Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Griselda Puspitasari Sumenang Lawo
Abstrak :
Masalah asupan gizi merupakan salah satu masalah kesehatan pada penerbang di Indonesia. Asupan gizi yang tidak seimbang dapat mengakibatkan berat badan yang meningkat dan dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan yang ujungnya akan dapat menyebabkan penurunan kemampuan penerbang. Kelebihan berat badan mempunyai risiko penyakit kardiovaskular, sindroma metabolik dan penyakit degeneratif lainnya, serta dapat mempengaruhi kapasitas penerbang dalam menjalankan tugas terbangnya. Pada penelitian ini dikaji mengenai jumlah asupan nutrisi para penerbang sebelum dan selama melakukan tanggungjawabnya mengendalikan pesawat terbang. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan desain potong lintang. Sembilan puluh enam orang penerbang yang memenuhi kriteria inklusi telah diwawancara serta diminta mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsurnsinya dalam 3 jam sebelum dan selama dalam penerbangan. Analisa asupan nutrisi dilakukan oleh tenaga ahli gizi untuk menghitung jumlah asupan kalori, karbo hidrat, protein dan lemak. Nilai median asupan kalori pra penerbangan 394,6 Kal (90,5 sampai 1378), selama penerbangan nilai median asupan kalori 357,7 Kal (25,8 sampai 1946,0). Asupan nutrisi penerbang sebelurn melakukan penerbangan dan selama penerbangan masih dalam batas kecukupan gizi bila dibandingkan dengan kebutuhan untuk sekali asupan. Uji kemaknaan statistik menghasilkan nilai p>0,05 untuk semua faktor penentu terhadap tingkat asupan kalori sebelurn dan selama penerbangan. Tidak ditemukan adanya perbedaan tingkat asupan gizi pra dan intra penerbangan menu rut faktor usia, tingkat pendidikan, status gizi, adanya risiko penyakit, dan kegiatan olahraga. Diketahui bahwa sering kali para penerbang tidak mengkonsumsi menu makanan yang disediakan oleh pihak perusahaan airline caterer. Hal ini menunjukkan bahwa jenis menu inflight yang ada saat ini belum dapat diterima secara baik oleh para penerbang. ......Nutrient intake is one of the issues for pilots' health problem in Indonesia. Unbalanced nutritional intake may result in increased body weight. This will lead to health problems and decrease their capabilities as aviators. Overweight will increase the risk of cardiovascular disease, metabolic syndrome and other degenerative diseases, furthermore it could affect the pilot's capacity in perfonning their duties. This research aims to study the preflight and inflight nutritional intake. This research is a descriptive study using cross-sectional design. Ninety six pilots were interviewed and asked to record types and amount of consumed food 3 hourrs before and during flight. Nutritional analysis was performed by nutritionist to calculate calory, carbohidrate, protein, and fat. Median of preflight calory intake was 394.6 Cal (90.5 to 1,278), while inflight calory intake was 357.7 cal (25.8 to 1,946) .The result shows that preflight intake and inflight intake of these pilots are still within the nutritional adequacy limit, compared to the one time need's intake. Statistical analysis show p>0.05 for relationship of all factors to preflight and inflight calory intake. There were no differences in levels of preflight and inflight nutrient intake when categorized by age, education level, nutritional status, potential risk of diseases, and sport activities. It is known that often the pilots do not consume the food provided by the Airline 's caterer. It means that the current available inflight menu is not yet well received by aviators.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57602
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kustri Suharningsih
Abstrak :
ABSTRAK Dampak yang ditimbulkan dari keadaan stunting adalah terganggunya fungsi kognitif. Masa-masa seribu hari pertama kehidupan adalah waktu kritis pertumbuhan anak. Kondisi stunting pada balita di Indonesia dan dunia masih tinggi. Prevalensi stunting pada baduta di Bojong Kamal mengalami peningkatan dari 18,3% pada tahun 2017 menjadi 30,9% pada tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui persentase stunting pada baduta dan mencari faktor paling dominan terhadap kasus stunting pada baduta usia 13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal tahun 2018. Sampel penelitian sebanyak 89 orang yang dipilih secara systematic random sampling. Data dikumpulkan melalui pemeriksaan antropometri untuk menentukan kasus stunting pada baduta, kuesioner untuk mengumpulkan data riwayat pemberian ASI, riwayat penyakit infeksi, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, dan kunjungan posyandu, serta dari kuesioner food recall 24 jam untuk asupan makan. Persentase stunting baduta usia 13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal adalah sebesar 32,6%. Asupan energi menjadi faktor dominan yang membedakan kejadian stunting pada baduta usia 13-23 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Kamal dikontrol oleh riwayat penyakit infeksi, asupan protein dan pendidikan ibu.
ABSTRACT The effect of stunting is cognitive disfunction. The first 1000 days period of life is a critical time for child's growth. The number of stunting condition in children in Indonesia and around the world are still high. The prevalence of stunting in children under 2 years old on Bojong Kamal have been increased from 18.3% in 2017 to 30.9% in 2018. This study is a quantitative research and with cross sectional design. The purpose of this study is to know the persentage of stunting and to find out the most dominant factor in stunting cases in children age 13-23 month living on the working region of Puskesmas Bojong Kamal. Samples of the study about 89 children were choosen by systematic random sampling. Datas collected from the samples are from ix Universitas Indonesia antopometry examination, questionnaire to collect the history of breast feeding, history of infection disease, education level of the parents, income of the parents, visit to Posyandu, and questionnaire of food recall 24 hours for food consumption. Percentage of stunting in children age 13-23 months in working region of Puskesmas Bojong Kamal is 32.6%. Energy intake is the dominant factor which differentiate the stunting cases in children age 13-23 months in working region of Puskesmas Bojong Kamal controlled by history of infection disease, protein intake and mother's education.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummyatul Hajrah
Abstrak :
ABSTRAK
Pada proses produksi alas kaki, lem sering digunakan sebagai bahan perekat yang mengandung benzena. Benzena telah ditetapkan sebagai bahan karsinogen pada manusia dimana jalur pajanan utama melalui inhalasi.Pajanan benzena terhadap tubuh mempunyai dampak yang sangat buruk pada kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi tingkat risiko kesehatan pekerja menurut pajanan benzena udara di lingkungan kerja dan mengetahui gambaranintake non karsinogen dan intakekarsinogen pajanan benzena terhadap gejala gangguan pernapasan pekerja. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dan pendekatan analisis risiko pada pekerja di empat industri alas kaki informal di Desa Pagelaran, Ciomas, Bogor pada Agustus ndash; September 2017. Jumlah sampel sebanyak 96 pekerja yang diperoleh dengan metode purposif sampling. Sampel udara sebanyak 12 titik untuk mengukur konsentrasi benzena di dalam ruang kerja yang diukur dengan alat perangkap udara dan instrument Gas Chromatography GC . Data pekerja diperoleh melalui wawancara, pengukuran tinggi badan denganmicrotoise dan berat badan menggunakan alat timbangan. Hasil penelitian menujukkan 21pekerja memiliki risiko kanker ECR>1?10-4 dan11 pekerjamemiliki risiko non kanker real time RQ
ABSTRACT
In the production process of footwear, glue is often used as an adhesive material containing benzene. Benzene has been established as a carcinogenic substance in humans where the main exposure pathway is through inhalation. Benzene exposure to the body has a very bad impact on healtuat h. This study aims to estimate the level of occupational health risk by exposure to benzene in the work place and to know the scope of non carcinogenic intake and carcinogen intake of benzene exposure against respiratory symptoms. This study uses cross sectional study design and risk analysis approaches to workers in four informal footwear industries located in Pagelaran, Ciomas, Bogor in August to September 2017. The total sample is 96 workers obtained by purposive sampling method. Air samples of 12 points to measure benzene concentrations in the workspace as measured by air trapping device and Gas Chromatography GC instrument. Workers data obtained through interviews, measurements of height with microtoise and weight using the instrument weighing scale. The results showed 21 workers had cancer risk ECR 1 10 4 and 11 workers had non cancer risk real time RQ
2018
T49669
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Safrita Oktaviana
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, asupan serat, asupan cairan, dan gaya hidup (aktivitas fisik, stres, konsumsi kopi, konsumsi minuman probiotik, dan posisi saat buang air besar) dengan konstipasi fungsional. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan dilakukan pada 99 orang mahasiswi FKM UI tahun 2013. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner, Food Recall 2 x 24 jam, dan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak stratifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian konstipasi fungsional di FKM UI sebesar 52,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian konstipasi fungsional (p value = 0,014), ada hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan kejadian konstipasi fungsional (p value = 0,045), dan ada hubungan yang bermakna antara posisi saat buang air besar dengan kejadian konstipasi fungsional (p value = 0,043). Diharapkan mahasiswi dapat meningkatkan kualitas kesehatannya sehingga dapat mengurangi kejadian konstipasi fungsional.
This study aim’s to know the relationship between knowledge, fiber intake, fluid intake, and lifestyle (physical activity, stress, coffee consumption, probiotic consumption and body position on defecation) with functional constipation. This study used cross sectional design and the data were collected from 99 FKM UI students in 2013. The study was conducted from April to Mei 2013. Data collected with self administered questionnaire, Food Recall 2 x 24 hour, dan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Data was analyzed by Chi-square. Sample was selected by stratified random sampling method. The result showed that the prevalence of functional constipation was 52,5%. The results of bivariate analysis showed that there was a significant association between knowledge with incidence of functional constipation (p value = 0,014), there was a significant association between fiber intake with incidence of functional constipation (p value = 0,045), and there was a significant association between body position on defecation with incidence functional constipation (p value = 0,043). Students is expected to further improve the quality of their health so as to reduce the incidence of functional constipation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. Pada tahun 2015 cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Cilandak adalah 43,5%, angka ini masih rendah dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan yaitu 80%. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan ibu dalam memberikan ASI eksklusif adalah gizi pada ibu menyusui. Oleh karena itu, ibu yang sedang menyusui sangat membutuhkan makanan dengan gizi yang seimbang selama menyusui, terutama asupan energi selama 6 bulan pertama menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Asupan energi ibu menyusui dengan pemberian ASI predominan di wilayah kerja puskesmas kecamatan Cilandak Jakarta Selatan Tahun 2016.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berumur >6-12 bulan, terdaftar di posyandu, dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilandak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan energi bulan pertama ibu menyusui (p=0,006; OR=0,108; 95% CI: 0,022-0,525), pendidikan (p=0,002; OR=0,205; 95% CI; 0,076-0,549),IMD (p=0,011; OR=4,598; 95% CI;1,417-14,923) dan sikap (p=0,008; OR=13,780; 95% CI; 1,987-95,583) dengan pemberian ASI predominan di wilayah kerja Puskesmas kecamatan Cilandak Tahun 2016. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan pemberian ASI predominan di wilayah kerja puskesmas adalah Sikap. Ibu yang memiliki riwayat sikap positif memiliki peluang 13,7 kali untuk memberikan ASI predominan dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki sikap negatif setelah dikontrol oleh variable pendidikan, asupan energi bulan keenam menyusui, dan IMD Perlu adanya pemberian informasi dan edukasi akan pentingnya memiliki sikap positif ketika menyusui.
ABSTRACT
Mother's Milk (ASI) is the best food for infants in the first 6 months of life. In 2015, coverage of exclusive breastfeeding in Cilandak sub-district health centers was 43.5%, this figure is still low compared to the set target of 80%. One of the factors that influence the success of the mother in exclusive breastfeeding is nutrition in nursing mothers. Therefore, women who are breastfeeding are in need of food with balanced nutrition during breastfeeding, especially energy intake during the first 6 months of breastfeeding. This study aims to determine the energy intake of nursing mothers with breastfeeding predominant in the working area of ​​the district health centers cilandak 2016.Penelitian year was quantitative research with cross sectional design. The population in this study were mothers with infants aged> 6-12 months, registered in Posyandu, and lived in Cilandak sub-district Puskesmas. The results of this study indicate that there is a significant relationship between energy intake of the first month of breastfeeding mothers (p = 0.006; OR = 0.108; 95% CI: 0.022 to 0.525), education (p = 0.002; OR = 0.205; 95% CI; 0,076- 0.549), IMD (p = 0.011; OR = 4.598; 95% CI; 1.417 to 14.923) and attitude (p = 0.008; OR = 13.780; 95% CI; 1.987 to 95.583) with predominant breastfeeding in Cilandak sub-district Puskesmas 2016. the most dominant variable related to predominant breastfeeding in the work area health centers is attitude. IMD Need for the provision of information and education on the importance of having a positive attitude when breastfeeding.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naturally old [people are undergoing physical,biological,mental and social decline and having much illness. ....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sihite, Devi Suryanti
Depok: Universitas Indonesia, 2017
613 KESMAS 12:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Denissa Indriana
Abstrak :
Prevalensi balita wasting di Jakarta Timur tahun 2017 merupakan prevalensi tertinggi kedua di DKI Jakarta yakni sebesar 11%. Prevalensi wasting di Jakarta Timur termasuk masalah kesehatan masyarakat yang serius. Wasting merupakan masalah kesehatan yang serius karna dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas balita. Usia 24-30 bulan merupakan usia yang rentan mengalami wasting karena sudah tidak mendapatkan ASI sehingga diperlukannya asupan gizi yang adekuat. Wasting memiliki beberapa faktor langsung dan tidak langsung sehingga tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor dominan kejadian wasting pada anak usia 24-30 bulan di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan sampel penelitian 221 anak usia 24-30 bulan. Hasil penelitian menunjukkan 14,9% anak usia 24-30 bulan di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur tahun 2019 mengalami wasting. Terdapat hubungan positif antara asupan energi, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan protein hewani, asupan lemak, frekuensi asupan susu, dan jumlah asupan susu dengan kejadian wasting. Risiko wasting lebih tinggi pada anak dengan asupan energi, karbohidrat, protein, protein hewani, dan lemak yang tidak adekuat serta frekuensi dan jumlah asupan susu yang kurang. Faktor dominan dari penelitian ini yakni asupan protein yang berarti asupan protein tidak adekuat mempunyai peluang 2,8 kali untuk menjadi wasting dibandingkan dengan anak dengan asupan protein adekuat setelah dikontrol oleh asupan energi, asupan asupan karbohidrat, asupan protein hewani, asupan lemak, riwayat ISPA, riwayat diare, usia minum susu, frekuensi asupan susu, jumlah asupan susu, IMD, dan pendidikan ibu. Maka dari itu diperlukannya asupan protein khususnya susu untuk mencegah kejadian wasting.
The prevalence of wasting toodlers in East Jakarta in 2017 is the second highest prevalance in DKI Jakarta is 11%. The prevalence of wasting in East Jakarta is a serious problem public health. Wasting is a serious problem because it can cause morbidity and mortality in children. Age 24-30 months is the age high risk of wasting because its not getting breast milk anymore, so adequate nutritional intake is needed. Wasting has several direct and indirect factors, the purpose of this study is to find out dominant factors of wasting in children aged 24-30 months in Cakung Sub District, East Jakarta in 2019. This study used a cross-sectional method with 221 children aged 24-30 month. The results showed 14,9% of children aged 24-30 months in Cakung District, East Jakarta in 2019 had wasting. There is a relationship between energy intake, carbohydrate intake, protein intake, animal source protein intake, fat intake, frequency of milk intake, amount of milk intake with wasting. The risk of wasting is higher in children with energy, carbohydrate, protein, animal protein, and inadequate fat intake and less frequency and amount of milk intake. The dominant factor of this study is protein intake which means that inadequate protein intake has higher risk 2,8 times to be wasting compared to children with adequate protein intake after being controlled by energy intake, carbohydrate intake, animal source protein intake, fat intake, acute respiratory infection, diarrhea, age of drinking milk, frequency of milk intake, amount of milk intake, initiation of breast feeding, and mother education. Adequancy protein intake is needed especially milk intake to prevent wasting in children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nesyana Nurmadilla
Abstrak :
Salah satu faktor yang menentukan BB lahir bayi adalah asupan nutrisi ibu yang adekuat. Beberapa nutrien diketahui memiliki efek terhadap BB lahir bayi di antaranya adalah protein dan seng. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dan dilakukan di 10 puskesmas kecamatan di Jakarta Timur sejak Februari hingga April 2015 dengan subjek ibu hamil berusia 19–44 tahun dengan usia kehamilan 32–37 minggu. Data asupan protein didapatkan dengan metode 24-hour recall, sedangkan asupan seng dengan metode Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire dan 24-hour recall. Pengambilan darah dilakukan sebelum ibu melahirkan dan diperiksa dengan metode Atomic Absorption Spectrophotometry. Berat badan lahir bayi diukur segera setelah bayi lahir. Sebanyak 116 subjek mengikuti penelitian hingga akhir. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat korelasi antara asupan protein dengan kadar seng serum (r = 0,042, p = 0,653), tidak terdapat korelasi antara asupan seng dengan kadar seng serum (r = 0,155, p = 0,096), tidak terdapat korelasi antara asupan seng dengan BB lahir bayi (r = - 0,09, p = 0,303), dan tidak terdapat korelasi antara kadar seng serum dengan BB lahir bayi (r = -0,116, p = 0,215). Penelitian ini belum berhasil menemukan hubungan antara asupan protein, seng, dan kadar seng serum dengan BB lahir bayi. ......One of the factors affecting birth weight is mother’s adequate nutrient intake. Several nutrients are known to its effect to birth weight, which among them are protein and zinc. A cross-sectional study was conducted in 10 district public health centres in East Jakarta since Februari until April 2015. Subjects of the study were pregnant mothers aged 19–44 years old whose gestational age between 32–37 weeks. Protein intake was computed based on 24-hour recall method, while zinc intake was computed based on Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire and 24-hour recall method. Blood specimens were collected before giving birth and being assesed by Atomic Absorption Spectrophotometry method. Birth weight was measured soon after the baby was born. One hundred and sixteen subjects followed the study until the end. Statistical analysis showed there were no correlation between protein intake and maternal zinc serum (r = 0,042, p = 0,653), no correlation between zinc intake and maternal zinc serum (r = 0,155, p = 0,096), no correlation between zinc intake and birth weight (r = -0,09, p = 0,303), and no correlation between maternal zinc serum and birth weight (r = - 0,116, p = 0,215). This study has not been able to prove any relationship between maternal intake of protein, zinc, zinc serum and birth weight.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58684
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Early Vici Azmia
Abstrak :
Prevalensi balita wasting di Indonesia tahun 2022 sebesar 7,7%, menurut WHO masalah wasting ini sudah termasuk masalah kesehatan masyarakat yang buruk. Wasting adalah masalah gizi pada balita yang berdampak pada morbiditas dan mortalitas. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian wasting pada balita usia 6–59 bulan di Kelurahan Cimpaeun Kota Depok Tahun 2023. Penelitian ini dilakukan pada bulan April–Juni 2023, menggunakan desain cross-sectional, metode proportionate stratified random sampling dengan sampel penelitian 136 balita usia 6–59 bulan. Data dianalisis univariat dan bivariat menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 9,6% balita usia 6–59 bulan di Kelurahan Cimpaeun Kota Depok Tahun 2023 menderita wasting, dan termasuk pada masalah kesehatan masyarakat yang buruk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan energi, asupan protein, pengetahuan gizi ibu, dan pendapatan keluarga berhubungan dengan kejadian wasting pada balita usia 6–59 bulan. Risiko wasting lebih tinggi pada balita dengan asupan energi dan protein yang kurang, pengetahuan gizi ibu yang kurang, serta pendapatan keluarga yang rendah. ......The prevalence of wasting under five in Indonesia in 2022 is 7.7%, according to WHO this wasting problem is a bad public health problem. Wasting is a nutritional problem in toddlers that has an impact on morbidity and mortality. The research objective was to determine the factors associated with wasting in toddlers aged 6–59 months in Cimpaeun Village in 2023. This research was conducted in April–June 2023, using a cross-sectional design, proportionate stratified random sampling method with a research sample of 136 toddlers aged 6–59 months. Data were analyzed univariately and bivariately using chi-square. The results showed that 9.6% of toddlers aged 6–59 months in the Cimpaeun Village in 2023 were suffering from wasting, and this is a bad public health problem. The results showed that energy intake, protein intake, mother's nutritional knowledge, and family income were associated with wasting in toddlers aged 6–59 months. The risk of wasting is higher for toddlers with less energy and protein intake, less knowledge of mother's nutrition, and low family income.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>