. Tahap pertama adalah sintesis jaringan polimer kitosan terikat silang asetaldehida. Tahap kedua adalah sintesis jaringan polimer PNVCL terikat silang N, N?-metilenbisakrilamida (MBA) melalui polimerisasi radikal bebas monomer NVCL dengan inisiator amonium persulfat (APS). Variasi waktu, rasio kitosan-PNVCL, konsentrasi agen pengikat silang, dan konsentrasi inisiator dipelajari untuk mengetahui kondisi optimum. Kondisi optimum diperoleh pada reaksi 2 jam dengan rasio kitosan/NVCL 90:10 (b/b %), konsentrasi MBA 0,5%, dan konsentrasi APS 3%. HSA kitosan-PNVCL memberikan rasio swelling 380,66% dan derajat ikat silang 60,85%. Karakterisasi HSA dilakukan dengan spektrofotometer Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Differential Scanning Calorimetry (DSC), Thermogravimetric analysis (TGA), Scanning Electron Microscope (SEM), dan X-Ray Diffraction (XRD).
Polymer material used for hydrogel should have the ability to swell and to keep water molecules in its structure without dissolving in water. Natural polymers has functional groups which can perform as active sites in modification to produce polymer with better characteristic. Chitosan is a natural polymer which has good swelling ability but lack of structural strength. Synthesis of chitosan hydrogel by interpenetrating polymer network (IPN) will increase its strength through crosslinking. In this research, the first step of modification was the synthesis of chitosan polymer network crosslinked by acetaldehyde. The next step was the synthesis of PNVCL polymer network crosslinked by N,N-methylbisacrylamide (MBA) through free radical polymerization of NVCL monomer with ammonium persulfat (APS) as the initiatior. Optimum reaction time, chitosan/PNVCL ratio (w/w %), concentration of crosslinker agent, and concentration of initiator had been observed. The optimum conditions were obtained as followed: 2 hours reaction, the ratio chitosan/PNVCL of 90:10 (w/w %), %-w MBA concentration of 0,5%, and APS concentration of 3%. The swelling ratio of the hydrogel was 380,66% while the crosslinking degree was 60,85%. Fourier transfor infrared spectroscopy (FTIR), Differential Scanning Calorimetry (DSC), Thermogravimetric analysis (TGA), Scanning Electron Microscope (SEM), and X-Ray diffraction (XRD) were used for the characterization of the hydrogel.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Udin
Abstrak :
[ABSTRAK
Bahan isolator polietilen ikat silang sangat umum digunakan dalam industri kabel listrik. Sifatnya yang mudah terbakar dengan nilai batasan indeks oksigen dibawah 18-19 % membuat bahan ini memerlukan perbaikan. Bahan antimon (III) oksida (Sb2O3) sangat umum digunakan sebagai aditif flame retardant pada bahan polivinil klorida dan polietilen ikat silang. Penelitian atas penggunaan antimon (III) oksida pada bahan polietilen ikat silang dilakukan dengan variasi komposisi Sb2O3 yaitu 2%, 4% dan 6%. Didapatkan bahwa nilai batasan indeks oksigen meningkat menjadi sampai dengan 22% dan kestabilan panas semakin meningkat. Efek negatifnya harus diwaspadai bahwa ternyata semakin tinggi penambahan Sb2O3 pada bahan polietilen ikat silang menyebabkan penurunan nilai resistifitas listriknya.
ABSTRACT Crosslinked polyethylene insulation material is very commonly used in electrical cable industry. Due to the highly level flammability of crosslinked polyethylene which have low limiting of oxygen index value between 18-19% make this material requires improvement. Antimony trioxide (Sb2O3) is very commonly used as a flame retardant additive in polyvinyl chloride and crosslinked polyethylene material to increase the limiting of oxygen index value. By applying the composition of Sb2O3 with the variation of 2%, 4% and 6%, we found that the limiting of oxygen index value increased up to 22% and the heat stability was improved. The negative effects should be aware because we also found that addition of Sb2O3 on crosslinked polyethylene materials led to a decrease in the value of the electrical resistivity., Crosslinked polyethylene insulation material is very commonly used in electrical cable industry. Due to the highly level flammability of crosslinked polyethylene which have low limiting of oxygen index value between 18-19% make this material requires improvement. Antimony trioxide (Sb2O3) is very commonly used as a flame retardant additive in polyvinyl chloride and crosslinked polyethylene material to increase the limiting of oxygen index value. By applying the composition of Sb2O3 with the variation of 2%, 4% and 6%, we found that the limiting of oxygen index value increased up to 22% and the heat stability was improved. The negative effects should be aware because we also found that addition of Sb2O3 on crosslinked polyethylene materials led to a decrease in the value of the electrical resistivity.]
2016
T45097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryana Suryana
Abstrak :
Kopolimerisasi cangkok serat rayon dilakukan dengan asam metakrilat (MAA) disertai dengan sejumlah kecil monomer bifungsional etilen glikol dimetakrilat (EGDMA) dan N,N'-metilendiakrilamid (MDAAm) sebagai agen pengikat silang. Kopolimerisasi cangkok ini dilakukan dengan metode prairadiasi sinar gamma dalam media udara, dengan variasi kadar pengikat silang 0-10%, dosis total iradiasi 20,24, dan 32 kGy, serta waktu reaksi 15- 120menit. / Setelah dilakukan variasi kadar EGDMA dan MDAAm diketahui bahwa penambahan EGDMA sampai 6,0% dan MDAAm hingga 10,0% berat serat tidak mempengaruhi kadar pencangkokan. Penambahan EGDMA lebih dari 6,0% berat serat akan menurunkan kadar pencangkokan. Dari variasi dosis total iradiasi dan waktu reaksi terlihat bahwa penambahan kedua agen pengikat silang ini tidak mengubah karakteristik pencangkokan MAA. Spektrum FTIR menunjukkan sudah tercangkoknya MAA pada serat rayon. Keberadaan EGDMA dalam serat ditandai dengan adanya perbedaan spektrum serat yang dimodifikasi dengan dan tanpa agen pengikat silang. Pencangkokan MAA pada serat rayon menurunkan sifat pengembangannya dalam air (%S), semakin besar kadar pencangkokan semakin kecil derajat pengembangannya. Penambahan 2,5%^EGDMA tidak mengubah derajat pengembangannya dalam air (%S). Perendaman serat rayon termodifikasi dalam HCI 6N pada suhu 80°C selama 2 jam, memperlihatkan bahwa serat dengan adanya EGDMA ini memiliki ketahanan asam yang lebih baik, Dalam basa, iaju alir serat yang dimodifikasi dengan adanya EGDMA lebih cepat, sehingga efek blocking-nya dalam kolom lebih kecil.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisti Mutia Pradiyanti
Abstrak :
Metode semi-Interpenetrating Polymer Network (Semi-IPN) merupakan salah satu metode untuk mensintesis hidrogel. Pada metode semi-IPN, kitosan mengalami ikat silang dengan agen pengikat silang asetaldehida/ formaldehida/ glutaraldehida membentuk jaringan polimer kitosan terikat silang yang kemudian berinteraksi dengan polimer metil selulosa yang berbentuk linier. Umumnya derajat ikat silang dan rasio swelling hidrogel semi-IPN akan dipengaruhi oleh waktu reaksi, rasio komposisi kitosan-metil selulosa, dan jenis agen pengikat silang yaitu asetaldehida, formaldehida, dan glutaraldehida. Kemampuan swelling dan derajat ikat silang hidrogel kitosan-metil selulosa semi-IPN yang optimum didapat pada rasio kitosan/metil selulosa 60:40 (b/b), agen pengikat silang formaldehida 2% (b/b), dan waktu reaksi 3 jam yaitu persen rasio swelling 785,6 % dan derajat ikat silang 50,8 %. Hidrogel kitosan-metil selulosa dengan metode semi-IPN memiliki rasio swelling dan derajat ikat silang lebih besar dibandingkan dengan hidrogel kitosan nonkovalen. Karakterisasi hidrogel kitosan-metil selulosa semi-IPN dilakukan dengan instrumen Fourier Transfrom Infra Red (FTIR), Differential Scanning Calorimetry (DSC), dan Scanning Electron Microscope (SEM). ...... Semi-Interpenetrating Polymer Network (semi-IPN) method is one of many methods which used to synthesize hydrogels. In semi-IPN method, chitosan was crosslinked with crosslinking agent acetaldehyde/ formaldehyde/ glutaraldehyde to form crosslinked chitosan polymer network that will interracts with methyl cellulose polymer which have linear form. In general, degree of crosslinking and swelling ratio of semi-IPN hydrogels were influenced by reaction time, composition ratio of chitosan-methyl cellulose, and crosslinking agent acetaldehyde, formaldehyde, and glutaraldehyde. Swelling ability and degree of crosslinking of chitosan-methyl cellulose hydrogel with semi-IPN method optimally reach at chitosan/methyl cellulose ratio 60:40 (b/b) with formaldehyde crosslinking agent in 3 hours reaction time is 785,6 % swelling ratio and 50,8 % degree of crosslinking. Chitosan-methyl cellulose hydrogel with semi-IPN method has higher swelling ratio and degree of crosslinking compared to noncovalent chitosan hydrogel. Characterization of chitosan-methyl cellulose semi-IPN hydrogel using Fourier Transfrom Infra Red (FTIR), Differential Scanning Calorimetry (DSC), dan Scanning Electron Microscope (SEM) instrument.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>