Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Talitha S.F.S.
"ABSTRAK
Di Indonesia, penyakit jantung yaitu penyakit jantung koroner menjadi penyebab

kematian tertinggi pada semua umur setelah stroke, yakni sebesar 12,9% menurut hasil

Survei Sample Registration System (Kemenkes, 2014). Penyakit Jantung pada tahun 2017

juga menempati urutan teratas dengan pembiayaan sebesar Rp 9.5 triliun yang ditanggung

oleh Pemerintah Indonesia melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan (Setkab, 2018). Dana tersebut digunakan untuk membiayai pengobatan baik

operasi, rawat inap dan rawat jalan pasien jantung di seluruh Indonesia. Masalah

kekambuhan dan kematian pasien jantung berkaitan dengan tingkat kepatuhan

pengobatan. Persepsi terhadap penyakit dikenal sebagai salah satu faktor penting yang

dapat dimodifikasi yang memiliki hubungan positif dengan kepatuhan pengobatan

(Maharjan, 2016). Namun persepsi terhadap penyakit hanya mampu menjelaskan namun

tidak memprediksi kepatuhan (Brandes & Mullan, 2014). Peneliti mengasumsikan

terdapat jalur mediasi antara pengaruh persepsi terhadap penyakit pada kepatuhan

pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran kecemasan yang

berfokus pada jantung dan kecenderungan depresi sebagai mediator dalam hubungan

pengaruh persepsi terhadap penyakit pada kepatuhan pengobatan pasien penyakit jantung.

Partisipan penelitian sebanyak 155 orang diberikan pengukuran menggunakan B-IPQ

(persepsi terhadap penyakit), CAQ (kecemasan yang berfokus pada jantung), PHQ-4

(kecenderungan depresi), MMAS-8 (kepatuhan minum obat), dan LAM (kepatuhan

perubahan gaya hidup). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan yang berfokus

pada jantung berperan sebagai mediator dalam pengaruh persepsi terhadap penyakit pada

kepatuhan minum obat (p = 0.028) dan kepatuhan perubahan gaya hidup (p = 0.004.

Kecenderungan depresi berperan sebagai mediator dalam pengaruh persepsi terhadap

penyakit pada kepatuhan perubahan gaya hidup (p = 0.000). Sedangkan dalam pengaruh

persepsi terhadap penyakit pada kepatuhan minum obat, kecenderungan depresi tidak

berperan sebagai mediator (p = 0.184).<


ABSTRACT
In Indonesia, heart disease which is coronary heart disease, is the highest cause of death

at all ages after a stroke, which is 12.9% according to Sample Registration System survey

result (Kemenkes, 2014). Heart Disease in 2017 ranks the top with funding of Rp 9.25

trilion borne by Indonesian Government through Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Kesehatan (Setkab, 2018). The fund are used to fund treatment for both surgery,

inpatient and outpatient cardiac patient throughout Indonesia. The problem of recurrence

and death of cardiac patient is related to the level of medication adherence. Illness

Perception is known as one of the important factor that can be modified which has a

positive relationship with medication adherence (Maharjan, 2016). Illness Perception

only able to explain but not to predict medication adherence (Brandes & Mullan, 2014).

The researcher assumes that there is a mediating pathway between the influence of illness

perception on medication adherence.This study aims to see how the role of heart focused

anxiety and depression tendency as a mediator in the relationship of illness perception

on medication adherence in heart disease patients. The study participants were 155 people

given measurement using B-IPQ (illness perception), CAQ (heart focused anxiety), PHQ-

4 (depression tendency), MMAS-8 (medication adherence), dan LAM (lifestyle

adherence). The result showed that heart-focused anxiety acted as a mediator in

relationship of illness perception on medication adherence (p = 0.028) and lifestyle

adherence (p = 0.004). Depression tendency acted as a mediator in relationship of illness

perception on lifestyle adherence (p = 0.000) but not in medication adherence (p = 0.184)."

2019
T54229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Ainur Rofi Ah
"ABSTRAK
Nama : Ika Ainur Rofi rsquo;ahProgram Studi : Magister Ilmu KeperawatanJudul : Hubungan antara Indeks Respon Gejala Acute Coronary Syndrome ACS dan Persepsi Penyakit Selama Dirawatdengan Kualitas Hidup Pasca Rawat Infark MiokardPembimbing : Prof. Dra Elly Nurachmah, S.Kp, M.App.Sc, D.N.Sc, RNSri Yona, S.Kp, MN., Ph.D Penyakit jantung koroner merupakan masalah kardiovaskuler utama yang menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan kematian di dunia. Infark miokard merupakan penyakit jantung koroner yang terjadi secara spontan akibat trombosis koroner, kerusakan arteri koroner, erosi plak aterosklerosis, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara indeks respon gejala ACS dan persepsi penyakit selama dirawat dengan kualiats hidup pasca rawat infark miokard. Penelitian ini menggunakan desain non eksperimental jenis cross sectional analitik dengan jumlah sampel 101 orang yang dilakukan di RSI Sakinah Mojokerto. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan indeks respon gejala ACS dan persepsi penyakit, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, kecemasan, depresi, dan dukungan sosial p value=0,001; ?

ABSTRACT
Name Ika Ainur Rofi rsquo ahStudy Program Faculty of Nursing Indonesian UniversityTitle Relationship between Response Index Symptom of Acute Coronary Syndrome ACS and Illness Perception during Treatment with Quality of Life after Care of Myocardial InfarctionCounsellor Prof. Dra Elly Nurachmah, S.Kp, M.App.Sc, D.N.Sc, RNSri Yona, S.Kp, MN., Ph.D Coronary heart disease is a major cardiovascular problem that causes hospitalization and mortality rates in the world. Myocardial infarction is a spontaneous coronary heart disease caused by coronary thrombosis, coronary artery damage, atherosclerotic plaque erosion, oxygen supply and demand imbalance. The purpose was to determine the relationship between response index symptom of ACS and illness perception with quality of life after care of myocardial infarction. This research used a non experimental design cross sectional analytic type with a sample of 101 people conducted at Sakinah Hospital in Mojokerto. The results showed a significant relationship between quality of life with response index symptom of ACS, illness perception, marital status, education level, anxiety, depression, and social support p value 0,001 "
Depok: 2018
T49486
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Dewinta
"Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada pasien penyakit jantung, health-related quality of life (HRQoL) merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam konteks pencegahan dan penanganan penyakit jantung. HRQoL mengindikasikan persepsi pasien mengenai kesehatan fisik dan mentalnya. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi HRQoL pasien penyakit jantung ialah kecemasan. Prevalensi kecemasan pasien penyakit jantung ialah sebesar 70% - 80%. Namun demikian, terdapat kemungkinan bahwa pasien penyakit jantung dengan kecemasan yang tinggi dapat memiliki HRQoL yang baik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu strategi koping dan illness perception.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran strategi koping dan illness perception sebagai moderator dalam pengaruh kecemasan terhadap HRQoL pasien penyakit jantung. Sebanyak 160 partisipan diberikan pengukuran menggunakan SF-12v2 (HRQoL), PHQ-4 (kecemasan), Brief Cope (strategi koping), dan B-IPQ (illness perception).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa illness perception dapat memoderasi strategi koping yang berperan sebagai moderator dalam pengaruh kecemasan terhadap HRQoL secara signifikan (p = 0,0318). Hasil ini mengindikasikan bahwa low threatening illness perception akan membantu menahan dampak kecemasan yang tinggi terhadap HRQoL pasien penyakit jantung, terlepas dari jenis strategi koping apa yang dimiliki individu. Sementara adanya dampak buruk medium dan high threatening illness perception terhadap HRQoL individu dapat terbantu dengan adanya strategi koping yang adaptif yang dimiliki oleh individu.

Cardiovascular disease is the number one cause of death in the world. In patients with cardiovascular disease, health-related quality of life (HRQoL) is important to consider in the contested context and treatment. One of the factors that can affect the HRQoL of heart disease is anxiety. The anxiety prevalence of cardiovascular disease patients is 70% - 80%. However, it is possible that cardiovascular disease patients with high anxiety can have an adequate HRQoL. This can be influenced by other factors, namely coping strategies and illness perception.
This study aims to see how the role of coping strategies and illness perception as a moderator in the impact of anxiety on HRQoL of cardiovascular disease patients. All 160 participants who had cardiovascular disease were given measurements using SF-12v2 (HRQoL), PHQ-4 (anxiety), Brief Cope (coping strategies), and B-IPQ (illness perception).
The results of this study shows that illness perceptions can moderate coping strategies that act as moderators in interactions of anxiety and HRQoL significantly (p = 0.0318). This results indicates that low threatening illness perception will help prevent the worsen of HRQoL on cardiovacular disease patients, regardless of what type of coping strategies. While the impact of moderate or high threatening illness perception to HRQoL can be helped by an individuals adaptive coping strategies.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Nurayu Kusumawardani
"

Health-related quality of life (HRQoL) memiliki peranan yang penting bagi pasien jantung. HRQoL pada pasien jantung bisa ditingkatkan dengan melihat faktor-faktor yang menjadi prediktornya, seperti spiritual well-being, illness perception, dan kecenderungan depresi. Penelitian ini melihat lebih jauh apakah spiritual well-being (SWB) dan illness perception (IP) memengaruhi HRQoL secara signifikan dan kecenderungan depresi memediasi hubungan antara SWB dengan HRQoL dan hubungan IP dengan HRQoL secara signifikan. Sebanyak 161 partisipan yang memiliki penyakit jantung terlibat dalam penelitian ini. Setiap partisipan mendapatkan tiga alat ukur yang berbeda, yaitu FACIT-Sp (spiritual well-being), Brief IPQ (illness perception), dan PHQ-2 (kecenderungan depresi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa spiritual well-being (B=14,415, p=0,000) dan illness perception (B=-7,8838, p=0,000) menjadi prediktor yang signifikan terhadap HRQoL. Sementara itu, kecenderungan depresi tidak memediasi hubungan spiritual well-being dengan HRQoL (effect= 1,0934), namun menjadi mediator yang signifikan dalam hubungan illness perception dengan HRQoL (effect= -2,0332). Hasil penelitian ini bermanfaat untuk penyusunan intervensi bagi pasien jantung agar dapat meningkatkan kualitas hidup dan keberfungsiannya.  

Kata kunci:

spiritual well-being, illness perception, kecenderungan depresi, HRQoL


Health-Related Quality of Life (HRQoL) is the most important thing to be considered as a treatment for heart disease patients. There are some variables to be considered as significant predictors of HRQoL such as spiritual well-being, illness perception, and depressive symptoms. Based on previous research, spiritual well-being (SWB) and illness perception (IP) significantly predicted heart disease patients HRQoL. Depressive symptoms variable can be a mediator for explaining the relationship between SWB and HRQoL and IP and HRQoL`s relationship.  The main aim of this research is to investigate whether SWB and IP are significant for predicting heart disease patients HRQoL and depressive symptoms is a significant mediator for explaining those relationships. This research involves n=161 heart disease patients with minimum of age 18. Every partient is measured using three measurements. The measurements include FACIT-Sp (spiritual well-being), Brief IPQ (illness perception), and PHQ-2 (depressive symptoms). The result shows that spiritual well-being (B=14,415, p=0,000) and illness perception (B=-7,8838, p=0,000) predict HRQoL`s patients. Depressive symptoms does not mediate significantly the relationship between SWB and HRQoL (effect= 1,0934), but it mediates the relationship between IP and HRQoL significantly (effect= -2,0332). This research can be used for medical worker in designing intervention for heart disease patients.

 

 

"
2019
T53224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Diah Ciptaning Tyas
"ABSTRAK
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis, dan Indonesia menempati urutan ke-4 jumlah pasien DM di dunia. Perawatan diri dan persepsi sakit membantu mengontrol gula darah, sehingga mencegah munculnya gejala lebih lanjut ataupun komplikasi DM yang membuat pasien menurun kualitas hidupnya.
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan perawatan diri dan persepsi sakit dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 dalam konteks asuhan keperawatan. Metodologi penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 122 responden dengan teknik pengabilan sampel purposive.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia 58,43 tahun, sebagian besar berjenis kelamin perempuan, berpendidikan tinggi, terapi yang dilakukan Obat Hipoglikemik Oral (OHO), dengan rata-rata lama sakit 7,64 tahun dan mengalami komplikasi akibat penyakit DM. Analisis hubungan menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara perawatan diri dan persepsi sakit dengan kualitas hidup (p < 0,05). Analisis lebih lanjut menunjukkan responden dengan persepsi sakit positif memiliki peluang 93 kali untuk memiliki kualitas hidup baik dibanding persepsi sakit negatif (95% CI: 16,89-541,38) dan responden yang taat melakukan perawatan diri memiliki peluang 24 kali untuk memiliki kualitas hidup baik dibanding responden yang kurang taat (95% CI: 5,06-118,79).
Berdasarkan penelitian ini disarankan perlunya peningkatan
kemampuan perawatan diri pasien dan persepsi sakit melalui pengoptimalan program
pendidikan kesehatan yang terprogram dan kelompok diabetes.

ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a chronic illness, Indonesia placed the fourth rank of DM population the world. Self care and illness perceptions are helping control blood glucose, therefore to prevent the occurence of symptoms or it?s complication that reduce quality of life.
This study aimed to identify correlation between self care and illness perception with quality of life of type 2 diabetic patients in nursing care context. Research methodology was quantitative research with analytic design using cross sectional approach. The sample consisted of 122 respondents who were taken by purposive
sampling technique.
The result showed mean of age respondent was 58.43 years old, the majority was female, have high education level, use Oral Hypoglycemic Medication, the mean duration of DM 7.64 years and have complication of DM. Correlation analysis revealed that there was a significant correlation between self care and illness perception with quality of life (p < 0.05). Further analysis showed that respondents who had positive illness perception were 93 times had better quality of life than negative perception (95% CI; 16.89-541.38). In addition, respondents who adherence in self care had 24 times had better quality of life than respondents who less adherence (95% CI: 5.06-118.79).
Based on this result suggested to increase self care patient?s ability and illness perception through taking optimal health education programme and diabetic discussion group."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maryami Yuliana Kosim
"Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab paling umum kematian dini di dunia dan berdampak buruk pada kesejahteraan penderit. Ketidakpatuhan pada aturan diet PJK berhubungan dengan peningkatan angka kekambuhan PJK, namun masih banyak pasien gagal untuk mematuhi rekomendasi diet. Persepsi sakit merupakan prediktor penting untuk menilai kepatuhan terhadap regimen terapi. Penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi hubungan persepsi sakit dengan kepatuhan diet pada pasien PJK di RS Kepolisian Pusat Dr. Said Sukanto. Penelitian cross sectional dilakukan dari Desember 2012 sampai Februari 2013. 85 pasien PJK dipilih melalui consecutive sampling. Kontinuitas korelasi chi square uji statistik digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara persepsi sakit dan kepatuhan diet.
Pemodelan regresi logistik ganda digunakan untuk menentukan faktor yang paling berhubungan dengan kepatuhan diet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi sakit yang berhubungan dengan kepatuhan diet adalah perjalanan sakit (akut / kronis) (r = 2,64 dan P Nilai 0,017), kontrol perawatan (r = 2,34 dan P = 0,028 Nilai), dan penyebab (r = 1,76 dan nilai P 0,042). Waktu-perjalanan sakit merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet (OR = 14). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara klinis kepatuhan diet dapat diperbaiki dengan mengubah persepsi sakit dan perawatan klien. Memahami pola persepsi sakit dapat membantu mengidentifikasi strategi terbaik dalam merancang metode pendekatan untuk meningkatkan kepatuhan terhadap diet

Coronary heart disease (CHD) is the most common cause of premature death in the world and negatively affects the sufferer's well-being. Non-adherence to diet regimes in CHD is associated with increased CHD reccurrence, yet many patients fail to adhere to diet recommendations. Illness perception is an important predictor for adherence to therapeutic regimens. The present study was designed to evaluate the relationship of illness perception on adherence to diet of patients with coronary heart disease in Dr. Said Sukanto Central Police Hospital. A cross sectional study was carried out from December 2012 to February. 85 CHD patients were examined through consecutive sampling. Continuity correlation chi square test statistic was used to evaluate the correlation between illness perception and diet adherence. Predictive multiple logistic regression modeling was used to determine factors that most associated with diet adherence. The result showed that illness perception related to diet adherence was including timeline (acute/chronic) (r = 2.64 and p value 0.017), treatment control (r = 2.34 and p value = 0.028), and cause (r = 1.76 and p value 0.042). Timeline was the most dominant illness perception variable associated to diet adherence (OR=14). The results suggest that in clinical practice adherence may be improved by altering patients illness and treatment perceptions. Understanding patterns in illness perception may help identify the best strategies to promote a tail approach for improving adherence to diet."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T46965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library