Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imelda Suriato
"Dalam mengkomunikasikan karakteristik prod~ pesan iklan dapat dibentuk dengan menggabungkan elemen verb dan nonverbal. Dibandingkan dengan elemen verbal, elemen nonverbal membutuhkan interpretasi yang lebih rumit untuk dapat dimengerti.
Pemahaman terhadap integrasi elemen verbal dan nonverbal a.kat1 menghasilkan impresi terhadap produk. Ketika iklan berseri Ginseng Royal Jelly Drink hadir dengan penekanan yada elemen nonverbal (visual) untuk menggantikan elemen verbal, timbul pertanyaan apakah khalayak mampu melakukan interpretasi terhadap elemen
visual yang digunakan sehingga memperoleh impresi sesuai dengan yang dikomunikasikan.
Selain itu ingin diketahui terjadi atau tidaknya perubahan setiap melihat versi lain dari iklan. Penelitian ini dilakukan dengan asumsi bahwa sernakin banyak versi iklan yang dilihat akan semakin baik impresi produk yang terbentuk.
Metode penelitian adalah eksperimen lapangan dengan desain "Correlated- Groups, after-only, no control group". Subyek penelitian - 60 pria dan 60 wanita yang ditarik secara purposif- dimasukkan dalam satu kelornpok eksperimen yang dikenai empat treatment iklan berseri. Kesimpulan tentang efek variabel independen
diambil dengan membandingkan basil dari setiap treatment. Jawaban subyek yang dikumpulkan melalui pertanyaan terbuka didata dengan metode content analysis dan diberi skor agar dapat dibandingkan dengan t-test for correlated samples. Hipotesa dibuktikan melalui Single-Factor Analysis of Variance for Within-Subjects design.
· Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek penelitian mampu menginterpretasikan elemen visual dan mengintegrasikannya dengan elemen verbal dengan baik sebingga impresi yang terbentuk setelah melihat empat versi iklan lebih baik daripada impresi yang terbentuk setelah melihat kurang dari empat versi iklan. Sesuai dengan
model perubahan proporsional dalam teori integrasi konsumen (C T), infonnasi bam secara terns menerus aimasukkan ke dalam impresi yang lama sehingga membentuk impresi yang telah direvisi. Interpretasi elemen visual diintegrasikan dengan elemen verbal dan menghasilkan informasi bam tentang karakteristik produk yang ditambahkan
ke dalam impresi terdahulu sehingga membeptuk impresi bam yang lebih baik.
Hal ini terjadi karena elemen visual yang digunakan memiliki makna yang umum sehingga khalayak mampu menginterpretasikannya dengan bailc. Selain itu, elemen verbal yang digunakan marnpu menuntun interpretasi elemen visual sehingga sesuai dengan
pesan komunikasi produsen. Adanya fuktor pengalaman rnasa lalu dan perbedaan individual hanya mempengaruhi tinggi-rendahnya skor impresl, bukan pada meningkat-tidaknya impresi yang terbentuk dalam benak konsumen"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S4028
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irvan Syah
"Idea sebagai satuan niscaya dalam tata nalar manusia, absurd dan superior kepada semula-jadinya yaitu Impresi yang inferior; padahal sebelum semua ini impresilah yang superior dan sebaliknya idea yang inferior. Paradoks inferioritas dan superioritas ini secara langsung merupakan apa yang bermula pada komprehen yang berfungsi sebagai pengantar dari dua komponen ini, dan dialah imajinasi. Kemudian, forma dan secara khusus tingkatan kualitas dari suatu idea itu terlacak jika dan hanya jika idea berelasi dalam mind, karena jika tidak inferior seperti halnya impresi yang menjadi inferior karena -di dalam wacana filsafat substansi- tidak berelasi dalam mind, karena kesadaranlah yang bekerja dalam dan untuk impresi. Lebih lanjut, relasi idea pasti berkontradiksi kepada serangkaian fakta materia. Tetapi yang terjadi di dalam sejarah risalah filsafat formal mengenai substansi adalah bahwa relasi idea yang dipersatukan oleh imajinasi, dibawa dalam bentuk sebagai refleksi dalam mind dan kemudian jiwa dipaksakan untuk parallel ke dalam materia fakta. Padahal refleksi hanyalah sebentuk penerima dan sekaligus pengumpan balik dalam mind, dan karena hanya pengumpan balik sebatas abstrak mind, maka refleksi mind dalam relasi idea tidak akan bisa berkonyungsi dengan materia fakta.
Kemudian di dalam term mind ada sebuah objektif bahwa mind itu merupakan tumpukan dari kertas-kertas kerja akun - yang dianggap olehnya- inferior yang berumahkan dalam pengalaman; dunia yang langsung sangat sederhana, akan tetapi lengkap dan eksplisit. Bahkan sebenar-benarnya pengalamanlah yang superior kepada kesadaran. Tetapi bagaimana kemudian bisa akun-akun yang niscaya terutarakan secara gamblang malahan pada kenyataannya menjadi inferior sekali dalam mind? Ada yang mengatakan mind itu mempunyai mata setelah segala persepsi ada, dan karenanya ia - yang semula hanya dipimpin oleh identitas rasio- kemudian bisa menjadi dipimpin oleh hasrat, nafsu, emosi dan cinta. Oleh karenanya ia buta akan cermin realita dimana cermin itu tidak akan pernah bisa ditemukannya. Bilaman mustahil mencarinya, ini bukan upaya mencari cermin. Bilamana dimungkinkan membayangkannya ini upaya bercermin dari dalam. Semuanya seabstrak cerminan jiwa yang terkondisikan sebagai upaya membanding-bandingkan minat atau bukan minat, suka atau tidak suka, dan sebagainya. Dimana semua bentukan yang berbau subjektif ini berangkat melalui perlawanan internal superior-inferior idea dan impresi. Karena semua hal hanyalah segumpalan persepsi yang terejawantahkan dalam impresi, dan lalu idea.
Idea which are as a necessary unity in the order of human understanding, it was originally such an absurd and inferior below it?s preceding state (namely) Impression. There?s an event or fact that lately in the course of the history of western philosophy, idea then overwhelm it?s preceding impression. Thence immediately the contradictory paradox implied by somewhat (which are) known as the intermediary of these two components, viz. Imagination. Furthermore, to trace up the form and principally of the degrees of quality of one idea, it was a requisite of such relations of ideas in mind. Indeed on the contrary, idea will gone dull and inferior in mind as opposed to those preceding stronger impression (which one) merely became inferior by means of the philosophy of substance that provided in those abstruse metaphysical discourses.
Idea is such a dullest impression because our consciousness works is only in the term of our impressions. Moreover, relation of ideas is something certainly contradicted to series of matter of fact. The truth that happened in the history of formal philosophical discourses concerning substances was that relation of ideas all of which conjoined by imagination, had taken as a reflection form in the mind And by that means then, soul is something that forced to be parallelized into matter of fact. Whereas reflection justly a kind of receiver and stimultaneously feed back in the mind abstract, henceforth, the reflection of mind through the relation of ideas will not be able to conjunct with matter of fact. And after that manner, consequently, in the term of mind there is an objective that the mind is such a pile of paperwork of perceptions.
Perceptions; by the term of mind works; considered and forced to be stayed in an inferior account hosted in experience (which are) in reality; to be explicitly explained; that it was so-called world of immediateness and liveliness. Experience is the most truthfully and even superior to consciousness. But how then can the accounts of which would clearly and distinctly uttered even in fact, be inferior once in the mind? Some philosopher claim that mind will have the eyes after all perceptions exist. Hence by the term it?s reflection toward perceptions, mind are leaded by desire, passion, emotion, and love. Hence, mind then came blind; blind to the mirror of reality in which the mirror will never be found. When it is impossible to find, this is then no effort to find those mirror. Whenever it is impossible to imagine, it?s then an effort to reflect from within. Realm is such as abstract as profound soul reflection conditioned as an encouragement in comparing rather our interest or repulsion, our passion or apathy, and another of natural and humanly disposition. Factually, of those called subjective experience all at once emerge from such internally contradiction by means of ideas and impression. Every things regarded to be invigorated in this final thesis, simply in terms of our human understanding as a bundle of perceptions, materialized in just case of our impressions, and also ideas.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S1276
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Rakha Amrullah
"Memberikan sebuah pengalaman berjalan kaki yang menarik di ruang kota dapat menjadi salah satu cara untuk mengundang lebih banyak penduduk kota untuk berjalan kaki. Streetscape sebagai salah satu aspek ruang kota menjadi kunci penting dalam menentukan kualitas pengalaman berjalan kita tersebut. Konsep Arsitektur 5 km/jam yang dikemukakan oleh Gehl sangat menitikberatkan pada pengalaman yang kita rasakan tersebut yaitu melalui kelimpahan impresi visual yang dapat kita peroleh pada saat kita berjalan. Studi ini bertujuan untuk melihat representasi konsep Arsitektur 5 km/jam pada sebuah streetscape kawasan Kukusan Teknik, Depok dengan mengidentifikasi elemen-elemen streetscape yang berperan dalam memberikan impresi visual tersebut. Studi kasus dilakukan di Jalan Haji Amat I sebagai area pengamatan dengan melakukan observasi lapangan dan kuesioner untuk selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif dari data kualitatif yang diperoleh. Hasil studi kasus menunjukan mahasiswa sebagai pejalan kaki aktif di Kukusan Teknik memperoleh impresi visual yang berlimpah melalui elemen detail dari streetscape yang relevan terhadap konsep Arsitektur 5 km/jam yaitu: transparansi keterbukaan yang dimiliki fasad komersial makanan beserta etalase yang terpajang didepannya. Hal ini mengindikasikan transparansi yang dimiliki oleh fasad komersial makanan beserta etalasenya menjadikan komersial makanan sebagai representasi Arsitektur 5 km/jam di kawasan Kukusan Teknik dan memberikan impresi visual 'makanan' kepada pejalan kaki.

Providing an attractive walking experience in city space can be one way to invite more city dwellers to walk. Streetscape as one aspect of city space is an essential key in determining the quality of our walking experience. The concept of 5 km/h Architecture proposed by Gehl is very focused on the experience that we feel that is through the abundance of visual impressions that we can get when we walk. This study aims to look at the representation of the 5 km / h Architecture in the streetscape of Kukusan Teknik, Depok by identifying streetscape elements that play a role in providing these visual impressions. The case study was carried out on Jalan Haji Amat I as an observation area by conducting field observations and questionnaires for subsequent descriptive analysis of the qualitative data obtained. The results of the case study show students as active pedestrians in the Kukusan Teknik gain abundant visual impressions through elements of detail in the streetscape that are relevant to the concept of Architecture 5 km / h. Those elements are transparency of openness possessed by commercial facades of food and storefronts displayed in front of them. Results indicate that the transparency possessed by the commercial facade of food and its menu makes the food commercial as a representation of Architecture 5 km / h in the Kukusan Teknik area and provides visual impressions of 'food' to pedestrians."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiranita Ramadhani Utami
"Sebagai media sosial berbasis foto, Instagram memberikan ruang ke penggunanya untuk secara hati-hati mengekspresikan diri dengan tujuan untuk menyampaikan sisi positif pengguna ke pengikutnya. Hal ini menciptakan perilaku baru dimana pengguna membuat persona yang bukan diri mereka sendiri dan perempuan menjadi yang paling rentan dalam menghadapi efek negatif presentasi diri. Untuk mengurangi efek negatif dari Instagram, Tagar #MakeInstagramCasualAgain mendorong pengguna menampilkan foto dengan sedikit kurasi untuk menunjukkan diri mereka yang otentik atau tidak sempurna. Penelitian ini bertujuan untuk memahami apakah gerakan ini mampu membantu perempuan menampilkan diri mereka secara berbeda tanpa mengikuti standar social di Instagram. Enam puluh sampel diambil dari lima akun yang mengunggah foto mereka dari Januari hingga Desember 2021. Menggunakan teori presentasi diri dari Goffman (1959), analisa menunjukkan foto yang masuk ke dalam tagar menggunakan sedikit kontrol. Selain itu, sosial media juga tidak mempunyai standar spesifik foto yang layak untuk dibagikan. atau singkatnya, setiap pengguna mempunyai kendali sendiri terhadap foto yang mereka bagikan. Terakhir, dengan lebih banyaknya pengguna yang beralih untuk mengunggah foto yang kurang dikurasi, estetika Instagram yang ada mungkin akan tergantikan dengan postingan biasa. Secara keseluruhan, gerakan ini berdampak positif pada cara orang menampilkan diri dan cara audiens Instagram memandang media sosial.

As a photo-based social media platform, Instagram allows users to create self-expression carefully. They are aiming for users to perceive their bright and positive side of them. This behavior often leads users to create a persona that is not theirs. Mostly, women are vulnerable to facing the consequence of creating self-presentation on Instagram. The hashtag #MakeInstagramCasualAgain encourages users to start displaying photos with less curation to show their imperfect and authentic selves to the public to lessen the negative effect of Instagram. This study aims to understand how this movement helps women present themselves differently without following the social standard through Instagram. Sixty samples are taken from posts uploaded by five accounts from January to December 2021. Using Goffman's (1959) theory of self-presentation, the study found that photos taken under the hashtag reveal that public users share a less controlled action. It also reveals that social media does not have any specific standard of which image is worth sharing. In short, the people who run the platform have control over what to share. Eventually, the existing aesthetic of Instagram may be replaced with casual posts because more users are shifting to show less curated photos. Overall, the movement positively impacts how people present themselves and how the audience of Instagram perceives social media."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Kanza Atsarina Hakim
"Munculnya aplikasi kencan daring seperti Tinder telah menciptakan cara baru yang berbeda bagipengguna untuk menemukan calon kenalan baru dengan beragam latar belakang serta motif pada saatmenggunakan aplikasi kencan daring. Perancangan aplikasi kencan daring merepresentasikanpertumbuhan jenis komunikasi dan interaksi dibandingkan dengan cara kencan konvensional.Perubahan media untuk berkomunikasi dapat mengubah cara pengguna dalam percobaanmenggambarkan diri mereka pada aplikasi kencan, baik menjadi diri yang autentik atau bersifatdesepsi. Penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, berdasarkan data survei yangdikumpulkan melalui media sosial (Instagram dan Twitter) pada pengguna aplikasi kencan daringTinder di DKI Jakarta serta menggunakan Structured Equation Modeling (SEM). Penelitian inimengamati bagaimana pengguna Tinder menampilkan diri mereka sekaligus melakukan uji pengaruh antara latar belakang demografis dan psikologis responden terhadap pemilihan motif mereka menggunakan Tinder, serta cara responden mempresentasikan diri mereka kepada lawan bicara padaaplikasi tersebut. Penelitian ini menemukan latar belakang psikologis narsisme sebagai latar belakang dengan signifikansi tertinggi dan paling banyak pengaruhnya terhadap pemilihan 3 (tiga) motif, yaitu motif hookup/sex, mencari teman pada saat berpergian, serta mencari validasi. Latar belakang psikologis kesendirian, menjadi latar belakang kedua tertinggi dan terbanyak dengan memengaruhi 2 (dua) motif secara signifikan yaitu motif mencari teman dan mencari pasangan romantis. Motifhookup/sex dan mencari validasi ditemukan sebagai motif yang memengaruhi presentasi diri yangdesepsi, sedangkan responden dengan motif mencari hubungan romantis ditemukan memiliki presentasidiri yang autentik.

The emergence of online dating application apps such as Tinder has created new different way for users to find new potential acquaintances with diverse background and motives of using such application online. The design of online dating application represents the growth of type of communication andinteraction compare to the conventional way of dating. The change of medium to communicate might change the way users try to depict themselves on the dating application, either being authentic ordeceptive-self. This research will be conducted with quantitative approach based on survey data collected via social media (Instagram and Twitter) on the users in DKI Jakarta and using StructedEquation Modelling (SEM), this research observed on how Tinder users present themselves and at the same time assessing the impact of their demographic, and personality background which mightinfluence their motives of using Tinder and how they present themselves. This study found narcissismas psychological background with the highest significance and the most influence on the selection of 3 (three) motives, namely hookup/sex motives, making friends while traveling, and seeking validation. The psychological background of loneliness is the second highest and most common background by significantly influencing 2 (two) motives, namely the motive of looking for friends and looking for a romantic partner. Hookup/sex motives and seeking validation were found to be the motives influencing deceptive self-presentation, whereas respondents with a romantic relationship-seeking motive werefound to have authentic self-presentations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Nadya Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mediasi dari problem-focused coping pada hubungan antara job insecurity dan manajemen impresi. Dengan menggunakan Transactional Stress Theory sebagai acuan, individu dengan job insecurity tinggi akan mempersepsikan bahwa dirinya masih bisa mengubah keadaan di tempat kerjanya menjadi lebih baik dengan cara mengaktifkan problem-focused coping yang pada gilirannya akan meningkatkan perilaku proaktif berupa manajemen impresi. Data diperoleh dari karyawan yang berasal dari berbagai organisasi di Jakarta N = 286, dan dianalisis dengan macro Hayes pada SPSS versi 20.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara job insecurity dan manajemen impresi, tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara job insecurity dengan problem-focused coping, terdapat pengaruh positif antara problem-focused coping terhadap manajemen impresi. Secara lebih lanjut, problem focused coping secara signifikan memediasi hubungan antara job insecurity dan manajemen impresi. Implikasi teoritis dan praktis akan dibahas selanjutnya dalam penelitian ini.

The study aims to investigate the mediating effect of problem focused coping on the relationship between job insecurity and impression management. Using Transactional Stress Theory to explain the relationship, it is suggested that a person with high job insecurity will perceive situation at work as something that can be modified, thus will lead them to perform impression management. Data were collected among employees from various organizations in Jakarta N 286, and were analyzed using the Hayes's PROCESS macro on SPSS version 20.
The results showed that there is no significant relationship between job insecurity and impression management, there is a negative and significant relationship between job insecurity and problem focused coping, and there is a significant positive relationship between problem focused coping and impression management. Furthermore, the indirect effect of job insecurity and impression management via problem focused coping was found significant. Theoretical and practical implications will be discussed later in this study.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68279
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sindhu Bhagaskara
"Sustainability atau keberlanjutan merupakan salah satu faktor penting pada di hampir semua aspek kehidupan saat ini. Kebutuhan untuk memiliki implementasi praktik sustainability pada produk mewah (sustainable luxury) telah berkembang dari waktu ke waktu. Namun, kemewahan dan praktik sustainability mungkin terdengar kontradiktif, walaupun sebenarnya keduanya memiliki banyak kesamaan. Konsep sustainable luxury telah dikembangkan untuk memenuhi demografi terbesar saat ini, generasi Y dan Z. Kedua generasi ini lebih sadar sosial dan lingkungan sementara juga mengambil andil sebagai demografi konsumen terbesar untuk merek-merek mewah. Studi ini menguji dampak penerapan praktik sustainability terhadap persepsi dan keputusan pembelian merek mewah oleh generasi Y dan Z. Metode penelitian survei kuantitatif digunakan untuk menguji model penelitian, di mana 350 peserta yang dibagi menjadi dua kelompok untuk mengerjakan dua survei yang berisikan kampanye pemasaran luxury fashion dan kampanye pemasaran luxury fashion dengan pesan praktik sustainability. Hasil dari penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan structural equation modelling (SEM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa deskripsi penerapan praktik sustainability berdampak positif terhadap keputusan pembelian produk mewah oleh generasi Y dan Z.

Sustainability is one of the most important concerns in almost every aspect in the present day. The scrutiny to have sustainability in luxury products has grown overtime. However, luxury and sustainability or one might call sustainable luxury might sound oxymoron, while in fact, they have a lot of attributes in common. The concept of sustainable luxury has been developed immensely to cater to the current largest demographic, Gen Y and Z. These two generations are more socially and environmentally conscious whilst also partake as the largest consumer demographic in luxury brands. This study examines the impact of implementing sustainability practice to luxury brands perception and purchase intention by Gen Y and Z. A quantitative survey research design was utilised in order to test the research model, in which 350 participants, divided into two groups, did an online survey with either a luxury fashion marketing campaign message and a luxury fashion marketing campaign with sustainability practice message then was analysed by using the structural equation modelling (SEM). The results of this study indicate sustainability practice implementation description positively impacts the purchase decision of luxury products by both generation Y and Z"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Meidiana Thahira
"ABSTRAK

Penelitian ini membahas faktor yang mempengaruhi intensitas pelaksanaan manajemen impresi melalui strategi self-presentational dissimulation dan enhancement pada perusahaan yang ada di Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan dari seluruh industri yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012 sebanyak 65 perusahaan sehingga dengan total observasi sebesar 325. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang negatif antara kinerja tahun berjalan dengan self-presentational dissimulation dan kondisi ekonomi terbukti memperlemah pengaruh negatif tersebut. Sementara, kinerja tahun berjalan maupun stabilitas kinerja tidak terbukti mempengaruhi pelaksanaan manajemen impresi melalui strategi enhancement.


ABSTRACT

This research discusses the effect of performance result, performance stability, moderating effect of economic condition and corporate governance toward impression management by self-presentational dissimulation and enhancement. This research is using 65 firms (all industries) that are listed in Indonesian Stock Exchange from 2008-2012 period as sample and resulting 325 observations in total. This research shows a negative relationship between performance result and impression management by self-presentational dissimulation and also shows that economic condition can lower that relationships.Meanwhile, neither performance result nor performance stability has an impact to impression management by enhancement.

"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library